Memoar ini mengisahkan sosok R. Sjamsuhidajat, seorang dokter spesialis bedah digestif yang juga Guru Besar Ilmu Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Seluruh hidupnya didedikasikan untuk melayani pasien, dan secara konsisten mendidik mahasiswa kedokteran seutuhnya berbasis etika kedokteran. Banyak terobosan dilakukannya sehingga mantan siswa-siswa didiknya dan para sahabat menamakan dirinya Guru Besar, panutan paripurna, ahli bedah yang disegani. Prof. Sjamsu juga pendiri Departemen Pendidikan Kedokteran di FKUI yang mengayomi mahasiswa. Memoar ini juga memuat kisah sukses para siswa didiknya. Buku ini ditulis oleh rekan-rekan Prof. Sjamsu: Rudi Pekerti, Toar Lalisang, dan Rushdy Hoesein. Buku ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama menceritakan tentang masa kecil dan remaja Prof. Sjamsu di Padang, Sumatra Barat. Bagian kedua menceritakan tentang perjalanan Prof. Sjamsu untuk menjadi seorang dokter. Bagian ketiga menceritakan tentang karier Prof. Sjamsu sebagai seorang dokter dan guru besar. Bagian keempat menceritakan tentang pemikiran dan pandangan Prof. Sjamsu tentang pendidikan kedokteran. Buku ini mengungkap sosok Prof. Sjamsu sebagai seorang dokter yang berdedikasi tinggi dan seorang guru besar yang penuh kasih. Prof. Sjamsu selalu mengutamakan kepentingan pasien dan mahasiswanya. Ia juga selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. Berikut adalah beberapa kutipan dari buku ini: "Saya ingin menjadi dokter agar saya dapat menolong orang yang membutuhkan." "Guru besar adalah seorang pembimbing, bukan seorang diktator." "Pendidikan kedokteran harus mengutamakan kualitas, bukan kuantitas." Buku ini sangat cocok dibaca oleh para mahasiswa kedokteran, para dokter, dan para pemerhati pendidikan kedokteran. Buku ini memberikan inspirasi dan motivasi bagi para pembacanya untuk menjadi dokter yang profesional dan pendidik yang berkualitas.