Ketika rumah tangga tak seindah surga, demikianlah cinta. Tiangnya adalah percaya. Atapnya adalah suka dan duka. Semak belukarnya adalah prahara. Cinta tidak selalu memiliki. Demikian halnya cinta tidak harus berwarna pelangi. Kadang mendung, kadang gerimis, kali lain hujan lebat diiringi gemuruh petir. Cinta juga tidak selalu setia. Ada masa di mana cinta harus terbagi, terpisah, bahkan berhenti. Tak ada cinta yang tidak diuji, sebagaimana tidak ada anak yang lahir tanpa rasa sakit. Bertahan atau menyerah. Bangkit atau terpuruk. Itu urusan nanti. Sebab ketika kau memutuskan mencintai, kau hanya perlu menguatkan dirimu. Sedikit bersabar. Lalu selebihnya ambil sisa hidupmu untuk tertawa bersama. Tidak rumit bukan? Ya. Tidak pernah rumit. Karena yang rumit bukan cinta yang membakar dadamu. Melainkan nafsu yang menggerogoti pilar di rumahmu. Maka benarlah apa yang dibilang oleh Panglima Tian Feng, Cut Pat Kay dalam serial Kera Sakti : “Sejak dulu beginilah cinta, penderitaannya tiada akhir …” Rupanya memang cinta tidak melulu menyajikan surga. Jika kita tidak beruntung mendapatkannya, maka cinta laksana neraka pun ada. Semoga buku ini membawa semilir angin sejuk pada rumah tangga kita. Bahwa cinta di dalam rumah kita harus tetap menyala, apapun yang terjadi. Jangan pernah kandas. Jangan biarkan lepas. Seperti Panglima Tian Feng yang tidak pernah jera meskipun seisi perempuan di bumi seolah menjauhinya.