Dari jauh aku melihat sosoknya, terlihat mencari-cari seseorang dengan sebuah botol air mineral yang isinya masih penuh. Aku berani bertaruh bahwa air mineral itu masihlah tersegel dengan rapi. Aku tersenyum miring melihat sosok tinggi itu yang masih mencari-cari seseorang yang kutahu siapa objeknya. Dengan langkah ringan kugerakkan kakiku menuju ke arahnya. la terlihat kaget apalagi saat kurampas air mineral itu dari genggamannya secara tiba-tiba. "Gue bantuin kasih ke dia, yah." Aku kembali berjalan dan tidak menghiraukan dirinya yang baru saja memanggil namaku dengan nada kesal dan kuyakin dengan pelototannya juga. "Ini dari cowok yang sana." Cewek yang kuberi botol air mineral itu menjatuhkan tatapan ke arah yang kumaksud. Tetapi, sialnya cowok itu malah berjalan pergi. Entahlah, ia takut atau malu. Ahhh, rasanya aku makin tidak baik-baik saja dengan perasaan yang kupaksakan. Kamus tebal bahasa Inggris yang berada di hadapanku melayang bebas saat seorang gadis dengan surai tergerai masuk dengan hebohnya. Matanya membelalak dan segera menyingkir saat 600-an lembar lebih mengintai wajah cantik hasil perawatannya. Ia terlihat manyun menatapku yang kubalas dengan tatapan kesal padanya. Tanggapan yang ia beri selanjutnya adalah menyentak-nyentakkan kaki di lantai dengan mode manjah, mengambil kamus yang kulempar kemudian mengembalikan padaku. Sesungguhnya aku tidak marah, sumpah. Sebab, aku sudah terbiasa dengan tingkah ajaibnya yang orang lain akan memberikan respon jijik terhadapnya. Hanya saja, tanganku ini gatal ingin melemparkannya sesuatu saat kondisi kelas kondusif kedatangannya malah sangat mengganggu.