John Michael Green
Kota Kertas (Paper Towns)

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.
Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.
Deskripsi
Saat Margo Roth Spiegelman mengajak Quentin Jacobsen pergi tengah malam—berpakaian seperti ninja dan punya daftar panjang rencana pembalasan—cowok itu mengikutinya. Margo memang suka menyusun rencana rumit, dan sampai sekarang selalu beraksi sendirian. Sedangkan Q, ia senang akhirnya bisa berdekatan dengan gadis yang selama ini hanya bisa dicintainya dari jauh tersebut. Hingga pagi datang dan Margo menghilang lagi. Gadis yang sejak dulu merupakan teka-teki itu sekarang jadi misteri. Namun, ada beberapa petunjuk. Semuanya untuk Q. Dan cowok itu pun sadar bahwa semakin ia dekat dengan Margo, semakin ia tidak mengenal gadis tersebut.
Prolog:
Menurut pendapatku, semua orang mendapatkan satu keajaiban. Contohnya, aku mungkin takkan pernah disambar halilintar, atau memenangkan Hadiah Nobel, atau menjadi diktator suatu negara kecil di Kepulauan Pasifik, atau mengidap kanker telinga yang tak dapat disembuhkan, atau mengalami tubuh terbakar secara tiba-tiba. Tetapi jika kita mempertimbangkan semua hal-hal yang tak mungkin itu sekaligus, setidaknya salah satunya bisa saja terjadi pada masing masing diri kita. Aku bisa saja melihat hujan katak. Aku bisa saja menapakkan kaki di Mars. Aku bisa saja dimangsa paus. Aku bisa saja menikahi Ratu Inggris atau bertahan hidup bertahun-tahun di lautan. Tetapi keajaibanku berbeda: dari semua rumah di subdivisi di seantero Florida, aku tinggal bersebelahan dengan Margo Roth Spiegelman.
Subdivisi kami, Jefferson Park, dulunya merupakan pangkalan angkatan laut. Namun kemudian, angkatan laut tidak lagi membutuhkannya, jadi mereka mengembalikan lahan tersebut kepada penduduk Orlando, Florida, yang memutuskan untuk membangun subdivisi masif, sebab itulah yang dilakukan Florida dengan tanah. Orangtuaku dan orangtua Margo pindah ke kediaman yang bersebelahan tak lama setelah rumah-rumah pertama dibangun. Waktu itu Margo dan aku berusia dua tahun.
Baca Selengkapnya
Detail Buku