Gramedia Logo
Product image
Product image
Martinus Dam Febrianto, Sj

Sang Pelintas Batas-Batas

free shipping logo

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.

Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.

Format Buku
Deskripsi
Buku ini hendak menegaskan bahwa pembelaan terhadap para migran dan pengungsi memiliki kememadaian teologis karena hakikat Allah adalah Sang Migran itu sendiri. Teologi migrasi Paus Fransiskus memperlihatkan Allah sebagai Pelintas Batas-batas yang menghendaki manusia untuk juga melintas dan melampaui batas-batas, yang dengan demikian menggenapi panggilan untuk membangun persaudaraan universal. Melalui keutamaan-keutamaan kodrati dan Kristiani yang memampukan manusia untuk hidup dalam tegangan, panggilan melintas batas ini dapat diusahakan tanpa mengabaikan identitas kultural dan kekayaan lokalitas dan kebangsaan manusia. Penulis sendiri berproses secara personal dalam persoalan ini, yang berawal dari pengalamannya selama menjalani tahun orientasi kerasulan di Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia. Dengan demikian, buku ini bukan saja merupakan pemikiran teologis akademis, tetapi diperkaya juga dengan keterlibatan personal penulis di dalamnya. Buku yang ditulis oleh Rama Dam ini sesungguhnya menggambarkan dinamika dunia dan Gereja, serta tanggapan teologi, terhadap fenomen pengungsi dan migrasi. Buku ini menyajikan sebuah teologi migrasi yang konstruktif yang berangkat dari pengalaman dan kenyataan yang sedang berkembang dan menggedor tanggapan kita. Metode dan perspektif yang dipakai merupakan bagian dari usaha teologi kontekstual yang dikembangkan di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma, dan Fakultas Teologi Wedabhakti (FTW). Rama Dam berproses secara personal juga dalam persoalan ini, mulai dari pengalaman tahun orientasi kerasulan di Jesuit Refugee Service (JRS) Indonesia, yang kemudian diolah dan diperdalam selama studi teologi di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma. Buku ini bukan sekadar pemikiran teologis akademis, tetapi mengandung keterlibatan personal yang sebetulnya sangat dituntut oleh teologi sebagai iman yang mencari pemahaman (fides quaerens intellectum). Mungkin buku ini adalah buku pertama dalam bahasa Indonesia mengenai teologi migrasi. Nada buku ini juga gayut dengan tanggapan pada persoalan migratory crisis, seperti yang dilukiskan oleh Bruno Latour, meski mungkin masih harus dilengkapi dengan analisis mengenai keterhubungan dengan krisis lingkungan hidup; juga dengan kreativitas hibrid di antara para migran dan pengungsi. Akhirnya, menurut saya, buku ini juga harus dibaca dengan "gaya interogatif" untuk Gereja Indonesia juga. Kita mesti bertanya: Apakah seluruh fenomen pekerja migran (migrant workers), termasuk di kota-kota besar di Indonesia juga di kawasan-kawasan perbatasan di Kalimantan, sudah kita refleksikan secara serius dalam hubungannya dengan karakter Gereja Indonesia?
Detail Buku