Mati Bahagia, novel Albert Camus yang diterbitkan setelah ia meninggal, ditulis ketika ia masih berusia dua puluhan awal. Dalam novel ini, Camus menampilkan lebih banyak tentang dirinya dibandingkan karya-karyanya berikutnya, yang di kemudian hari menjadi lebih kaya akan unsur-unsur mitologi. Melalui pemuda seperti Patrice, Protagonis novel ini, pembaca akan mengenali Camus muda-kegemarannya akan pantai, matahari, dan tanah kelahirannya Algeria, relasi romantiknya dengan para perempuan, kebutuhannya akan mereka sekaligus keberjarakannya, usaha alienasi yang intens ia lakukan sebagai seorang petualang yang menempuh perjalanan di Eropa Tengah. Mati Bahagia adalah “prasejarah” novel-novel Camus, khususnya terhadap Orang Asing. Dalam Mati Bahagia, kita bertemu dengan Mersault yang lain, Patrice Mersault—baiklah, dalam tulisan-pengantar ini saya menyebutnya Mersault Kedua—yang merupakan “kembaran” sekaligus pantulan terbalik Mersault yang kita kenal lebih dulu, Mersault Pertama dalam Orang Asing. Betapa pun ringkas novel awal Camus yang terbit 10 tahun setelah kematiannya ini, ia adalah novel yang “mentah”, tapi ini adalah kementahan yang mempesona: lunturannya yang tak ter tapis adalah bagian dari pencandraan “mikroskopik” akan situasi sekitar, yang cermin-bercermin dengan “kedalaman” sang protagonis, yang hendak menyatukan diri dengan alam. Bila “nada dasar” Orang Asing adalah keberjarakan, detachment, Mersault Pertama terhadap segala hal, termasuk keberjarakannya terhadap si pengarang, maka dalam Mati Bahagia “nada dasar” itu adalah pelibatan diri Mersault dengan kesekitaran, yang pada akhirnya sia-sia juga. Penceritaan Camus dalam Mati Bahagia pada dasarnya berisi banyak tegangan antara urutan peristiwa dan jukstaposisi pencitraan, antara waktu cerita dan waktu penceritaan, antara realisme yang rendah hati dan “moralisme” yang berpretensi. Informasi Lain ISBN : 9786023916979 Lebar : 20 cm Berat : 0,172 kg Tahun terbit : 2019 Penerbit : Divapress Jumlah Halaman : 200