Kenapa Kita Sulit Pulih? Temukan Jawabannya di Pulih dari Trauma oleh dr. Jiemi Ardian

Grameds, pernah nggak sih kamu merasa luka di masa lalu seperti terus membayangi, meski kamu sudah berusaha melupakannya? 😢
Ternyata, hal seperti ini bukan cuma soal "belum move on", tapi bisa jadi tanda kalau tubuh dan pikiranmu masih menyimpan memori traumatis yang belum selesai diproses. Nah, di sinilah Trauma Processing Therapy (TPT) hadir sebagai pendekatan penyembuhan yang ilmiah sekaligus penuh empati.
Lewat buku Pulih dari Trauma, dr. Jiemi Ardian memperkenalkan konsep dan praktik TPT yang dirancang untuk membantu kita memulihkan luka batin secara menyeluruh—bukan cuma dengan bercerita, tapi dengan mengolah kembali memori yang menyakitkan secara aman dan terarah.
Yuk, kita kenali lebih jauh apa itu Trauma Processing Therapy melalui buku Pulih dari Trauma, dan bagaimana pendekatan ini bisa jadi jalan menuju hidup yang lebih damai dan utuh. 🌿
Profil Penulis
Grameds, kenalan dulu yuk sama dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ, penulis buku Pulih dari Trauma! 👨🏻⚕
Beliau adalah seorang psikiater yang aktif praktik di Siloam Hospitals Bogor, dengan keahlian dalam menangani berbagai gangguan mental seperti depresi, kecemasan, bipolar, skizofrenia, hingga ADHD.
dr. Jiemi menempuh pendidikan S1 Kedokteran di Universitas Sebelas Maret dan melanjutkan studi spesialis Psikiatri di universitas yang sama hingga lulus pada tahun 2019. Tidak hanya itu, beliau juga mendalami hipnoterapi, mindfulness, dan terapi kognitif supaya bisa memberikan pendekatan penyembuhan yang lebih menyeluruh.
Selain aktif praktik, dr. Jiemi juga rutin membagikan edukasi seputar kesehatan mental lewat YouTube dan Instagram pribadinya. Hal ini tentunya ditujukan agar masyarakat lebih aware perihal pentingnya menjaga kesehatan mental dan kondisi kejiwaan. Ia juga menjabat sebagai Ketua Komisi II Indo-ECP di PDSKJI, serta menjadi Qualified MBSR Teacher dari Mindful Academy Solterreno.
Pulih dari Trauma merupakan buku terbaru yang ditulis dr. Jiemi setelah kesuksesan buku-buku sebelumnya — Merawat Luka Batin, For You, Myself, Hipnosis Cinta, dan Love Yourself.
Tentang Buku Pulih Dari Trauma
Ketika mendengar kata “trauma,” apa yang terlintas di benak, Grameds? 🤔
Apakah itu berarti kejadian menyakitkan yang tak akan pernah bisa hilang dari ingatan? Atau kondisi yang membuat seseorang merasa terpenjara seumur hidup tanpa jalan keluar?
Sebenarnya, itu bukan penggambaran yang tepat, Grameds. ❤️🩹
Trauma bukan hanya tentang kejadiannya, tetapi juga tentang bagaimana respons tubuh dan pikiran terhadap peristiwa tersebut. Trauma tersimpan dalam bentuk memori, dan memori itulah yang membentuk cara pandang kita terhadap realita yang ada di kehidupan sehari-hari.
Kalau hanya melihat trauma sebagai sebuah kejadian, maka nggak akan ada yang bisa diubah. Tapi kalau kita melihat trauma sebagai memori yang bisa diproses ulang, maka sebenarnya masih ada harapan. Kita bisa menolong bagian dari diri kita yang terjebak di masa lalu, agar tidak terus-menerus hidup dalam penderitaan. Dan, kabar baiknya: proses ini bisa dilakukan dengan pendekatan yang ilmiah dan terarah.
Di sinilah Trauma Processing Therapy (TPT) hadir sebagai solusi. Dalam buku Pulih dari Trauma, dr. Jiemi Ardian memperkenalkan strategi pemulihan trauma yang bisa membantu kita “memproses ulang” memori menyakitkan tersebut. Buku ini juga dilengkapi dengan latihan-latihan TPT singkat yang bisa kamu praktikkan sendiri.
Namun jika proses ini terasa berat dilakukan sendiri, kamu tetap bisa meminta bantuan profesional. Yang penting, kita tahu bahwa pulih itu mungkin, dan kita berhak untuk hidup bebas dari rasa sakit di masa lalu.
Mengenal Apa Itu Trauma Processing Therapy?

Grameds, pernah merasa kenangan traumatis seolah terus membayangi hidupmu, bahkan ketika kejadian itu sudah lama berlalu? 🤔
Inilah yang menjadi fokus dari Trauma Processing Therapy (TPT)—sebuah terapi yang dirancang khusus untuk membantu individu memproses trauma dengan lebih cepat, tuntas, aman, dan efektif.
TPT adalah pendekatan pemulihan trauma yang membantu kita memproses memori menyakitkan dari masa lalu, bukan cuma dengan mengingat atau menceritakannya, tapi dengan benar-benar memahami dan menyembuhkan bagian dalam diri yang terluka.
TPT menggabungkan berbagai pendekatan terapi modern, seperti:
- Mindfulness → melatih kesadaran penuh akan masa kini.
- Ego State Therapy & IFS (Internal Family Systems) → mengenali “bagian-bagian diri” yang terluka dan memberi ruang dialog.
- Hypnoanalysis → mengeksplorasi pikiran bawah sadar secara terapeutik.
- Memory Reconsolidation → proses biologis di otak untuk “mengubah” memori lama agar tidak lagi menyakitkan dan mengganggu.
Lewat teknik ini, kamu diajak untuk “mengunjungi kembali” pengalaman traumatis—tapi kali ini dengan cara yang aman dan terkontrol. Tujuannya adalah agar luka batin tidak lagi menjadi beban yang tersimpan dalam tubuh, dan kamu bisa menjalani hidup dengan lebih lega dan ringan.
Pentingnya Memahami Trauma Processing Theory
Grameds, tahu nggak? Trauma bukan cuma soal kejadian buruk di masa lalu, tapi tentang bagaimana ingatan dan respons tubuh terhadap kejadian itu masih memengaruhi hidup kita sekarang. Inilah kenapa penting banget buat kita memahami Trauma Processing Theory (TPT). 😞
TPT membantu kita menyadari bahwa trauma bukan sesuatu yang harus “dilupakan”, tapi sesuatu yang bisa diproses dan disembuhkan.
Dengan mengetahui cara kerja trauma di otak dan tubuh, kita jadi lebih paham bahwa luka batin itu bisa diurai—bukan untuk mengulang rasa sakitnya, tapi untuk membebaskan diri dari jeratannya. 💡
Dengan memahami Trauma Processing Theory, kita belajar bahwa:
✅ Memori traumatis bisa diolah tanpa harus menceritakan semua detail menyakitkan yang dialami.
✅ Kita bisa sembuh dengan pendekatan yang mengedepankan kendali diri dan rasa aman.
✅ Selalu ada harapan dan cara ilmiah yang tepat untuk mengatasi trauma masa lalu dan kembali merasa utuh. 💪
Jadi, memahami Trauma Processing Theory bukan cuma soal teori—tapi soal membuka pintu menuju hidup yang lebih damai, lega, dan terkendali.
Apalagi lewat buku Pulih dari Trauma karya dr. Jiemi Ardian, kamu akan diajak pelan-pelan mengenal dirimu, berdamai dengan masa lalu, dan memulai perjalanan penyembuhan versimu. 📖🧠
Intip Isi Buku Pulih Dari Trauma
Buku Pulih Dari Trauma memiliki 8 bab, Grameds. Yuk, kita intip sedikit bab-bab yang dibahas dr. Jiemi Ardian di buku ini.
1. Jejak Masa Lalu
Grameds, kalau dengar kata trauma, apa yang langsung terlintas di benakmu? Kecelakaan? Kekerasan? Bencana alam?
Di bab ini, dr. Jiemi Ardian memberikan penjelasan menyeluruh tentang berbagai pengertian trauma—dan membedakan mana yang benar-benar menggambarkan esensinya.
Kebanyakan dari kita mengira trauma adalah tentang kejadian buruk. Tapi faktanya, trauma bukan soal kejadiannya, melainkan dampaknya—apa yang tertinggal dan hidup dalam tubuh serta pikiran kita setelah peristiwa itu berlalu.
Misalnya, banyak orang pernah mengalami kecelakaan mobil, tapi hanya sebagian kecil yang jadi takut menyetir selamanya. Kenapa? Karena trauma adalah respons emosional dan fisik yang menetap, bukan kejadian itu sendiri.
Hal-hal seperti gorden kuning, bau hujan, atau suara klakson bisa jadi pemicu, karena otak dan tubuh mengaitkannya dengan momen traumatis di masa lalu.
Di bab ini juga dijelaskan bagaimana kita bisa mulai berdamai dengan trauma, serta contoh-contoh kejadian yang mungkin dianggap sepele oleh orang lain—padahal bisa sangat traumatis bagi sebagian orang.
2. Cerita Trauma Yang Membingungkan
Pernah dengar kalimat, “Orang trauma cuma butuh didengarkan dan dimengerti”? Kalimat ini memang penuh empati, tapi sayangnya tidak sepenuhnya benar.
Dalam bab ini, dr. Jiemi Ardian menjelaskan bahwa penyintas trauma memang butuh dukungan emosional—karena pengalaman mereka sering kali dikecilkan, disuruh cepat "move on", atau bahkan disalahkan. Tapi, mendengarkan saja tidak cukup untuk menyembuhkan.
Contohnya bisa dilihat dari kisah Martha dalam buku ini. Ia terus-menerus menceritakan luka masa lalunya, berharap didengarkan. Tapi semakin ia bercerita, ia justru makin lelah, emosinya terpancing, dan tubuhnya melemah.
Kenapa? Karena trauma bukan hanya soal cerita—melainkan reaksi tubuh yang aktif kembali saat mengingat peristiwa itu.
Jika tubuh dan pikiran belum siap, cerita trauma malah bisa memperburuk kondisi. Itulah mengapa dalam terapi trauma modern seperti Trauma Processing Therapy, cerita bukan fokus utama. Yang lebih penting adalah memproses memori dan emosi secara aman dan terarah—bukan sekadar membagikannya berulang kali. ❤️🩹
3. Trauma dan Relasi
Sering kali, tanpa sadar, kita mengulang luka lama dalam hubungan kita yang sekarang. Dalam Pulih dari Trauma, dr. Jiemi Ardian menjelaskan konsep repetition compulsion—yaitu dorongan bawah sadar untuk terus mengulang pengalaman traumatis, dengan harapan bisa “memperbaiki” masa lalu yang belum tuntas.
Misalnya, seseorang yang tumbuh dalam keluarga penuh amarah bisa saja tertarik pada pasangan yang juga mudah marah, lalu berusaha keras meredakan emosinya. Harapannya, jika kali ini berhasil, maka luka lama seolah sembuh. Padahal, ini justru membuat kita terjebak dalam pola yang sama berulang kali.
Yang menyakitkan, kadang kita sulit keluar bukan karena tidak sadar, tapi karena ada bagian dari diri kita yang merindukan perhatian, pujian, atau validasi—yang dulu tidak pernah kita dapat.
Pujian kecil bisa terasa luar biasa, seperti sirup segar saat puasa. Kita tahu hubungan itu menyakitkan, tapi sensasi manis sesaat itulah yang membuat kita bertahan.
Rekomendasi Buku Bertema Self-Improvement Lainnya
Grameds, berikut ini adalah rekomendasi buku-buku self-improvement yang bisa menemani dan mendukung proses penyembuhanmu. 🌱
1. Merawat Luka Batin - dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj
Buku ini mengajak kita untuk lebih peka dan sadar bahwa luka batin yang tidak ditangani bisa memicu stres, depresi, bahkan membuat kita menyalahkan diri sendiri.
Dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, dr. Jiemi menjelaskan definisi dan dinamika luka batin serta depresi, lalu mengajak kita membentuk pola pikir yang lebih sehat dan menyembuhkan.
Jika kamu berharap menemukan kalimat seperti “tidak apa-apa, kamu baik-baik saja,” kamu justru akan diajak untuk lebih jujur dan terbuka terhadap rasa sakit—sebagai langkah awal menuju pemulihan. Buku ini menegaskan bahwa memahami luka adalah langkah pertama untuk merawatnya.
2. Anomali - Elnov
Bagaimana jika tubuhmu tidak dikehendaki oleh jiwamu?
Dalam buku ini, Elnov membagikan kisah nyata perjalanannya sebagai penyintas gangguan bipolar. Di usia muda, ia menghadapi tekanan dari dunia dewasa yang penuh stigma dan keraguan.
Lewat narasi yang lugas dan emosional, Elnov menunjukkan dinamika dua kutub: euforia yang meledak dan depresi yang menenggelamkan. Buku ini bukan hanya cerita personal, tapi juga pengingat bahwa berjuang memahami diri sendiri adalah bentuk perlawanan yang paling tulus.
3. Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring - dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ
Ketika seorang psikiater kehilangan anaknya, semua teori tentang duka yang ia pelajari tak lagi terasa relevan.
Dalam buku ini, dr. Andreas menuliskan perjalanannya memaknai kehilangan dengan cara yang sangat manusiawi—lewat hal-hal sederhana seperti mencuci piring, menyusun puzzle, atau menerima kenyataan yang tak bisa diubah.
Ditulis dengan gaya ringan, jujur, dan diselingi humor gelap, buku ini bukan hanya reflektif tapi juga praktis. Sebuah pengingat bahwa duka bukan untuk dilupakan, melainkan untuk dihadapi, satu langkah kecil demi langkah berikutnya.
4. Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya - dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ
Grameds, pernah nggak sih kamu iseng bertanya, “Kalau terlahir kembali, aku ingin jadi apa ya?”
Jawabannya sering kali unik dan penuh makna tersembunyi.
Ada yang ingin jadi ubur-ubur agar bisa hidup bebas tanpa tekanan. Ada yang ingin jadi ikan mas koki supaya nggak perlu overthinking. Bahkan ada yang ingin jadi pohon pinus—karena “tinggi dan keren.” Tapi pernah juga ada pasien yang bilang ingin jadi pohon semangka—dan di balik keinginan itu, tersembunyi kisah tentang kelelahan hidup dan harapan untuk ketenangan.
Buku terbaru dari dr. Andreas Kurniawan, Sp.KJ ini merangkum kisah-kisah reflektif seputar kecewa, penyesalan, ketidaksempurnaan, dan pencarian makna kebahagiaan.
Dengan gaya tutur yang humanis, hangat, dan kadang menggelitik, buku ini seperti cermin kecil untuk mengenal kembali sisi rapuh dan kuat dalam diri kita.
5. Kecerdasan Emosional - Daniel Goleman
Grameds, kamu pasti setuju kalau kemampuan memahami perasaan diri sendiri dan orang lain itu penting banget, kan?
Nah, itulah inti dari Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional—konsep yang dipopulerkan oleh Daniel Goleman dalam buku ini.
Menurut Goleman, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, mengelola, dan mengarahkan emosi—baik emosi diri sendiri maupun orang lain—secara sehat dan produktif.
Konsep ini mencakup lima aspek utama:
- Kesadaran diri
- Pengelolaan emosi
- Motivasi
- Empati
- Keterampilan sosial
Buku ini memberikan banyak insight bagaimana kecerdasan emosional bisa lebih menentukan kesuksesan dan kebahagiaan seseorang dibandingkan IQ semata. Cocok untuk kamu yang ingin memperdalam pemahaman diri dan membangun hubungan yang lebih sehat—baik di rumah, sekolah, maupun tempat kerja.
Baca Juga: Saat Cerita Jadi Obat: Kenapa Banyak Orang Healing Lewat Novel Asia?
💛 Pulih dari Trauma — Karena Kamu Layak Sembuh 💛
Memilih pulih memang nggak selalu mudah, tapi kamu nggak harus melaluinya sendirian.
Lewat buku Pulih dari Trauma, kamu bisa mulai memahami luka, mengenali pola, dan menata ulang hidup dengan lebih bijak.
💬 Dapatkan penjelasan langsung dari dr. Jiemi Ardian dalam buku ini, lengkap dengan panduan praktis yang bisa kamu terapkan sehari-hari.
💰 Harga spesial Rp98.000
🎁 Bonus stiker eksklusif + tanda tangan penulis untuk setiap pembelian
🗓️ Periode promo: 11–25 Juni 2025 (selama persediaan masih ada)
🔗 Beli sekarang di sini
✨ Karena setiap langkah kecil menuju pemulihan layak untuk dirayakan.
📚 Promo Buku Seru Paling Diburu – Self-Healing, Self-Loving, Self-Improvement!
Temukan buku-buku inspiratif yang bisa menemani proses tumbuh dan pulihmu!
🔥 Diskon hingga 20% untuk buku-buku pilihan
💸 Tambahan diskon hingga Rp20.000 dengan kode voucher:
– BACABUKU5 (min. belanja Rp50.000)
– BACABUKU15 (min. belanja Rp200.000)
– BACAHEMAT20 (min. belanja Rp250.000)
⚡ Flash Sale hingga 25% di jam-jam tertentu
🚚 Potongan ongkir Rp5.000 pakai KGX + kode: SERUKGX5
🗓️ Promo berlaku: 12–18 Juni 2025
🔗 Cek promonya di sini
Cek juga penawaran spesial lainnya di Gramedia.com yang sayang banget buat dilewatkan! 🎉
Temukan Semua Promo Spesial di Sini!
Penulis: Yulian Dwi Nugroho