“Jika tak seperti yang kita harapkan, amini saja ada hal lebih baik yang akan kita dapatkan. Mungkin nanti, tidak sekarang.” “Jika dia tak seperti yang kamu harapkan, amini saja aku sebagai hati yang kamu pilih, yang akan membawamu ke pelaminan yang berhujan haru air mata. Bukan nanti, tapi sekarang.” “Jika kamu izinkan, bolehkah aku sedia air matamu sebelum hujan?” “Aku tersesat di jalan yang benar: mencintaimu dulu dan sekarang. Esok? Semoga aku tersesat lagi.” “Tak apa jika aku harus mengharapkanmu dengan ber’jika-jika’. Selama tak ada pura-pura, pintu pelaminan akan terbuka saatnya.“ “Jika dia tak seperti yang kamu harapkan, amini saja aku sebagai hati yang kamu pilih, yang akan membawamu ke pelaminan hujan di suatu hari tanpa nama. Bukan nanti, tapi sekarang.” Buku ini lahir dari karya Moammar Emka. Pelaminan Hujan lahir dari dialog dan monolog perasaan tentang untaian makna hujan dan pelaminan yang dirangkai sedemikian rupa menjadi indah. buku ini merupakan buku yang berisi kumpulan sajak tentang cinta, harapan, dan doa. Menurut penulis, dalam cinta kita tak bisa membawa pengganti. Karena cinta hanya berpihak pada satu-satunya, bukan medua. Dalam Buku karangan Moammar Emka ini tidak pernah salah untuk dibaca, selain gaya bahasa yang baik isu yang diangkat benar-benar relevan dengan para pembaca. Ia sering mengangkat isu mengenai sisi seksualitas yang terjadi di masyarakat. Penulis: Moammar Emka Penerbit: Grafent Books Halaman: 204 Berat: 201 Gram Dimensi: 13 x 19 Cm