“Kalau ditinggal nikah?” tanya Tara. Aji tertegun. Tatap matanya tajam menunjukkan rasa ketidaksukaan. Ada banyak hal yang bisa ia sembunyikan, kecuali satu, yaitu ketakutan. “Nggak sanggup bayangin. Lagian, mau nikah sama siapa, sih?” Tara menggigiti bawah bibir karena sadar pertanyaannya sudah terlalu kelewatan. Mereka berdua akhirnya hanya diselimuti oleh keheningan. Hanya jemari mereka yang tetap bersepakat untuk saling genggam satu sama lain. Dalam diam, pikiran mereka berlari-lari di labirin kepala masing-masing. “Jangan menikah sama orang lain, ya, Ra.” “Iya, Ji.” Mau nikah sama siapa juga kalau bukan sama kamu, sambung Tara dalam benaknya sendiri. Tak berani disuarakan. Tak peduli seberapa sempitnya tempat ini, pelukan pun langsung mendarat erat di tubuh Tara. Dalam pelukan Aji, Tara merasa sepenuhnya dipahami, dicintai, dan juga dilengkapi. Percakapan setelahnya adalah mimpi-mimpi yang nantinya akan mereka susun dengan tekad untuk tumbuh bersama dan menciptakan cerita yang tak akan orang lain bisa punya. Siang itu, dunia Tara jadi berubah beda. Banyak harapan yang Tara akhirnya gantungkan. Banyak ucapan yang diam-diam Tara jadi semogakan. Semoga kita menikah, ya, Ji. Tentang Buku: Judul: Semara – di Warteg Gandaria, Kisah Aji dan Tara Bermula Penulis: Suci Patia Penerbit: Media Kita Tanggal Terbit: 15 September ISBN: 9789797946364 Jumlah Halaman: 244 halaman Berat: 0,185 kg Lebar: 13 cm Panjang: 19 cm