Gramedia Logo
Product image
Hanifa Vidya

Lit: Left Unsaid

Format Buku
Deskripsi
SATU SEKOLAH BODOH SEMUA! Namanya itu Bening, bukan Butek! Bercak merah besar di muka kanannya itu port-wine stain birthmark, alias tanda lahir. Bukan koreng, panu, atau kurap. Dia bukan wabah menjijikkan yang harus dijauhi! Bening juga nggak kalah bodoh. Gelarnya doang langganan juara olimpiade sains. Hobi nyumbang piala buat sekolah. Sumber sontekan satu kelas. Masih mau-maunya dia noleh setiap dipanggil Butek! Aku kira karena badannya mini, makanya dia nggak berani melawan, tapi pas aku mau hajar anak-anak bodoh itu, dia menghentikanku. Sepanjang jalan pulang, dia marah-marah atas tindakanku yang menurutnya nggak berfaedah dan sok heroik. Lah, kenapa jadi aku yang salah?! Selling Point: Left Unsaid menghadirkan tema perisakan verbal dengan alasan "bercanda", atau menganggap itu bukan bentuk perisakan karena korban sendiri merasa tidak terganggu. Padahal, diam bukan berarti tidak merasa terganggu. Diam bukan berarti merasa tidak sakit hati atas ucapan yang sama sekali tidak lucu di mata korbannya tersebut. Kali ini, Hanifa Vidya menyajikan cerita remaja dengan tema lumayan berat tetapi relate pada Left Unsaid. Seperti Mereka Bilang Aku Kemlinthi, pembawaan novel ini sangat detail tetapi juga lugas, pintar dengan celetukan-celetukan segar, dan membawa kita pada apa yang biasanya timbul tenggelam dalam kehidupan kita; harapan. Profil Penulis: HANIFA VIDYA RIZANTI, entah bagaimana sejak kecil dipanggil Vivi, lahir pada Oktober 1992. INTP­T. Seorang istri, ibu, anak, dan kakak. Penggemar berat kue donat, Detective Conan, dan Keigo Higashino. Sarjana komputer yang berpetualang di dunia kepenulisan. Seorang pembaca yang menikmati tulisan tulisan sarat makna dengan penyampaian sederhana. Left Unsaid adalah buku keduanya yang terbit di Elex Media. Buku pertamanya, Mereka Bilang Aku Kemlinthi (2022), sudah tersedia di toko buku offline maupun online. Vivi dapat disapa melalui Instagram @vini.vidi.vivi dan Watt pad @vinividivivi, atau bermainlah ke Malang untuk berjumpa secara langsung.
Detail Buku