Orang yang arif adalah figur manusia yang mampu menjalankan ajaran Memayu Hayuning Buwana. Ajaran ini menyiratkan serangkaian langkah mistik agar orang Jawa benar-benar selamat menghadapi hidup, sedangkan puncak falsafah hidup memayu hayuning bawana adalah meraih suasana tata-titi-tentrem. Pada saat orang Jawa mampu menjaga keteraturan alam semesta (dunia), suasana akan harmoni, tenang, dan tentram. Buku ini menguraikan dengan dalam arti dan konsep falsafah memayu hayuning bawana yang turun-temurun diwarisi oleh masyarakat Jawa. Juga mengupas jalan untuk mencapainya serta konteks ritual, kebatinan, dan sosial yang melingkupinya. Buku ini mengajak kita berkenalan dengan beberapa paguyuban yang mengejawantahkan ajaran-ajaran Jawa, terutama ajaran-ajaran yang mengajarkan untuk manusia bisa menjadi khalifah bagi dunia ini harus menjalankan laku-laku yang bukan saja menyenangkan dirinya sendiri, tapi dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Pada bagian-bagian lainnya dari buku ini, pembaca akan diajak untuk memahami kearifan lokal yang sekarang ini mulai ditinggalkan, seperti tapa ngrame, sepi ing pamrih, tepa slira, dll. Buku ini juga akan mengajak kita menjelajahi alam budaya Jawa melalui 10 bab dengan beberapa sub bab yang menjelaskan secara rinci, mendalam, serta padat terkait dengan memayu hayuning bawana. "Dengan landasan eling, percaya, dan mituhu kepada Tuhan, maka seseorang berupaya hidup dengan cara menghiasi dunia." –Suwardi Endraswara.