Dalam catatan sejarah hidup manusia, individu selalu mencari jawaban terhadap dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa hidup? Bagaimana memperoleh ketenangan dan kebahagiaan? Dan yang lebih penting lagi adalah apakah manusia itu masih memiliki kehidupan setelah kematian? Hazrat Pir membuat dua pertanyaan mendasar berkenaan dengan perilaku manusia yang perlu dijawab. Pertama, bagaimana manusia sempurna (insan kamil) bisa dibentuk? Kedua, bagaimana masyarakat sempurna dapat dibina? Untuk menjawab kedua pertanyaan tersebut, setidaknya kita harus memahami terminologi insan kamil yang kemudian sosok itu menjadi ideal dan terwujud nyata dalam kepribadian seorang individu atau terhadap realitas psikologi individu, di mana setiap pribadi dibimbing secara spiritual menuju kebaikan-kebaikan baik bagi dirinya maupun orang lain. Dalam buku Religius Psikologi dijelaskan awal mula psikologi agama timbul adalah implikasi dari fenomena dan kondisi psikologi manusia yang bermasalah. Persoalan-persoalan yang muncul adalah masalah fenomena psikologi tersebut di mana hal tersebut kemudian memerlukan solusi. Perawatan gangguan psikologis yang merusak ketentraman manusia. Hal itulah yang disebut oleh pakar psikologi sebagai psikoterapi. Bagaimanapun, psikoterapi dan nilai-nilai yang mempengaruhinya sudah lama diselidiki, baik oleh psikolog maupun masyarakat umum. Khairunnas Rajab menguraikan psikologi dalam nilai-nilai agama yang memengaruhi perkembangan psikologi di era modern. Bahkan, akhir-akhir ini, nilai-nilai agama menjadi isu yang paling banyak dibincangkan dalam bidang psikologi.