Kesibukan menjadi rutinitas lumrah bagi warga yang hidup di zaman modern. Kesibukan membuat tak ada lagi waktu untuk bersama yang lain. Anak bukan lagi teman permainan. Suami dan istri bukan lagi teman cerita. Terkadang hanya sekali seminggu berkumpul bersama. Hari Harinya dilalui dengan kesibukan. Manusia di era modern selalu dikepung dengan rutinitas yang menyibukkan. Lantas, apakah dengan kesibukan itu kita bisa menjadi manusia yang sebenarnya? Jawabannya, tentu saja "belum tentu". Menjadi orang sibuk belum tentu membuat kehidupan keluarga menjadi sejahtera. Kesibukan yang berlebihan dapat memiskinkan aktualisasi diri. Kita ini bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga. Kita bekerja bukan untuk menyengsarakan dan membuat diri menjadi menderita. Wajar, bekerja itu menuntut sedikit penderitaan. Namun, jangan sampai bekerja membuat diri justru menderita selamanya. Kita mungkin sering menghabiskan seharian penuh untuk bekerja karena ada tenggat yang harus diselesaikan, berkejaran dari satu rapat ke rapat lain, membalasi puluhan surel, merasa sibuk dan tak punya waktu luang. Namun saat jam kerja selesai, baru menyadari bahwa tugas atau proyek besar dari kantor yang tadinya ingin dikerjakan di hari itu malah sama sekali tidak tersentuh. Tugas tersebut, kemudian dibawa ke rumah. Inilah yang secara tidak langsung akan merusak kehidupan kita. Kita kehilangan waktu untuk keluarga. Kita juga jadi kehilangan waktu untuk istirahat. Lantas, kita berjanji pada diri sendiri kalau besok akan berbeda dan lebih baik. Saat pagi datang, kita ternyata terjebak dengan pola kesibukan yang sama. Melalui buku ini, pembaca diharapkan mengerti pentingnya berhenti sejenak dari berbagai kesibukan. Berhenti sejenak tidak akan membuat diri kita menjadi rugi karena kehilangan waktu untuk bekerja. Berhenti sejenak membuat hati dan pikiran tenang, sehingga akan mampu menyelesaikan berbagai masalah. Selain itu, yang paling penting adalah kita akan terhindar dari stres.