Bahasa Indonesia itu rumit, lebih rumit daripada hubungan tanpa kejelasan. Namun, bahasa yang "katanya" rumit ini justru mempertemukan penuturnya dengan kekayaan kosakata yang luar biasa. Akan tetapi, bahasa Indonesia belum menjadi identitas yang dapat dibanggakan dalam berbagai praktik bahasa. Perkara ini dapat dikaji lewat satu pertanyaan besar: untuk keperluan apa bahasa itu digunakan? Buku ini menjadi jawabannya. Seyogianya, esai-esai bahasa dalam buku ini tidak bermaksud menggurui, tetapi untuk memantik diskusi. Semoga buku ini dapat menjadi bacaan yang menyenangkan, yang melengkapi pengetahuan kebahasaan pembacanya. **** “Saat membaca esai-esai Kak Darma, saya sering bergumam, ‘Eh, benar juga, ya.’ Isu kebahasaan yang diangkatnya, seperti ‘kena mental’ dan ‘bungkus’, merupakan hal-hal yang ditemukan sehari-hari, tetapi kerap luput dari perhatian. Kepekaannya mengupas isu-isu itu dengan rujukan dan perbandingan memperkaya pemahaman kita terhadap bahasa Indonesia.” Ivan Lanin Pendiri @narabahasa, Pencinta Bahasa Indonesia “Di mata saya, Darmawati Majid adalah sosok langka. Dia seorang ‘birokrat’ di bidang kebahasaan, tetapi di saat yang sama juga penulis karya-karya sastra yang produktif. Hasilnya adalah sajian sirkus pikiran dan imajinasi yang sangat lincah. Tulisan-tulisannya tentang bahasa jauh melampaui ceramah ‘aturan kebahasaan’ sebab di sana juga ada estetika, olah rasa, pengamatan yang jeli (dan sangat kaya!) atas aneka gejala sosial, hingga rentetan kritik atas malapraktik kekuasaan.” Iqbal Aji Daryono Esais dan Penulis Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira “Esai-esai dalam Gratis Ongkir adalah potret tentang keasal-asalan berbahasa Indonesia. Potretan Darmawati Majid unik. la menulis esai bahasa rasa cerpen atau cerpen yang memberikan pelajaran gramatika: suatu amalgamasi kecakapan pengucapan dan kemahiran eksplanasi. Kita seolah-olah sedang membaca esai bahasa rasa cerpen atau membaca cerpen tentang bahasa.” Gufran A. Ibrahim [Ibrahim Gibra] Profesor Antropolinguistik Universitas Khairun