Buku “Muslimah Diaries: Cantik Itu (Tak Harus) Luka” mendobrak standar kecantikan yang selama ini dibentuk oleh masyarakat. Buku ini memberikan pesan bahwa kecantikan tak melulu soal fisik dan menyakitkan, serta mengajak pembaca untuk mensyukuri kecantikan yang diberikan tersebut. Sinopsis Buku Pernah dengar istilah beauty is pain? Ya, istilah itu populer dan seolah membentuk pola pikir masyarakat-wanita pada umumnya-bahwa untuk menjadi cantik harus merasakan sakit yang luar biasa. Sayangnya, anggapan tersebut hanyalah rayuan dari industri kecantikan untuk melancarkan bisnisnya. Seperti di Eropa abad 19, kriteria cantik itu yang pinggangnya kecil, sehingga wanita memakai korset. Atau Tiongkok era Qing, wanita cantik adalah yang ujung kakinya kecil, sehingga sedari kecil mereka memakai sepatu lancip. Padahal, cantik itu (tak harus) luka. Mengapa demikian? Sebab, pada hakikatnya kita sudah terlahir dengan kecantikan masing-masing. Tergantung pada diri kita apakah mau mensyukurinya atau menghujatnya. Kecantikan sesungguhnya terpancar dari hati yang bersih dan pikiran yang jernih. Kecantikan yang sesungguhnya terpancar dari tutur kata yang halus dan menyejukkan. Kecantikan sesungguhnya terpancar dari diri yang bersih dan rapi. Kecantikan yang sesungguhnya muncul dari pribadi yang cerdas. CANTIK = SPIRITUAL + INTELEKTUAL + VISUAL (RILEKS) Dengan menggabungkan ketiga komponen di atas, para wanita itu cantik. Untuk jadi cantik tidak perlu menyakiti diri sendiri dengan metode-metode kecantikan yang populer saat ini. Percayalah bahwa setiap wanita terlahir cantik. Rawatlah kecantikanmu semata-mata sebagai bentuk syukur kepada Allah Swt.