Bagi Nasib, ​bencana Sinabung ​berarti menghilangkan ​separuh atau bahkan ​seluruh ​kehidupannya. ​Mulai dari istri ​terkasih, putri ​tersayang yang kini ​menjadi tunanetra, ​kematian putranya, dan ​harapan seorang ​lelaki Karo ​separuh baya yang mengalami bencana ​terbesar. ​Dengan derita ​seberat itu, Nasib​ yang hanya ​seorang aktivis ​gereja sekalipun ​sempat goyah. ​Meski dikenal oleh​ para jemaat ​sebagai seorang ​yang baik, bahkan ​berteman dekat ​dengan pendeta. Dia mulai ​bertanya siapa dan​ bagaimana cara ​Tuhan bekerja. ​Dalam hatinya Nasib mengeluh, ​bagaimana ​ia ​memulihkan ​kepercayaan kepada ​Tuhan? Bagaimana​ dia ​membangun harapan ​bersama putri yang​ kini semata ​wayang itu? ​Bagaimana pula dia ​menumbuhkan cinta ​pada hidup dan ​pada yang memberi ​hidup? Perjalanan untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaannya, Nasib harus​ merangkak untuk ​kembali mengenal ​dan bahkan ​mencintai dirinya. ​Hingga akhirnya, dia juga berhasil kembali ​menyayangi Tanah ​Karo, termasuk ​Gunung Sinabung ​yang pernah ​member sekaligus ​merampas ​kebahagiaannya. Novel Nyanyian Gurukinayan karya Albert Purba merupakan sebuah cerminan dari nasib para korban yang harus bertahan, setelah kejadian letusan Gunung Sinabung. Tokoh utama, Nasib sebagai seorang aktivis gereja yang taat pun harus goyah keimanannya, ketika berhadapan dengan kejadian dahsyat Sinabung. Desa asalnya, yaitu Gurukinayan menjadi tempat sunyi penuh derita dari korban-korban yang direnggut kehidupannya oleh Gunung Sinabung. Novel ini memberikan banyak pelajaran kepada pembaca melalui petualangan Nasib dalam mengembalikan keimanannya.