Gramedia Logo
Product image
Product image
Andrei Aksana

Berdamai dengan Badai

free shipping logo

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.

Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.

Format Buku
Deskripsi
Badai itu tak kunjung reda… sampai ia memilih untuk menghadapinya. Terjebak dalam lingkaran kekerasan sejak kecil, Hanna Artiany berpikir pernikahan dengan Arya Saputra adalah satu-satunya jalan keluar. Namun, di negeri asing, ia justru menemukan dirinya kembali terperangkap—kali ini dengan tiga anak yang harus dilindungi dari suaminya sendiri. Saat putra sulungnya meminta Hanna untuk pergi, ia tahu tak bisa lagi bertahan. Keberaniannya menghadapi badai demi masa depan yang lebih baik, membawa Hanna bertemu kembali dengan Gani Ali—seseorang dari masa lalu yang mengulurkan tangan untuk membantu sekaligus menawarkan cinta yang tak pernah padam. Prolog: Tak ada yang dapat mengembalikan waktu. Namun, ternyata masa lalu bisa menunggu, ketika rasa yang bersemi di dalam kalbu senantiasa terpelihara, teruji oleh kesabaran dan kerelaan. Hanna Artiany duduk salah tingkah di sisi Gani Ali. Sejak tadi kedua orang tua Gani hanya terpana memandanginya. Tak ada kata-kata yang terlontar. Mereka mengamati Hanna dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berkali Kali. Hanna merasa bagai makhluk luar angkasa yang terdampar di rumah itu. ”Ini Hanna?” tanya ibu Gani, setelah mulutnya mampu digerakkan. ”Benar ini Hanna? Yang waktu kuliah dulu pernah datang ke sini, kan?” Hanna mengangguk bingung. ”Ya, Bu. Saya Hanna.” Sejak kedatangannya tadi ia sudah memperkenalkan diri dan menyebutkan nama. Mengapa ibu Gani masih juga menanyakannya? Ayah Gani menimpali tak percaya, ”Jadi Hanna memang benar-benar ada? Nyata? Berwujud?” Hanna semakin kebingungan. Apakah orangtua Gani menganggapnya sebagai tokoh dongeng yang hidup di negeri khayalan? Hanna sampai ikut meragukan dirinya. Ia menunduk memperhatikan kedua kakinya yang menjejak lantai. Jadi, ia memang manusia. Belum berubah menjadi makhluk halus. Ia menoleh mencari jawaban pada Gani. Namun, lakilaki itu sama sekali tak membantu. Malah tersenyum-senyum misterius. Ayah Gani bangkit meninggalkan mereka, masuk ke salah satu kamar, lalu kembali lagi membawa sebuah buku. Entah sudah berapa lama usia buku itu. Sampulnya terlihat lusuh dan usang. Tentang Hanna: Hingga saat ini Hanna aktif menyerukan perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui kampanye #stopbullying #selflove #loveyourself #womenempowerment #pemberdayaanperempuan. Untuk memberikan sarana bagi kaum perempuan dan generasi muda yang mengalami perundungan, Hanna membuka akun media sosial sebagai tempat untuk berbagi dan saling memberi dukungan. Temui dan bergabung dengan Hanna di Instagram @hannaartiany.
Detail Buku