Agama Islam Sejarah

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid? Ini Kisah Sang Khalifah Berpengaruh

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid
Written by Fandy

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid? – Dinasti Abbasiyah mendapatkan puncak kejayaan ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memimpin pemerintahan pada masa itu. Bahkan ketika masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, ilmu pengetahuan di Kota Baghdad begitu bisa berkembang pesat.

Dinasti Abbasiyah sendiri merupakan dinasti kedua dalam sejarah Islam klasik yang mampu memiliki kekuasaan yang cukup lama yaitu selama setengah adad atau kurang lebih sekitar 524 tahun lamanya. Keberadaan daulah ini mampu menggantikan dinasti Islam tertua di dunia yaitu Dinasti Umayyah.

Dikutip dari Pendidikan Agama Islam: Berbasis Islam Kontemporer Perspektif Indonesia karya Afiful Ikhwan, peradaban dan kebudayaan Islam mampu tumbuh dan berkembang bahkan mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah.

Adanya kejayaan yang diraih oleh Dinasti Abbasiyah tak lain karena dinasti tersebut lebih fokus terhadap pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada melakukan perluasan wilayah. Sedangkan untuk puncak kejayaan yang dialami oleh masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid adalah pada 786 hingga 786 M.

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid?

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid

TribunNews

Setelah sebelumnya sudah ada penjelasan singkat tentang masa kejayaan Dinasti Abbasiyah karena Khalifah Harun Ar-Rasyid. Tentunya akan lebih lengkap lagi jika kita juga mulai membaca penjelasan siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid yang sebenarnya.

Sebelum dinobatkan sebagai seorang khlifah, Harun Ar-Rasyid didaulatkan oleh ayahnya menjadi seoang gubernur di daerah As-Siafah dan Magrib. Penobatan tersebut dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dimana pada tahun 779 M, Harun Ar-Rasyid didaulatkan menjadi seorang gubernur di As-Siafah. Sedangkan di Magrib, Harun Ar-Rasyid didaulatkan sebagai seorang gubernur pada tahun 780 M.

Setelah berlangsung dua tahun menjadi seorang gubernur, sang ayah mengukuhkan Harun Ar-Rasyid sebagai seorang putra mahkota untuk menjadi seorang khalifah setelah saudaranya. Tepat pada tanggal 14 September tahun 786 M, Harun Ar-Rasyid sudah menduduki tahta tertinggi di Dinasti Abbasiyah sebagai seorang khalifah kelima.

Harun Ar-Rasyid memiliki kekuasaan cukup lama yaitu 23 tahun dari tahun 786 M hingga 809 M. Selama menjadi seorang khilafah, Harun Ar-Rasyid mampu membwa dinasti Abbasiah ke arah puncak kejayaan.

Bahkan banyak hal yang bisa ditiru dari khalifah Harun Ar-Rasyid, mulai dari seorang pemimpin, menjalin hubungan harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, seniman dan qari.

Diketahui semasa pemerintahannya, Harun Ar-Rasyid kerap mengundang tokoh informal dan profesional ke dalam istana ketika akan melakukan diskusi sebagai bentuk upaya penyelesaian berbagai macam masalah yang ada.

Ketika Harun Ar-Rasyid menjadi seorang khalifah, dirinya memang dikenal selalu menghargai orang disekitarnya. Hal tersebutla yang mejadikan masyakrakat dari berbagai macam golongan dan status selalu menghormati, mengagumi serta mencintai khalifah Harun Ar-Rasyid.

Bahkan Harun Ar-Rasyid adalah sosok pemimpin yang mengakar serta begitu dekat dengan rakyatnya. Sebagai seorang pemimpin dan muslim yang selalu taat, Harun Ar-Rasyid tentunya tak pernah lupa akan kewajibannya untuk selalu beribadah. Dua kali dalam setahun, Harun Ar-Rasyid selalu menunaikan ibadah haji dan umrah.

Namun kala itu Harun Ar-Rasyid menunaikan ibadah haji dan umrah dengan cara berjalan kaki dari Baghdad ke Makkah. Ia juga tak pernah lupa untuk selalu mengajak pada ulama ketika menunaikan ibadah haji maupun ibadah umrah.

Salah satu hal menarik dari sosok khalifah Harun Ar-Rasyid adalah ketika dirinya tak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka ia akan menghajikan sebanyak tiga ratus orang di daerah Baghdad dengan biaya sepenuhnya ditanggung dari istana.

Hal tersebut juga menjadikan banyak masyarakat Baghdad merasakan akan suasana aman, tentram dan damai selama masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Selain itu ia juga dikenal sebagai sosok yang tak mengenal kata kompromi akan korupsi yang bisa merugikan rakyat.

Bahkan ketika yang melakukan tindakan korupsi tersebut adalah orang terdekat dan banyak memberikan pengaruh di dalam kehidupannya. Misalnya seperti tindakan pemecatan serta memenjarakan Yahya bin Khalid yang ia angkat sebagai perdana menteri atau wazir.

Kala itu Harun Ar-Rasyid juga melakukan penyitaan dan pengembalian harta Yahya bin Khalid yang bernilai 30,87 juta dinar yang didapatkannya dari hasil korupsi ke kas negara. Dengan begitu pemerintahan yang dipimpin oleh khalifah Harun Ar-Rasyid selalu terbebas dari adanya korupsi yang bisa menyengsarakan rakyatnya.

Jika digambarkan, sosok Harun Ar-Rasyid adalah seorang khalifah yang memiliki perawakan tinggi, berkulit putih serta tampan. Pada masa kepemimpinan khalifah Harun Ar-Rasyid, Dinasti Abbasiyah mampu menguasai wilayah kekuasaan yang terbentang luas dari daerah Laut Tengah di sebelah barat hingga ke India sebelah Timur.

Walaupun pada dasarnya, khalifah Harun Ar-Rasyid juga merasa jika menjaga akan keutuhan yang dikuasai olehnya terbilang tidak mudah. Pasalnya ada berbagai macam pemberontakan ketika ia menjadi seorang pemimpin.

Pemberontakan yang pernah terjadi pada masa kepemimpinan khalifah Harun Ar-Rasyid adalah seperti pemberontakan Khawarij yang dipimpin oleh Walid bin Tahrif pada tahun 794 M. Lalu ada juga pemberontakan Musa Al-Kazim pada tahun 799M serta pemberontakan yang dilakukan oleh Yahya bin Abdullah bin Taglib pada tahun 792 M.

Salah satu puncak pencapaian yang dapat membuat nama khalifah Harun Ar-Rasyid begitu melegenda adalah perhatiannya terhadap bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada masa kepemimpinan Harun Ar-Rasyid banyak penerjemahan karya dari berbagai macam bahasa.

Bisa dikatakan jika masa kemimpinan khalifah Harun Ar-Rasyid adalah awal kemajuan yang dicapai Islam dengan menggem dunia menggunakan ilmu dan peradaban. Pada era kepemimpinan Harun Ar-Rasyid juga berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan peradapan yang ditandai adanya Baitul Hikmah atau perputakaan raksasa yang sekaligus dijadikan pusat kajian ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masa itu.

Tak hanya itu saja, khalifah Harun Ar-Rasyid juga memberikan perhatian yang begitu besar terhadap perkembangan ilmu keagamaan.

Khalifah Harun Ar-Rasyid tutup usia pada tanggal 24 Maret tahun 809 M pada usia 43 tahun. Meski begitu sampai saat ini, nama Harun Ar-Rasyid masih terus melegenda. Bahkan nama Harun Ar-Rasyid juga diabadikan sebagai salah satu tokoh yang ada di dalam kitab 1001 malam.

Dari kisah khalifah Harun Ar-Rasyid bisa menunjukkan jika sosok pemimpin yang baik akan selalu dikenang sepanjang masa.

Pembangunan Pada Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika Harun Ar-Rasyid adalah seorang pemimpin yang begitu terkenal serta dicintai para ulama. Khilafah Harun Ar-Rasyid juga merupakan seorang yang begitu mengagungkan serta memuliakan agama dan juga membenci omong kosong maupun perdebatan.

Selama masa pemerintahannya, khalifah Harun Ar-Rasyid memberikan perintah untuk membangun perpustakaan-perpustakaan di wilayah Abbasiyah. Hal ini dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid agar minat baca seluruh rakyat di Abbasiyah bisa terfasilitasi dengan baik.

Dari banyaknya perpustakaan yang dibangun pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid, Baitul Hikmah merupakan salah satu perpustakaan yang begitu terkenal. Baitul Hikmah yang bisa juga disebut sebagai Rumah Kebijaksanaan merupakan perpustakaan serta lembaga pendidikan Islam pertama yang dibangun di Baghdad.

Fungsi utama dari Baitul Hikmah bukan hanya sebagai perpustakaan saja. Namun juga memiliki fungsi sebagai biro penerjemah dan tempat berkumpulnya para intelektual dan cendekiawan dari berbagai kerajaan untuk saling berkumpul.

Siapakah Khalifah Harun Ar-Rasyid

Republika

Bisa dibilang jika keberadaan dari Baitul Hikmah merupakan simbol dari kehidupan manusia yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual tinggi. Hal ini tak lain karena penguasaan terhadap ilmu pengetahuan bisa memasuki sendi kehidupan manusia yang berada di paling dalam yaitu ruang akal dan pemikiran yang juga bisa memberikan efek lebih besar dari hanya sekedar penguasaan jasmani belaka saja.

Menariknya lagi khilafah Harun Ar-Rasyid juga menerjemahkan buku pengetahuan dalam bahasa Arab. Adanya gerakan penerjemahan ini adalah salah satu bentuk asimilasi yang terjadi antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya yang sebelumnya telah mengalaminya.

Tak hanya itu saja, pasalnya dalam masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid, ia juga melakukan banyak pembangunan dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat dan juga untuk memajukan peradaban Islam.

Beberapa di antaranya adalah membangun kota Baghdad yang terletak diantara Sungai Eufrat dan Tigris dengan membuat bangunan-bangunan yang begitu megah. Selain itu ia juga membangun tempat peribadatan.

Tak hanya itu saja, pasalnya pada saat masa pemerintahannya dirinya juga membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan dan juga perdagangan. Ia juga membangun majelis Al-Muzakarah yaitu suatu lembaga pengkajian masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah, majid maupun istana pada saat itu.

Wafatnya Harun Ar-Rasyid

Pada masa pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid tak selalu berjalan mulus. Salah satunya adanya pemberontakan yang dilakukan oleh Rafi Ibn al-Laith di Samarkand. Pemberontakan tersebut mengakibatkan khalifah Harun Ar-Rasyid terpaksa harus mengungsi ke Khurasan.

Dimana tindakan tersebut merupakan pertama kalinya bagi khalifah Harun Ar-Rasyid meninggalkan ibu kota pemerintahan untuk melakukan perburuan para pemberontakan. Dalam masa perburuan tersebut, khilafah Harun Ar-Rasyid mengalami sakit hingga akhirnya meninggal pada tahun 809 M.

Saat itu usia khalifah Harun Ar-Rasyid masih terbilang cukup muda yaitu 43 tahun dan desa Sanadad di Tus adalah tempat dirinya menghembuskan nafas terakhir. Makam khalifah Harun Ar-Rasyid ada di Dar Al-Imarah.

Runtuhnya Daulah Abbasiyah

Kekhalifahan Abbasiyah dan Daulah Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam yang memiliki masa pemerintahan antara 750 hingga 1258. Pendiri dari Daulah Abbasiyah adalah Abdul Abbas As-Saffah, seorang keturunan dari paman Nabi Muhammad.

Dinasti tersebut melakukan pemerintahan sebagai khalifah di Bagdad, irak dan juga mampu menggulingkan kekhalifahan Umayyah dalam Revolusi Abbasiyah pada 750. Kekhalifahan ini juga mampu mencapai masa kejayaan pada abda ke-9 hingga abad ke-10 serta begitu terkenal dalam akan jasanya memajukan ilmu pengetahuan.

Meski begitu setelah lima abad berkuasa, kekuasaan Daulah Abbasiyah pada akhirnya mengalami kemunduran hingga runtuh. Runtuhnya Daulah Abbasiyah tentunya disebabkan oleh beberapa faktor. Berikut adalah beberapa faktor yang bisa menyebabkan Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran hingga runtuh.

1. Adanya Perebutan Kekuasaan

Salah satu faktor internal yang bisa menyebabkan Daulah Abbasiyah mengalami kondisi kemunduran hingga runtuh adalah adanya perebutan kekuasaan oleh orang-orang yang memiliki pengaruh di kerajaan.

Hal ini tak lain disebabkan oleh kondisi pemimpin Daulah Abbasiyah yang dinilai kurang tegas sehingga membuka jalan bagi Mamluk atau tentara budak dan Bani Buwaih untuk melakukan pemberontakan terkait dengan perebutan kekuasaan.

Meski khalifah tetap dipegang oleh orang keturunan Abbasiyah, namun dinasti kecil lainnya yang jauh dari pusat pemerintahan sudah mulai lahir.

Selain itu luasnya kekuasaan dinasti Abbasiyah menjadi salah satu faktor sulitnya komunikasi untuk dilakukan. Hal ini menjadikannya beberapa daerah memisahkan diri dari dinasti Abbasiyah.

2. Adanya Persaingan Antar Bangsa

Adanya persaingan antar bangsa juga menjadi salah satu faktor runtuhnya dinasti Abbasiyah. Persaingan antar bangsa tersebut terjadi ketika Khalifah Abbasiyah didirikan. Bani Abbas bersekutu dengan orang-orang Persia yang tidak senang akan pemerintahan yang dilakukan oleh Bani Umayyah.

Akan tetapi dalam prosesnya, orang Persia memang tidak begitu puas dengan pemerintahan yang dilakukan oleh Abbasiyah serta ingin memiliki dinasti sendiri dengan pejabat yang berasal dari bangsanya sendiri.

Pada waktu yang sama, bangsa Arab memiliki anggapan jika mereka lebih istimewa dan juga memiliki pemikiran menganggap rendah bangsa non Arab. Oleh karena itu, munculah dinasti lain yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad seperti bangsa Persia, Turki dan Kurdi.

3. Adanya kemerosotan Ekonomi

Walaupun dinasti Abbasiyah pernah memiliki kekayaan, namun adanya kondisi pengeluaran yang terus meningkat dengan pemasukan yang terus menurun adalah salah satu penyebab dinasti Abbasiyah menjadi runtuh.

Salah satu penyebab adanya peningkatan pengeluaran tak lain karena gaya hidup para khalifah serta pejabatnya yang begitu mewah. Tak hanya itu saja, pasalnya Perang Salib yang berlangsung selama beberapa periode tak hanya memakan banyak korban namun juga mampu menimbulkan kerugian materi besar bagi Dinasti Abbasiyah.

4. Adanya Serangan dari Bangsa Mongol

Serangan bangsa mongol yang berhasil menghancurkan kota Baghdad merupakan faktor yang menyebabkan dinasti Abbasiyah mengalami keruntuhan. Pada tahun 1958, tentara Mongol yang memiliki kekuatan sekitar 200.000 orang secara langsung melakukan penyerangan ke kota Baghdad.

Khalifah terakhir dari dinasti Abbasiyah yaitu Al-Musta’shim dibuat tak berdaya dalam upayanya membendung tentara Mongol dengan jumlah yang begitu banyak. Dimana penyebab utama tentara Mongol melakukan penyerangan sebenarnya ada dua.

Yang pertama adalah adanya kesalahan yang dilakukan oleh Kekaisaran Khwarezmia yang secara tak langsung menjadi benteng Abbasiyah dari Mongol. Lalu yang kedua adalah adanya invasi bangsa Mongol dengan latar belakang motif ekonomi.

Dalam serangan tersebut Bangsa Mongol berhasil menghancurkan kota Baghdad, bahkan membakarnya. Oleh karena itu berbagai macam fasilitas kota seperti perpustakaan yang didalamnya memiliki isi berbagai macam peradaban dan juga ilmu pengetahuan dihancurkan oleh tentara Hulagu Khan.

Pasukan Hulagu Khan juga membunuh ribuan muslim di kota Baghdad dan secara otomatis hal tersebut menjadi tanda berakhirnya dinasti Abbasiyah.

Kesimpulan

Harun Ar-Rasyid adalah seorang khalifah dinasti Abbasiyah. Ia juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang baik hati serta begitu perhatian bagi para masyarkatnya. Bahkan ketika dirinya tak bisa menuikan ibadah haji, ia menggantikannya dengan memberangkatkan tiga ratus orang Bhagdad untuk berangkan menunaikan ibadah haji dengan biaya yang ditanggung penuh oleh kerajaan.

Selain itu dalam masa pemerintahannya, khalifah Harun Ar-Rasyid juga mendirikan bangungan penting seperti perpustakaan. Salah satu perpustakaan yang paling terkenal pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid adalah Baitul Hikmah atau bisa juga disebut sebagai Rumah Kebijaksanaan.

Baitul Hikmah tak hanya digunakan sebagai perpustakaan saja. Namun juga bisa digunakan berkumpulnya para intelektual dan cendekiawan dari berbagai kerajaan. Selain itu khilafah Harun Ar-Rasyid juga menerjemahkan buku pengetahuan dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab.Harun Ar-Rasyid wafat pada usia 43 tahun pada tahun 809 M.

Kini kita telah mengetahui siapakah khalifah Harun Ar-Rasyid. Grameds juga bisa mendapatkan buku-buku terkait dengan mengunjungi gramedia.com agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Hendrik

BACA JUGA:

  1. Kisah Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali 
  2. Siapa Pendiri Daulah Abbasiyah? Ini Profil Singkatnya
  3. Mengenal Sejarah, Masa Kejayaan, dan Pendiri Dinasti Umayyah
  4. Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia
  5. Kisah Sahabat Nabi yang Menjadi Teladan 
  6. Kisah Nabi Adam: dari Awal Penciptaan hingga Turun ke Bumi 

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.