Gramedia Logo
Product image
Sudirman Said

Berpihak Pada Kewajaran Antalogi Pemikiran Sudirman Said

Deskripsi
Sudirman Said merasa beruntung dan berhutang besar pada negara setelah berhasil masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Kampus berikatan dinas yang lulusannya menjadi pegawai negeri sipil di pelbagai instansi pemerintah itu bukan saja menjadi jendela buatnya melongok dunia, tetapi juga “sekoci penyelamat” keluarga. Alhasil, sepanjang hidupnya, Sudirman Said merasa punya kewajiban etis untuk tiada henti membayarnya. Etika seperti itu rupanya ia pelajari dari sang ibu, “Kalau berhutang, lunasilah, jangan dikemplang”. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Sudirman adalah sudra yang terentaskan, karena itulah ia gandrung pada meritokrasi. Sudirman selalu geram pada korupsi karena korupsi lah yang membuat hak dan kesempatan para sudra sepertinya untuk sama-sama maju secara adil bisa jadi terhambat. Berutang pada negara dan membayarnya, gandrung pada meritokrasi, geram pada korupsi, adalah beberapa indikator dari “berpihak pada kewajaran’’, sebuah prinsip yang terus memandu Sudirman pada sepanjang keterlibatannya di berbagai aktivitas, baik sebagai pegawai, profesional, pengajar, hingga aktivis. Dalam bahasa akuntan, kewajaran terbaik adalah kewajaran yang tidak diikuti dengan catatan-catatan, atau yang kita kenal dengan istilah “wajar tanpa pengecualian’’. Pemikiran, pandangan, pengalaman, hingga tindakannya dalam berbagai aktivitas itu disimpan Sudirman dalam bentuk catatan, transkripsi wicara, tulisan di media massa, maupun dalam bentuk wawancara oleh pewarta. Buku ini adalah rangkuman dari semua itu. Judul : Berpihak Pada Kewajaran Antologi Pemikiran Sudirman Said Penulis : Sudirman Said Penerbit : Penerbit Buku Kompas Terbit : 4 Januari 2018 Bahasa : Indonesia ISBN : 9786024123192 Berat : 0.750 kg Lebar : 15 cm Panjang : 23 cm Tebal : 448 Halaman
Detail Buku