” Labbaika allâhumma labbaika!” Ketika para jamaah haji memperdengarkan talbiyahnya, apa yang Anda rasakan? Adakah getaran yang membuat hati Anda ingin menangis? Jika Anda merasakannya, semoga hal itu menjadi tanda membuncahnya rindu kepada Allah Yang Mahakuasa. Ketika Anda diberi kemampuan mengunjungi rumah-Nya yang mulia, semoga kepulangan Anda ke tanah air membawa kemabruran. Namun, bagaimana cara meraihnya? Apakah cukup dengan melantunkan talbiyah, menangis, merindu, bertakbir, dan berdzikir saat berada di sana? Cita-cita berhaji bukan sekadar terdorong karena keinginan untuk melakukan ibadah di depan Ka'bah secara langsung. Lebih dari itu, setiap Muslim yang berangkat haji berharap bisa meraih haji mabrur. Haji yang mabrur dimulai sejak Anda memelihara rasa rindu itu, lalu istiqamah untuk melakukan kebaikan hingga akhir hayat. Itulah mabrur yang sesungguhnya. Semoga langit menjawab talbiyah Anda dengan, ”Labbaika wa sa’daik.” Haji mabrur adalah haji yang maqbul atau diterima dan diberi balasan berupa al-birr yang berarti kebaikan atau pahala. Menurut Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi li Sunan an-Nasa’i, salah satu bukti bahwa seseorang telah berhasil meraih haji mabrur adalah ketika ia kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya dan terus berusaha mengurangi perbuatan maksiat. Buku berjudul “Rihlah Al-Hajj” ini ditulis oleh Syekh Dr. Muhammad ad-Dabisi. Buku setebal 336 halaman ini diterbitkan oleh penerbit Tinta Medina pada tahun 2019. Buku yang disajikan dengan bahasa sederhana ini membahas secara lengkap rahasia menuju haji mabrur.