Gramedia Logo
Product image
Product image
Sjuman Djaya

Aku (AADC)

free shipping logo

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.

Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.

Format Buku
Deskripsi
“Bom atom pertama meledak di Kota Hiroshima. Langit berselaput awan cendawan berbisa. Ketika memburai awan ini, bumi laksana ditimpa hujan salju yang ganas. Ge - dung-gedung beton runtuh. Aspal-aspal jalan terbakar menyala. Bumi retak-retak ber - debu, di segala penjuru. Dan beribu tubuh manusia meleleh, tewas atau terluka. Seekor kuda paling binal, berbulu putih dan berambut kuduk tergerai, berlari di pusat kota, Jakarta! Tidak peduli pada yang ada, sekelilingnya, juga tidak pada manusia. Dia me - ringkik alangkah dahsyatnya, menapak dan menyepak alangkah merdekanya. Dunia ini, seolah cuma menjadi miliknya! Dan sekaligus seolah dia bicara: kalau sampai waktuku kumau tak seorang kan merayu tidak juga kau tak perlu sedu sedan itu aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang Gaung suara ini seolah membelah langit, membelah bumi.” Adegan-adegan film yang tergambar dalam skenario ini bertujuan untuk mewariskan semangat penyair besar yang dikagumi Sjuman Djaya, Chairil Anwar. Skenario ini merupakan salah satu karya terpenting Sjuman Djaya yang menempatkannya di jajaran para seniman besar Indonesia Profil Penulis: Cuma sekitar 16 karya lahir selama 14 tahun karier perfilmannya. Secara jumlah mungkin kecil, tetapi dengan jumlah itulah Sjuman Djaya hampir selalu meraih Piala Citra pada setiap kehadirannya dalam Festival Film Indonesia (FFI). Dan dari jumlah itu pula ia berhasil mengangkat dirinya menjadi seorang di antara segelintir sutradara Indonesia yang tidak dapat “didikte” oleh produser film. Sikap mandiri itu tampaknya mutlak bagi Sjuman, yang senantiasa ingin secara jelas menghubungkan film, sebagai alat ekspresi pribadi, dengan realitas sosial. “Sayangnya, yang mengikuti dia tidak banyak,” ujar D. Djajakusuma, budayawan dan sutradara film kawakan Indonesia. Film-film yang lahir dari Bung Sjuman—begitu panggilan akrabnya—memang melekat dengan “realitas sosial” itu. Misalnya: Si Doel Anak Betawi dan Si Mamad (1973), Laila Majenun (1975), Si Doel Anak Modern (1976), Kabut Sutra Ungu (1979), Bukan Sandiwara (1980), Kartini (1982), Budak Nafsu (1983), dan Kerikil-Kerikil Tajam (1984). Film terakhirnya,Opera Jakarta, yang dibintangi istrinya, Zoraya Perucha, belum sempat terselesaikan ketika Sjuman meninggal, 19 Juli 1985.
Detail Buku