Ketika seseorang dipromosikan ke jabatan struktural, ia tidak otomatis menjadi pemimpin. Seseorang menjadi pemimpin bukan karena kursi atau jabatan. Ketika seseorang diangkat menjadi pemegang jabatan struktural, ia bisa saja menjadi ‘bos’. Ia harus bekerja keras supaya bisa benar-benar menjadi ‘pemimpin’. Kita menyadari betapa pentingnya mempunyai pemimpin berkualitas. Karena kualitas hidup kita di organisasi, di pemerintahan, sektor swasta, di bisnis, di kabupaten, kota, provinsi dan negara ini ditentukan olehnya. Tentunya kita sering mendengar masyarakat mengeluh betapa buruk sistem politik, sistem manajemen dan sistem pelayanan di negara kita. Masalah itu sebenarnya ditentukan oleh kualitas pemimpin. Sistem dapat berjalan dengan baik jika dibangun dan dikawal oleh pemimpin yang tepat. Isu kualitas kepemimpinan ini menimbulkan problematika, baik itu di dunia bisnis, di dunia pemerintahan, dan di instansi kerja. Untuk mencapai tujuan tersebut buku ini berusaha untuk membahas berbagai pertanyaan praktis dengan perspektif lengkap, seperti (a) pengaruh negatif seorang ‘bos’ pada unit kerja atau tim yang dipimpinnya, (b) ciri-ciri, karakteristik, dan kelemahan-kelemahan perilaku seorang ‘bos’, (c) mengetahui bagaimana seseorang tersebut dapat dikatakan seorang ‘bos’ atau ‘pemimpin’, (d) perbedaan paling mendasar seorang ‘bos’ dan ‘pemimpin’, (e) kekeliruan yang sering terjadi dalam praktek manajemen di perusahaan atau institusi pemerintah sehingga tercipta banyak bos dan sedikit pemimpin, (f) kesalahan ‘jenis ketiga’ seorang pemimpin, (g) pemilihan antara ‘bos’ atau ‘pemimpin’ dalam sebuah pilkada, (h) hubungan antara perilaku seorang bos pada tingkat produktivitas dan kesehatan mental pegawai atau para bawahannya.