Ashadi Siregar
Menolak Ayah 2025

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.
Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.
Format Buku
Deskripsi
Ini bukan sebuah epos dari perjuangan di masa PRRI. Hanya kisah anak Batak yang melata hingga ke Jakarta. Tatkala seorang laki-laki mengabaikan istrinya, hanya meninggalkan penderitaan bagi perempuan, pantaskah dia menjadi seorang ayah? Ingatan pada ibu adalah sumber daya cinta. Perempuan adalah semesta kasih bagi Tondinihuta.
Prolog:
Dari lereng bukit lepaslah pandangan ke bawah. Permukaan danau bagai cermin biru memantulkan gumpalan kapas putih. Angin bertiup namun tidak menyentuh muka danau yang tenang. Semata-mata lukisan awan bergerak. Di pinggir danau jalan berkelok, dari kejauhan sayup terdengar alunan trompet klakson bus antardaerah yang menghubungkan Medan dengan pedalaman, ke Tapanuli sampai Sumatra Tengah. Tentulah bus Sibualbuali. Nada suara diantar angin yang merayap di perbukitan. Begitu melangut. Serasa jauh di masa lalu. Begitu berindu. Oh, dia ingin kembali ke dalam bus itu.
Rasa-rasanya, belum berapa lama lewat, dia masih bergelantungan dengan keterampilan seekor lutung. Dia kenek bus yang menjalani rute Medan–Bukittinggi. Harus cekatan naik melalui tangga di bagian belakang bus untuk menata barangbarang penumpang diatas atap. Manakala seluruh barang sudah ditata rapi dan tertutup terpal, dia turun menyusup lewat jendela masuk ke dalam bus. Di setiap kota, bus berhenti di kantor perwakilan perusahaan, dan dia kembali naik ke atap, mengambilkan barang-barang milik penumpang yang turun di perhentian itu. Tak kalah pentingnya, memeriksa keselamatan barang-barang pos. Di atap bus terdapat peti besar khusus untuk membawa kiriman pos antardaerah yang menggunakan jasa angkutan bus.
Profil Penulis:
ASHADI SIREGAR lahir di Pematang Siantar, 1945, tinggal di Yogyakarta sejak tahun 1964 hingga sekarang. Pada 1970-an dia dikenal untuk novel best seller-nya, seperti Cintaku di Kampus Biru, Kugapai Cintamu, Terminal Cinta Terakhir, Sirkuit Kemelut; semuanya telah difilmkan. Dia telah menulis 12 novel.
Selain itu Ashadi juga mengajar di Jurusan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), serta pengajar tidak tetap pada Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Program Sekolah Pascasarjana Kajian Budaya dan Media UGM. Sejak 2010 pensiun sebagai pegawai negeri Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dia juga memimpin Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan Yogya (LP3Y) sejak 1992 hingga 2014, sebuah organisasi yang berfokus pada pengembangan jurnalisme dan pelatihan wartawan. Buku Menolak Ayah ini adalah novel mutakhirnya.
Baca Selengkapnya
Detail Buku