Anjar Lembayung
Arimbi

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.
Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.
Deskripsi
Apakah sebuah nama adalah doa? Atau bahkan kutukan?
Namaku Arimbi, wanita yang jauh dari kata beruntung. Begitulah aku mendeskripsikan seluruh diriku. Usia yang tak lagi muda, 28 tahun. Seorang guru seni serabutan di sekolah-sekolah elite di Jakarta. Selalu sulit mengatakan tidak atau bisa dibilang aku seorang 'yes-man'. Lebih memilih berdiam diri di pojokan sambil membaca buku daripada bersosialisasi dengan sekitar. Juga, ehmmm ... terlalu baik, lebih tepat nya gampang dibodohi oleh orang yang berkamuflase sebagai sahabat.
Nama Arimbi yang Eyang Kakung sematkan padaku seolah menjadi kutukan ketidakberuntungan hidup yang kujalani. Tentu saja bukan tanpa alasan aku mengatakan hal itu sebagai kutukan. Setahuku Dewi Arimbi dalam tokoh pewayangan itu adalah seorang raksasa buruk rupa. Itu artinya, Eyang Kakung mendoakanku menjadi itik buruk rupa, ya seperti Dewi Arimbi itu. Dan benar hal itu terjadi dalam hidupku; menjadi itik buruk rupa di antara gemilangnya teman-teman di sekelilingku
Arimbi adalah seorang perempuan yang bisa dibilang antisosial, karena dia malas berinteraksi dengan orang lain. Perempuan ini bahkan hampir tidak memiliki teman karena berbagai masalah yang pernah dihadapinya. Cukup banyak masalah yang ia lalui ketika SMA dimana ada konflik persahabatan dan rela menerima penghianatan yang dilakukan oleh sahabatnya sendiri, dimana Arimbi merasa dibodohi dan jatuh di titik terendah dalam hidupnya. Namanya yang sama dengan Dewi Arimbi turut membuatnya merasa nama itu adalah sebuah kutukan.
Baca Selengkapnya
Detail Buku