Gramedia Logo
Product image
Product image
M. DAHLAN ABUBAKAR

Mattulada: Dari Pejuang Hingga Ilmuwan

free shipping logo

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.

Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.

Format Buku
Deskripsi
Sulawesi Selatan, Universitas Hasanuddin khususnya, pernah memiliki sosok seorang ilmuwan yang sangat dikagumi. Dia menjadi sumber mata air pengetahuan bagi banyak pembelajar. Dia menjadi sumur informasi bagi banyak media dan tambang inspirasi dan motivasi bagi generasi. Pemikirannya sangat cemerlang. Itulah Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada. Pria kelahiran Bulukumba, 15 November 1928 dan meninggal di Makassar, 12 Oktober 2000. Hidupnya penuh warna. Setelah menjadi siswa SMP Nasional, bergabung sebagai pejuang, anggota Permesta, tentara, polisi, guru, dosen hingga guru besar. Jabatannya pun bervariasi, dari Direktur Pusat Penelitian, Ketua Dewan Kesenian Makassar (DKM), sampai Rektor Universitas Tadulako Palu. Dia pernah mengakui, pernah berada pada saat yang sangat mene­gangkan. Pada akhir 1946 dia ditangkap Belanda dan dipenjarakan di Bulukumba. Mengerikan dan menegangkan sebab sering malam-malam datang petugas membawa pergi seorang tawanan dan tak pernah kembali lagi. “Seandainya, Kepala Polisi Sulawesi Selatan La Tippa tidak kebetulan berkunjung ke penjara Bulukumba, 7 Januari 1947, barangkali kita tak kenal lagi Mattulada, seorang pemikir dari Ujungpandang. Dan seandainya ‘kebetulan’ tadi tak terjadi, mungkin nama Mattulada akan ikut tercatat dalam daftar panjang 40.000 pejuang dan rakyat Sulawesi Selatan yang menjadi korban pembantaian Westerling. Nasib saya memang sedang ‘baik’ waktu itu.” Profil Penulis: Try Harijono adalah seorang jurnalis dan penulis Indonesia yang telah bekerja di Harian Kompas selama lebih dari 30 tahun. Ia lahir di Jakarta pada tahun 1962 dan menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia pada tahun 1986. Try Harijono memulai kariernya sebagai wartawan di Harian Kompas pada tahun 1986. Ia telah meliput berbagai peristiwa penting di Indonesia, termasuk peristiwa kerusuhan Mei 1998, peristiwa Bom Bali 2002, dan peristiwa tsunami Aceh 2004. Ia juga pernah menjadi koresponden Harian Kompas di luar negeri, yaitu di Singapura dan Jepang.
Detail Buku