Ari Sapto
Gerilya Republik Di Kota Probolinggo 1947-1949

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.
Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.
Format Buku
Deskripsi
Di Jawa Timur, Agresi Militer Belanda I berhasil gemilang, sama dengan di semua medan operasinya. Akan tetapi, kemenangan tempur Belanda yang begitu menghancurkan itu justru menambahkan kesadaran baru bagi siasat perjuangan TNI Konsep pertempuran gerilya adalah jawaban yang harus segera dilaksanakan Front tidak lagi terpaku pada garis depan dan belakang. Dalam gerilya tidak ada kata ""maju"" atau mundur"". Karena semuanya menjadi garis depan. Semuanya adalah front Selain itu, semangat dan keberanian tempur harus juga dikalkulasikan dengan
risiko yang bakal dihadapi, baik bagi prajurit TNI maupun bagi desa-desa atau wilayah yang menjadi penyangga dan secara langsung dapat merasakan ekses dari diadakannya gerilya. Sebab, kehilangan kepercayaan dari rakyat berarti sama seperti anak yang kehilangan induknya. TNI bisa kehilangan segala-galanya. Untuk melawan strategi penghancuran (annihilation strategy) yang dianut Belanda, TNI menggunakan strategi penemuan (attrition strategy). Bagi Belanda, strategi perang terutama ditujukan pada penghancuran Angkatan
Perang Republik. Mereka meyakini bahwa dengan hancurnya TNI maka
maksud dan tujuan politik dapat lebih mudah dicapai, kemudian baru tujuan ekonomi dapat pula dicapai. DI Probolinggo, seperti juga di daerah-daerah lain, keberpihakan rakyat umum kepada Republik adalah modal dasar yang paling penting. Namun, soal keberpihakan ini adalah perkara yang juga hendak diperebutkan oleh Belanda. Dan, untuk Belanda, sesudah Kota Probolinggo berhasil diduduki melalui Agresi Militer Belanda 1 tanggal 21 Juli 1947. sikap rakyat sudah tidak bersahabat.
Baca Selengkapnya
Detail Buku