Tempo
Seri Tempo MH Thamrin

Bebas Ongkir, Rp0.
Pilih toko terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” saat checkout.
Format Buku
Deskripsi
Lahir dari keluarga kaya di Batavia, MH Thamrin berikhtiar memperbaiki kehidupan warga miskin lewat Dewan Kota dan kemudian Dewan Rakyat—lembaga yang kerap dianggap sebagai boneka pemerintah kolonial. Di sanalah dia bersuara lantang memperjuangkan nasib kaum bumiputra. Saat Sukarno, salah satu tokoh gerakan nonkooperatif, ditangkap karena aktivitas politiknya, Thamrin—yang dijadikan simbol kaum kooperatif—justru menjaga nyala api pergerakan dengan memperjuangkan pembebasan si Bung lewat Dewan Rakyat, meskipun gagal. Sebagai tokoh pergerakan, Thamrin bukan hanya milik orang Betawi. Dia anggota Fraksi Nasional yang menjadi oposan bagi pemerintah Hindia Belanda dan secara lantang menyuarakan kemerdekaan Indonesia “sekarang juga”.
Namun, sejarah tak selalu adil. Dekatnya hubungan dengan Sukarno membuat nama Thamrin memudar pada era Orde Baru lantaran terkena efek desukarnoisasi. Dia dikenang sekilas, sering kali hanya di momen peringatan ulang tahun Jakarta. Padahal, Thamrin menanamkan standar yang kini langka: politik sebagai jalan perjuangan, bukan semata-mata mencari keuntungan dan kekuasaan.
Prolog:
BAGI sebagian orang, MH Thamrin barangkali hanya dikenal sebagai jalan protokol yang menjadi ikon Jakarta, bersambungan dengan Jalan Jenderal Sudirman. Kerap ditulis dalam pelajaran sejarah sebagai pahlawan Betawi, nama Mohammad Hoesni Thamrin juga baru banyak disebut di seputar hari ulang tahun Jakarta, setiap 22 Juni. Pada 1920–1930-an, dia memang giat memperjuangkan nasib warga miskin Batavia. Padahal, peran Thamrin jauh lebih besar. Tak hanya pernah berkiprah di Dewan Kota Batavia (Gemeenteraad van Batavia), lelaki berdarah Eropa yang lahir di Sawah Besar, Batavia, pada 16 Februari 1894 itu menjadikan Dewan Rakyat (Volksraad) sebagai medan perjuangannya.
Mula-mula, Thamrin masuk Dewan Kota lewat pemilihan pada 1919. Di usia 25 tahun, dia dengan lantang menuntut pemerintah kota memperbaiki kehidupan warga yang tinggal di permukiman padat. Dia mendorong program kampongverbetering berupa pengerasan dan penerangan jalan, pembuatan saluran air, hingga pembangunan pintu air Manggarai untuk mengurangi dampak melubernya air Sungai Ciliwung yang membelah Batavia. Dia juga menyuarakan buruknya kehidupan masyarakat di pinggiran Batavia yang sering kekurangan makanan dan tinggal berdesakan di pondok sonder ventilasi dan kakus. Semua itu dia sampaikan secara santun dan dilengkapi dengan dokumen pendukung argumentasi. Berkat hal tersebut, dia dikenang sebagai tokoh yang membela kaum Betawi.
Baca Selengkapnya
Detail Buku