Nusantara pada zaman dahulu, masyarakatnya mayoritas menganut ajaran agama Hindu dan kepercayaan lokal. Sebelum kemudian berubah total menjadi Nusantara yang mayoritas beragama Islam seperti sekarang ini. Hal tersebut dikarenakan adanya peran dari para da’i yang mampu membawakan ajaran agama Islam yang universal melalui sekat-sekat etnis. Caranya yaitu dengan mengkolaborasikannya dengan kemampuan berdialog dan budaya lokal. Di era global seperti sekarang ini, muncul sebuah kesadaran bahwasanya ‘yang lokal’ akhirnya banyak menjadi korban marginal, yang mana adanya hal tersebut menyebabkan ‘yang lokal’ tersebut akhirnya terpinggirkan.Memang tugas dari seorang Da’i hanyalah untuk menyampaikan saja, terlepas apakah orang yang diajak akan mendapatkan hidayah atau tidak, itu bukan menjadi urusan dari para Da’i tersebut. Hal itu dikarenakan hidayah semata-mata diturunkan atas kehendak dari Allah SWT sebagaimana firman Allah dalam QS. Al Qashash ayat 56. “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” Akan tetapi, ayat dari QS. Al Qashash ayat 56 tersebut tidak boleh menjadikan Da’i dalam melakukan dakwah akhirnya asal-asalan, seadanya, dan tanpa rencana. Sebaliknya, para Da’i tersebut harus tetap fokus dalam semangat, berstrategi, metode dakwahnya juga harus terus diperbarui agar pesan-pesan kebaikan dan kebenaran yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh para pendengarnya.