Bahasa Indonesia

Contoh Penggunaan Alur Mundur Dalam Karya Sastra

Written by Shaza Zahra

contoh alur cerita mundur – Pernah nggak sih, Grameds, membaca cerita yang dimulai dengan kejadian misterius, kemudian perlahan dibawa ke masa lalu untuk mengungkap alasannya?

Itulah salah satu contoh penggunaan alur mundur, atau yang sering disebut sebagai alur flashback, dalam karya sastra.

Dalam menulis sebuah karya sastra, seperti buku, novel, cerpen, naskah drama, atau naskah film, selalu ada unsur intrinsik yang menyertainya. Unsur intrinsik ini merupakan komponen yang membangun sebuah karya sastra, meliputi tema, penokohan, alur cerita, gaya bahasa, sudut pandang, amanat, dan sebagainya.

Alur adalah urutan peristiwa yang disusun secara terstruktur untuk menggerakkan cerita hingga mencapai klimaks dan akhir yang memuaskan. Unsur yang ada dalam penyusunan alur akan menentukan apakah cerita tersebut menggunakan alur maju, alur mundur, atau alur campuran. Oleh karena itu, penulis perlu memahami perbedaan antara ketiga jenis alur ini.

Berikut adalah beberapa contoh cerita yang menggunakan alur mundur, yang dapat membantu Grameds untuk lebih memahami penerapan teknik ini dalam penulisan sebuah karya sastra.

Apa Itu Alur Mundur?

Alur adalah salah satu unsur intrinsik yang penting dalam sebuah karya sastra, seperti novel, cerpen, naskah drama, atau naskah film. Alur terbagi menjadi tiga jenis: alur maju, alur mundur (flashback), dan alur campuran. Pada artikel ini, kita akan fokus membahas alur mundur atau flashback.

Alur mundur adalah teknik narasi yang dimulai dari akhir cerita, kemudian mundur untuk mengungkapkan penyebab atau latar belakang peristiwa tersebut. Cerita diawali dengan klimaks, lalu mundur ke awal untuk menjelaskan konflik atau masalah yang terjadi sebelumnya.

Alur mundur sering digunakan untuk memperkenalkan konflik yang langsung mengundang perhatian pembaca, meskipun latar belakangnya baru terungkap kemudian. Dalam teknik ini, cerita tidak berjalan secara linier, melainkan dimulai dari puncak peristiwa dan kembali ke masa lalu untuk menjelaskan peristiwa sebelumnya.

Dengan alur mundur, penulis dapat menggali lebih dalam ke masa lalu karakter atau peristiwa yang membentuk konflik. Teknik ini tak jarang membuat pembaca penasaran dan memberikan kejutan yang menarik dalam pengalaman membaca cerita. Dengan demikian, alur mundur adalah cara yang efektif untuk menciptakan ketegangan dan memperkaya cerita, Grameds.

Ciri-Ciri Alur Mundur

Alur mundur memiliki ciri khas yang membedakannya dari jenis alur lainnya. Berikut adalah beberapa ciri utama alur mundur yang sering digunakan dalam karya sastra yang wajib Grameds ketahui:

1. Dimulai dari peristiwa puncak

Cerita biasanya dimulai dari titik klimaks atau peristiwa penting, dan kemudian mundur untuk mengungkapkan apa yang telah terjadi sebelumnya.

2. Mengungkap masa lalu

Alur mundur mengungkapkan kejadian-kejadian masa lalu secara bertahap, memberi pembaca wawasan yang lebih dalam tentang latar belakang cerita.

3. Menambah ketegangan dan misteri

Dengan memulai cerita di bagian puncak atau konflik utama, alur mundur menciptakan ketegangan yang terus meningkat dan membangun rasa penasaran pembaca.

4. Penggunaan adegan konflik di awal cerita

Alur mundur sering dimulai dengan sebuah konflik yang besar atau momen penting yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam setelah cerita dijelaskan secara mundur.

5. Perubahan waktu yang jelas

Alur ini melibatkan pergeseran waktu yang nyata dan jelas, di mana pembaca dapat melihat perubahan antara masa kini dan masa lalu yang berbeda.

6. Memberikan latar belakang karakter atau peristiwa

Alur mundur memungkinkan pengungkapan latar belakang karakter atau peristiwa secara lebih mendalam, yang memperkaya pemahaman cerita secara keseluruhan.

7. Tidak mengikuti urutan waktu yang linier

Alur mundur tidak mengikuti urutan waktu yang linear, sehingga pembaca dihadapkan pada potongan-potongan cerita yang tidak berurutan namun saling terkait.

Contoh Penggunaan Alur Mundur

Penyesalan Elia

Elia berjalan menyusuri jalan setapak yang dulu sering dia lewati bersama teman-temannya. Udara sore itu terasa sejuk, tapi hati Elia dipenuhi oleh rasa penyesalan yang mendalam. Tiba-tiba, ingatannya melayang kembali ke beberapa tahun lalu, tepatnya pada keputusan yang mengubah arah hidupnya. Keputusan yang saat itu terasa benar, namun kini membawa rasa penyesalan yang tak terhapuskan.

Beberapa tahun yang lalu, Elia mendapatkan tawaran besar untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Beasiswa penuh, kesempatan untuk belajar di universitas terbaik, dan peluang untuk mengejar karir impian. Semua orang—terutama keluarganya—mendukung keputusan itu, tetapi Elia merasa takut. Takut jauh dari keluarga, takut menghadapi dunia yang baru, takut gagal. Meskipun teman-temannya sangat antusias dengan kesempatan itu, Elia merasa belum siap. Dia ragu, dan rasa ragu itu akhirnya mendorongnya untuk menolak tawaran tersebut.

“Takut, Elia? Kamu sudah siap, lho! Ini kesempatan besar,” kata Ana, sahabatnya, saat itu.

Namun, Elia mengabaikan kata-kata Ana. Dia memilih tetap di kota kecil mereka, melanjutkan pekerjaan yang sudah ada, dan tetap tinggal dalam kenyamanan zona yang sudah dikenal. Keputusan itu terasa tepat pada saat itu—lebih aman, lebih nyaman. Tetapi seiring berjalannya waktu, Elia mulai merasakan kekosongan. Dia menyaksikan teman-temannya yang pergi mengejar impian mereka di luar negeri dan meraih kesuksesan yang luar biasa. Mereka tidak hanya berkembang secara profesional, tetapi juga secara pribadi. Elia merasa tertinggal.

Hari itu, saat Elia berjalan menyusuri jalan setapak yang dulu penuh kenangan bersama teman-temannya, dia berpikir tentang keputusan yang diambilnya. Tidak ada yang salah dengan jalan yang dipilihnya, tapi Elia tahu bahwa kesempatan yang hilang itu adalah bagian dari dirinya yang selalu akan mengganggu pikirannya. Dia tahu, jika saja dia berani mengambil langkah itu, hidupnya mungkin akan berbeda. Tetapi yang lebih penting, Elia juga sadar bahwa keputusan itu telah membentuk siapa dirinya sekarang—lebih matang, lebih bijaksana, dan lebih siap menghadapi tantangan yang akan datang.

Elia berhenti sejenak di ujung jalan setapak, menatap horizon dengan pikiran yang lebih tenang. Meskipun penyesalan itu tak bisa diubah, dia tahu bahwa masa depan masih menawarkan banyak kesempatan. “Aku mungkin tidak bisa mengubah masa lalu, tapi aku bisa memilih bagaimana aku melangkah maju,” bisik Elia pada dirinya sendiri, sebelum melanjutkan perjalanannya, siap untuk menghadapi hari-hari berikutnya dengan pandangan yang baru

Contoh Film yang Menggunakan Alur Mundur

Berikut contoh-contoh film yang menggunakan alur mundur dalam menyampaikan ceritanya.

  • Gone Girl (2014) – Dir. David Fincher

https://www.youtube.com/watch?v=2-_-1nJf8Vg

Gone Girl mengisahkan Amy Dunne, wanita cantik, cerdas, dan kaya, yang hilang pada perayaan lima tahun pernikahannya dengan Nick. Nick melaporkan hilangnya Amy, namun ia semakin dicurigai setelah terlihat tidak peduli dan seolah tidak tahu banyak tentang istrinya. Misteri semakin rumit dengan ditemukannya bukti yang mengarah ke Nick, dan media mulai memojokkan Nick sebagai sosiopat.

Alur mundur dalam film arahan David Fincher ini mengungkapkan hubungan awal pernikahan mereka yang bahagia, namun mulai retak setelah mereka kehilangan pekerjaan. Amy merasa diabaikan, terutama setelah pindah ke Missouri untuk merawat ibunya yang sakit kanker, dan hubungan mereka  semakin memburuk setelah Nick berselingkuh.

Film ini menggali konflik pernikahan, rahasia tersembunyi, dan ketegangan yang membangun teka-teki besar: apakah Nick yang menyebabkan hilangnya Amy? Akankah Amy ditemukan kembali?

  • The Time Traveler’s Wife (2009) – Dir. Robert Schwentke

https://www.youtube.com/watch?v=3_8WZxHScMk

The Time Traveler’s Wife mengisahkan Henry DeTamble, pustakawan dengan kelainan genetik yang membuatnya melompat ke masa lalu dan masa depan tanpa kendali. Kehidupannya penuh ketidakpastian karena ia tidak bisa mengontrol perjalanan waktunya sebagai time traveler.

Film ini menggunakan alur mundur, mengisahkan cinta antara Henry dan Clare, yang dimulai ketika Clare masih kecil. Hubungan mereka berkembang meski Henry sering menghilang dan muncul di waktu yang berbeda.

Film ini menunjukkan dinamika kehidupan Henry yang berkelana waktu sebagai time traveler dan Clare yang harus selalu menunggu dan beradaptasi. Alur mundur mengungkapkan bagaimana masa lalu dan masa depan mereka saling berkaitan dan bagaimana takdir menjadi satu-satunya hal yang tak bisa dihindari.

  • 500 Days of Summer (2009) – Dir. Marc Webb

https://www.youtube.com/watch?v=PsD0NpFSADM

500 Days of Summer bercerita tentang Tom Hansen, penulis di perusahaan kartu ucapan yang merasa hidupnya monoton. Hidupnya berubah saat bertemu Summer Finn, karyawan baru yang menarik. Meskipun Summer tidak percaya pada cinta, mereka mulai dekat dan menjalani hubungan tanpa status. Tom mengharapkan lebih dari hubungan itu sementara Summer tetap tidak ingin terikat.

Film ini menggunakan alur mundur, menggambarkan hubungan mereka yang dimulai penuh harapan, namun berakhir dengan kekecewaan, mengungkapkan perbedaan pandangan Tom dan Summer terhadap hubungan yang mereka jalani.

Contoh Penggunaan Alur Mundur Dalam Buku

Berikut merupakan penggunaan alur mundur dalam buku dan juga karya-karya sastra yang perlu Grameds ketahui.

1. The Great Gatsby – F. Scott Fitzgerald

The Great Gatsby

Jay Gatsby adalah seorang miliuner muda yang dikenal berkat pesta-pesta glamor yang selalu diadakan di rumah mewahnya di Long Island. Meskipun hidup dalam kemewahan dan kemegahan, ia tampaknya tidak bisa melupakan Daisy Buchanan, wanita yang pernah ia cintai bertahun-tahun lalu. Obsesi Gatsby terhadap Daisy, yang kini sudah menikah, terus menguasai pikirannya.

Melalui bantuan Nick Carraway, seorang pria muda yang baru saja pindah ke Long Island, Gatsby akhirnya bertemu kembali dengan Daisy. Namun, pertemuan itu tidak semudah yang ia bayangkan. Daisy sudah memiliki suami, Tom Buchanan, yang juga memiliki rahasia dan hubungan gelapnya sendiri.

Cerita ini dimulai dengan kematian tragis Gatsby, yang misterius dan menyisakan banyak pertanyaan. Alur mundur membawa pembaca ke masa lalu untuk mengungkap bagaimana obsesi Gatsby terhadap Daisy berawal, bagaimana ia membangun kekayaannya, dan bagaimana perasaan mendalamnya terhadap wanita yang telah menikah dengan pria lain.

2. We Were Liars (Para Pembohong) – E. Lockhart

We Were Liars - Para Pembohong

Keluarga Sinclair adalah keluarga yang menawan dan disegani, dengan pulau pribadi yang menjadi tempat tinggal mereka. Di sana, terdapat gadis cerdas yang penuh kecemasan, serta pemuda politis yang penuh semangat. Di tengah kehidupan yang tampak sempurna ini, terdapat empat sahabat yang sangat dekat—Para Pembohong—yang pertemanan mereka akhirnya berubah menjadi destruktif.

Cerita dimulai dengan kecelakaan besar yang merubah segalanya. Sebuah rahasia yang gelap terbongkar, dan kebohongan demi kebohongan muncul, mengungkap kebenaran yang menghancurkan. Cinta sejati, yang penuh dengan kebohongan dan kesalahpahaman, menjadi inti dari misteri yang harus dipecahkan.

We Were Liars adalah novel suspense modern yang penuh dengan kejutan, di mana pembaca dibawa mundur ke masa lalu untuk mengungkap misteri besar yang membentuk masa depan keluarga Sinclair. Alur mundur dalam novel ini menggali rahasia yang terlupakan dan kebohongan yang tersembunyi, mengungkapkan bagaimana masa lalu keluarga ini membentuk peristiwa tragis yang terjadi di masa kini.

Dengan memanfaatkan teknik alur mundur, novel ini menyajikan cerita yang penuh ketegangan, menggugah pembaca untuk mencari kebenaran di balik kecelakaan dan rahasia yang tersembunyi di dalam keluarga ini. Sebuah cerita yang tidak hanya menyentuh tentang persahabatan dan keluarga, tetapi juga tentang bagaimana kebohongan dapat merusak semuanya.

3. Entrok – Okky Madasari

Entrok

Marni adalah seorang perempuan Jawa buta huruf yang setia pada tradisi leluhur. Melalui sesajen dan upacara adat, ia berusaha mempertahankan hubungan dengan dewa-dewa yang dipercaya mampu memberikan berkat. Marni menjalani hidupnya dengan cara sederhana, bekerja keras dan menukar keringat dengan uang yang pas-pasan. Bagi Marni, hidup adalah tentang bertahan dan menjalani rutinitas tanpa melanggar norma-norma dasar—selama tidak mencuri, menipu, atau membunuh, ia merasa tidak ada yang salah.

Namun, Rahayu, anak perempuan Marni, adalah gambaran generasi baru yang terlahir dengan kemudahan hidup dan berpendidikan. Sebagai pemeluk agama yang taat dan penjunjung akal sehat, Rahayu sering kali berseberangan dengan ibunya. Ia menolak untuk mengikuti kepercayaan leluhur dan mempertanyakan segala sesuatu yang dianggapnya kuno. Di mata Rahayu, Marni adalah seorang pendosa yang terperangkap dalam mitos dan takhayul.

Keduanya, meski terikat darah, telah menjadi asing bagi satu sama lain. Marni melihat Rahayu sebagai seseorang yang tidak memiliki jiwa, sementara Rahayu memandang ibunya sebagai seorang yang terperangkap dalam kebodohan. Tahun-tahun berlalu tanpa ada titik temu antara mereka. Lalu, datanglah bunyi sepatu-sepatu tinggi yang menggema di sekitar mereka, penguasa masa yang dengan kekuasaan mengubah segala sesuatu. Senapan-senapan teracung di mana-mana, dan segala yang mereka tahu tentang dunia mulai hancur, mengubah segalanya menjadi sesuatu yang tak dikenali.

Namun, melalui alur mundur, kita akhirnya mengetahui bagaimana Marni dan Rahayu, dua generasi yang tak pernah saling mengerti, menyadari bahwa mereka sebenarnya memiliki pengalaman yang sama—keduanya adalah korban dari orang-orang yang punya kuasa, keduanya terperangkap dalam situasi yang tidak mereka pilih. Mereka akhirnya berdiri berdampingan, meskipun dengan cara yang berbeda, melawan senjata dan kekuasaan yang merusak hidup mereka. Keduanya akhirnya menemukan bahwa meskipun mereka tidak pernah sepaham, mereka berbagi pengalaman yang membentuk siapa mereka sekarang.

Kesimpulan

Alur mundur, atau flashback, adalah teknik dalam bercerita yang dimulai dengan kejadian penting atau klimaks, lalu mundur ke masa lalu untuk menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Teknik ini menciptakan ketegangan, misteri, dan kejutan yang membuat cerita lebih menarik.

Alur mundur membantu Grameds memahami bagaimana masa lalu memengaruhi peristiwa di masa kini. Contoh penggunaan alur mundur bisa ditemukan dalam berbagai karya, seperti film Gone Girl, The Time Traveler’s Wife, dan 500 Days of Summer, serta dalam buku seperti The Great Gatsby, We Were Liars, dan Entrok.

Dengan alur mundur, Grameds bisa melihat bagaimana masa lalu membentuk karakter dan konflik, serta bagaimana semuanya berhubungan dengan kejadian-kejadian yang ada saat ini.

Rekomendasi Novel Dengan Alur Mundur

1. One Hundred Years of Solitude – Gabriel García Márquez

Seratus Tahun Kesunyian (One Hundred Years of Solitude/Cien Anos de Soledad)

Kolonel Aureliano Buendía, yang sedang menghadapi regu tembak yang akan mengeksekusinya, tiba-tiba teringat suatu sore yang jauh di masa lalu, saat ayahnya membawanya untuk melihat es pertama kalinya. Kenangan itu membawanya kembali ke Macondo, sebuah desa yang baru didirikan, tempat keluarganya memulai segalanya.

Cerita dimulai dengan kedatangan rombongan Gipsi yang penuh dengan kegaduhan, mengiringi perjalanan José Arcadio Buendía dan istrinya, Úrsula, yang memulai kehidupan baru di desa tersebut. Di antara mereka, Melquíades, seorang Gipsi misterius, memperkenalkan penemuan-penemuan baru yang memukau mereka, serta kisah-kisah petualangan yang penuh misteri. Namun, mereka tidak tahu betapa pentingnya manuskrip yang diberikan Melquíades kepada mereka.

Manuskrip itu tersisihkan oleh berbagai peristiwa yang mengguncang kehidupan keluarga Buendía—wabah insomnia, perang saudara, pembalasan dendam, dan takdir yang menimpa generasi demi generasi. Hanya sedikit orang yang mengingat keberadaan manuskrip itu, dan hanya satu individu yang akhirnya akan menemukan pesan tersembunyi yang terkandung di dalamnya.

2. Pulang – Leila S. Chudori

Pulang

Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas bertemu dengan Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang turut terlibat dalam demonstrasi menentang pemerintah Prancis. Di tengah kekacauan itu, Dimas menerima kabar dari Jakarta bahwa sahabatnya, Hananto Prawiro, ditangkap oleh tentara dan dinyatakan tewas. Dimas, yang paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia, tak bisa kembali ke tanah airnya. Bersama puluhan wartawan dan seniman lainnya, dia mengelana tanpa status yang jelas, dari Santiago ke Havana, Peking, dan akhirnya menetap di Eropa, mencari suaka politik.

Sementara itu, di Paris, Dimas mengelola Restoran Tanah Air bersama tiga temannya—Nug, Tjai, dan Risjaf—yang dikenal sebagai ‘Empat Pilar Tanah Air.’ Namun, Dimas tak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantuinya karena sahabat-sahabatnya di Indonesia satu per satu jatuh: dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan terkait Peristiwa 30 September 1965. Kenangan tentang Surti Anandari, istri Hananto, yang bersama ketiga anaknya harus bertahan menghadapi interogasi tentara, terus menghantuinya.

Mei 1998
Lintang Utara, putri Dimas dari pernikahannya dengan Vivienne, memutuskan untuk pergi ke Indonesia dan merekam pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai bagian dari tugas akhir kuliah. Apa yang terungkap oleh Lintang bukan hanya masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah kelam tersebut terhubung dengan Ayah dan sahabat-sahabatnya.

Lintang, bersama Segara Alam, putra Hananto Prawiro, menjadi saksi mata dari kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 yang mengarah pada jatuhnya Presiden yang telah berkuasa selama 32 tahun.

Melalui alur mundur, Pulang mengungkapkan kisah yang penuh emosi tentang pengorbanan, sejarah kelam, dan pencarian jati diri yang tidak hanya menyentuh generasi sebelumnya, tetapi juga generasi penerus yang berusaha menghadapi kebenaran dan trauma masa lalu.

About the author

Shaza Zahra

Gramedia Literasi