Dewasa ini peradaban air Bali mendapat tantangan yang sangat berat. Kompleksitas persoalan muncul berkaitan dengan transformasi yang terjadi seperti, perterma transformasi ekologi terutama alih fungsi ruang akibat dari pertambahan penduduk, heterogenitas penduduk dan lonjakan kunjungan wisatawan yang menyebabkan kebutuhan air domestik dan industri pariwisata semakin meningkat, sementara alih fungsi lahan menyebabkan terganggunya daur air (hidrofogi), kedua transformasi ekonomi terutama akibat dari peralihan kehidupan pertanian menjadi jasa dan industri dengan paham materialisme, kapitalisme, dan komersialisme, terjadi penggunaan air yang berlebihan di daerah perkotaan, dan ketidakadilan antara kota dan desa dalam penggunaan air, ketiga transformasi kultural yang dipengaruhi oleh mobilitas penduduk yang demikian cepat dan luas menembus batas serta adanya kontak, komunikasi dan interaksi yang semakin cepat dan mengglobal, menyebabkan masyarakat kehilangan jati diri dan kearifan lokalnya. Transformasi yang dialami serta pergeseran paradigma ekologi masyarakat Bali dari ekosentrisme ke arah antroposentrisme telah memberi umpan balik terhadap kehidupan masyarakat Bali yang mengalami persoalan krisis air dan ancaman antropogene. Buku ini ingin menghadirkan kembali spirit kearifan lokal Bali yang memuliakan air, sekaligus memposisikan secara seimbang antara ekosentrisme dan antroposentrisme.