Islam telah mengatur pembagian waris secara komprehensif dengan membawa misi keadilan dan ketaatan pada Sunnah Rasulullah saw Ilmu pembagian harta waris (fara’id) dalam Islam dengan demikian menafikan konsep pembagian harta waris yang berlandaskan pada prinsip 'sama rata ' antara ahli waris laki-laki dan perempuan, menolak pembagian harta waris atas dasar egoisme ahli waris laki-laki terhadap ahli waris perempuan, dan menolak pula pembagian waris itu atas pertimbangan status atau kedudukan laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Lahirnya ilmu fara’id sebenarnya adalah untuk menuntun umat Islam ke dalam sunnah Rasulullah saw dan syariat Islam. Selain itu, pengaturan pembagian harta waris tersebut pun adalah untuk menghindarkan umat Islam dari perilaku gila harta, serta hal itu juga sekaligus sebagai jawaban bagi kelompok masyarakat tertentu yang selama ini kerap kali berusaha membelokkan prinsip keadilan dalam pembagian harta waris (fara’id) dalam Islam hanya kepada landasan emansipasi antara laki-laki dan perempuan; bahwa peran perempuan zaman sekarang juga memiliki kedudukan/karier yang sama, bahkan kadang-kadang lebih tinggi dari laki-laki, sehingga kelompok ini beranggapan bahwa formula pembagian harta waris pun harusnya berubah, yaitu bukan 2/3 untuk laki-laki dan 1/3 untuk perempuan, tetapi 'A untuk pria dan A untuk wanita. Buku Memahami Dasar-Dasar Ilmu Fara’id: dalam Teori dan Praktik inl merupakan buku tentang pembagian waris (fara’id) yang berbeda dengan buku sejenis, karena selain menyajikan konsep-konsep pembagian waris menurut syariat Islam, juga menyajikan perhitungan secara detail disertai contoh-contoh kasus pembagian waris dalam Islam, sehingga para pembaca akan mengetahui di mana letak prinsip keadilannya.