Demokrasi kerap dianggap sebagai sebuah proyek nasional yang tunggal dan bersifat seragam. Padahal, struktur kesempatan politik di berbagai konteks jelas berbeda-beda dan menimbulkan pengaruh serta akibat yang juga berbeda. Oleh karena itu, studi tentang demokrasi dan demokratisasi perlu diperkuat dengan mengedepankan perspektif lokal, lebih dari pada perspektif pusat (nasional). Di tingkat lokal-lah terletak pusat-pusat kekuasaan yang satu sama lain saling berinteraksi. Dan di tingkat lokal pula imajinasi-imajinasi genuine tentang praktik berdemokrasi dapat ditemukan. Buku “Rezim Lokal di Indonesia” ini adalah buku yang disusun berdasarkan hasil studi di 11 daerah yang bermuara pada kesimpulan bahwa rezim lokal yang berbeda-beda ini dapat dibagi dalam lima varian rezim: formalis-elitis, konsosiasional, pluralis-kompromis, sosiokultural, dan formalis-deliberatif. Melalui pembagiaan ini, buku ini menawarkan semangat baru untuk melanjutkan dan melakukan pengaturan kembali agenda demokrasi Indonesia secara lebih substantif dan tidak selalu terjebak dalam demokrasi electoral. Cara untuk mewujudkan hal itu adalah dengan mengembangkan demokrasi asimetris, yaitu demokrasi yang memahami dan mengakomodasi lokalitas sebagai modal dasar dalam pembangunan demokrasi. Oleh karena itu proses demokratisasi di masa yang akan mendatang dapat berlangsung ‘di daerah-daerah, dari daerah-daerah, untuk Indonesia’. Dengan logika seperti itulah demokrasi asimetris hadir sebagai bottom-up, sehingga sungguh-sungguh menjadi langkah politik bersama untuk mengelola kebhinekaan Indonesia. Dapatkan buku ini hanya di Gramedia kesayangan Anda.