Buku karya spiritualis Anand Krisha yang berjudul Dvipantara Dharma Sastra patut dicermati dengan saksama. Buku ini mencoba menerjemahkan ulang naskah-naskah kuno yang keberadaannya telah ada sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Tiga naskah kuno tersebut adalah Sara Samucaya, Slokantara, dan Sevaka Dharma. Penerjemahan naskah tersebut kemudian dikaitkan dengan sebuah keagungan karya dan nilai luhur yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Buku ini berisi tulisan bijaksana masa lampau dari nenek moyang bangsa Indonesia yang dituangkan dalam lontar Sarasamuccaya dan Slokantara yang ditemukan di Bali. “Sara Samuccaya mengandung intisari ajaran tinggi dan cita-cita luhur yang tertuang dalam Mahabharata. Buku ini kaya akan ketaatan dan penghormatan yang telah dianugerahkan selama berabad-abad melalui penduduk pulau yang indah.” (Prof. Dr. Raghu Vira, Ma., Ph.D., D.Litt., Et. Phil., Penulis Sara Samuccaya) “Pertanyaannya adalah apakah kita siap membuka diri terhadap nilai-nilai tersebut? Dan apakah kita menerima nilai-nilai dalam Slokantara yang dipatuhi menjelang akhir Dinasti Majapahit sekitar abad 14 atau 15 zaman kita, tetapi yang masih berlaku? Jawaban atas pertanyaan ini harus ditemukan oleh pembaca dengan merenungkan hal tersebut.” (Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo, Istana Glagah Wangi Dhimak, Demak, Jawa Tengah) “Berkat ketekunan upaya tak kenal lelah dari Anand Krishna, kebijaksanaan Sevaka Dharma sekarang dapat diakses dan mencerahkan semua orang. Kami sangat memuji usahanya. Tidak mudah menerjemahkan bahasa Sunda kuno ke bahasa Indonesia karena keterbatasan kosakata.” (Ir. Rd. Roza Rahmadjasa Mintaredja, Humanis, Aktivis Sunda, Arsitek)