Dalam pengertian klasik, perang dilancarkan sebuah negara dengan mengerahkan tentara regulernya untuk melawan negara lain. Pengertian tersebut sudah tidak sesuai dengan kenyataan penggerakan perang dewasa ini, dimana perang dilancarkan di dalam sebuah negara oleh penyelenggara negara itu sendiri dengan mengerahkan tentara reguler dan nonreguler untuk melawan rakyatnya sendiri. Dalam buku yang disusun oleh Dario Azzelini dan Boris Kanzleiter ini kita akan melihat banyak contoh pasukan non-reguler, bersama dengan pasukan reguler, memerangi rakyatnya sendiri. Mulai dari Los Paras di Kolombia, Guardias Blancas (Pengawal Putih) di Meksiko, Baret Merah di Serbia, RCD di Rwanda, dan masih banyak lagi kelompok-kelompok paramiliter yang beroperasi di Amerika Latin, Afrika, negara-negara Balkan serta Asia, termasuk di Indonesia yang selalu siap menebar teror. Buku yang diterbitkan Insist Press pada 2018 ini juga menyoroti bagaimana tentara reguler dan nonreguler di Indonesia, bersatu untuk melawan rakyat. Di Indonesia, kita melihat sendiri bagaimana beberapa kota sempat digegerkan oleh "kegagahan" berbagai macam kelompok paramiliter, serta bagaimana kerabat dan kroni Soeharto, sudah lama punya 'kebiasaan' merekrut para bekas komandan TNI dan Polri ke dalam perusahaan-perusahaan mereka, dalam posisi sebagai komisaris. Sebaliknya, banyak juga praktik perwira dan mantan perwira yang dikaryakan ke badan-badan usaha milik negara (BUMN), ternyata sangat lihai menguras perusahaan-perusahaan itu untuk keuntungan mereka pribadi.