“Saya masih tidak menyukai nyamuk, tetapi saya tidak menciptakan penderitaan seputarnya. Bukan berarti saya sekarang menyukai nyamuk karena telah lama mempraktikkan meditasi. Saya menaruh keyakinan lebih besar saat ini ketimbang pandangan keakuan saya terhadap nyamuk. Oleh karenanya, saya dapat menanggung penderitaan karena nyamuk, makanan tidak enak, dan panas maupun dingin. Saya mampu menanggung penderitaan karena penyakit. Saya dapat menanggung kekecewaan, kehilangan, kematian orang yang dicintai, dicela, ataupun dikritik. Semua kesengsaraan ini dapat kita tahan kalau tidak menciptakan penderitaan di sekitarnya.” *** Pembebasan dari penderitaan yang Buddha ajarkan bukanlah merupakan akhir penderitaan itu sendiri. Ia adalah menciptakan sebuah pilihan. Setelah merealisasi penerangan sempurna, Buddha mengalami segala sesuatu yang mengerikan. Buddha hendak dibunuh oleh saudara sepupu-Nya sendiri, orang mencoba membatasi Beliau, mencela atau menyalahkan Beliau, dan mengkritik-Nya. Ia menciptakan berbagai kesakitan fisik, tetapi Buddha tidaklah menciptakan penderitaan di seputar pengalaman-pengalaman tersebut. Beliau tidak pernah menanggapinya. Tidak mencari jawaban dan tak pula mengejar kesenangan dengan kemarahan, penyesalan, kebencian, atau celaan, melainkan dengan pemahaman kesadaran. Tentang Penulis Ajahn Sumedho adalah murid senior Barat dari Y.M. Ajahn Chah. Ia menerima bimbingan dari Y.M. Ajahn Chah selama sepuluh tahun. Ia kemudian diminta Y.M. Ajahn Chah untuk menyebarkan Dharma di Inggris. Ia telah menghabiskan lebih dari seratus orang yang berasal dari berbagai bangsa menjadi biksu serta mendirikan sejumlah Wihara di Inggris juga cabang-cabang Wihara di luar negeri. Kumpulan ceramah Ajahn Sumedho telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Karaniya dengan judul Suara Keheningan: Koleksi Wejangan Dharma yang terbagi menjadi dua buku, yaitu buku pertama dan buku kedua.