Diawali dari keprihatinan penulis terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan anak yang jauh dari harapan dan kenyataan sebenarnya. Apa yang menjadi kegamangan penulis adalah pendidikan telah lama dilaksanakan di Indonesia dengan berbagai lembaga yang ada, tapi hasilnya? Tidak memuaskan bahkan “nihil”. Pendidikan semakin tinggi dan mahal, dampak pendidikan terhadap anak dalam bentuk moralitas dan perilaku jauh dari sejatinya. Apa yang salah terhadap pendidikan kita ini? Penulis menawarkan satu solusi jitu dengan penuh keyakinan bahwa metode talqin harus diajarkan terhadap anak. Metode ini diyakini sebagai basis utama metode pendidikan agama terhadap anak. Dengan metode ini, Anak dididik sejak dini akan terbiasa dengan kalimat toyyibah "La Ilaha Illallah" sebagai kalimat tauhid. Buku ini menegaskan bahwa internalisasi keimanan harus dimulai dari keluarga dengan metode talqin. Hal ini erat kaitannya dengan suatu ekspektasi bahwa jika suatu bangsa dan negara mengharapkan karakter yang kuat dari warga negaranya, maka ia harus mengawalinya dari pembenahan di dalam keluarga. Dapat dibayangkan, jika kehidupan sosiologis yang terjadi di dalam keluarga tidak berjalan baik, maka sulit untuk kita berharap kehidupan dunia yang baik bagi anak-anak nanti. Implikasinya anak akan memiliki perilaku yang dissatisfied (tidak merasa puas), disengage (tidak merasa terlibat), disaffected (tidak terpengaruh), disrespectful (tidak merasa dihormati), dan disruptive (merasa terganggu).