Gelap. Terasa terhimpit dari kanan dan kiri. Sulit untuk bangkit dan berdiri seolah beban datang bertubi tiada henti. Sedangkan menegakkan kepala pun tak mau, sebab ragam ancaman mengintai. Buntu! Bingung! Sedih! Kecewa! Seolah memasuki hutan belantara. Tiada manusia di sana, hanya bekas bekas tapak jejak hewan buas.Tiada cahaya, tertutup pohon-pohon raksasa . Tiada air segar untuk lepas dahaga, hanya tetesan embun dari daun selepas subuh hari. Kita, diciptakan untuk merasa kecewa. Kita, sebagai manusia memang diciptakan untuk merasa sedih. Kita diciptakan bukan semata untuk mengenal rasa bahagia. Manusia, diciptakan Allah denganberaneka bentuk warna, bahasa, ras dan jusa aneka emosi. Sayangnya, kita hanya ingin mengecap rasa bahagia dan sukses saja. Sedangkan rasa kecewa, putus asa adalah rasa yang tak ingin kita kecap, malah tampak aib bagi beberapa orang. Lantas, mengapa Allah ciptakan ragam emosi dan perasaan itu? Mengapa tidak membiarkan kita sebagai manusia bahagia dan mudah untuk menggapai cita-cita? Mengapa Allah justru menciptakan sedih dan gembira berdampingan? Mengapa ada putus asa ada pula harapan yang subur? Padahal, bukankah mudah saja bagi Allah Yang Maha Esa membuat hamba ciptaan-Nya untuk gembira? Mengapa Allah ciptakan banyak rasa, menekan jiwa kita? Tapi di saat itu pula ada banyak rasa lapangkan jiwa? Teman, aku ingin menemanimu dalam mencicipi rasa-rasa itu. Aku ingin, memeluk mu dalam gelap takutmu. Aku ingin, kita bersama memetik perlahan rahmat-Nya dan Maha Baik-Nya dalam menapaki hidup ini. Terbit: Cetakan Pertama, Oktober 2023