Terinspirasi dari Banyak Hal, Cho Nam-Joo Menulis Saha Mansion 7 Tahun!

Kalian ingat dengan film “Kim Ji-Yeong, Born 1982” yang dibintangi oleh aktor menawan Gong Yoo? Film tersebut merupakan adaptasi dari novel mega best seller yang sama-sama berjudul Kim Ji-Yeong Lahir Tahun 1982. Sang penulis kian populer karena kesuksesan tersebut, walaupun sempat ditentang dan menuai pro kontra. Hal ini karena ia mengangkat isu sensitif terkait diskriminasi terhadap kaum perempuan di Korea.

Kali ini, Cho Nam-Joo kembali membawa karya teranyarnya yang ditulis sejak tahun 2012 yaitu, Saha Mansion. Dalam wawancara yang dilakukan oleh detikcom (09/03/21), naskah dari novel ini membutuhkan waktu hampir 7 tahun, karena Cho Nam-Joo perlu melakukan riset mendalam.

Buku Saha Mansion di Korea Selatan (Sumber foto: news.bookdb.co.kr)

Novel ini dibuat berdasarkan kebijakan negaranya yang membuat kekhawatiran masyarakat, yaitu keluhan akan fasilitas umum, seperti listrik, gas, dan air yang akan beralih ke tangan perusahaan swasta. Cho Nam-Joo merasa khawatir apakah hidupnya akan berlangsung normal dan menikmati hak-hak mendasar dalam lingkup pengamanan sosial. Gagasan tersebut lah yang mengawalinya menulis kisah ini lewat sebuah novel.

Cho Nam-Joo memberi judul Saha Mansion, karena ia terinspirasi dari Republik Sakha. Ini adalah wilayah dengan suhu udara terendah yang ditempati manusia dan berada di bagian Federasi Rusia. Walaupun suhu terendah di sana bisa mencapai -70 derajat Celsius, konon terdapat setengah persediaan berlian di seluruh dunia yang tersimpan di Republik Sakha. Secara simbolis, tempat itu sesuai dengan tema novel ini.

Cho Nam-Joo dalam Press Conference Perilisan Saha Mansion di Korea Selatan tahun 2019 (Sumber foto: news.bookdb.co.kr)

Dalam novel ini diceritakan ada 3 kelas masyarakat di kota atau negara aneh yang disebut Town. Pertama, ada warga resmi dengan status finansial tertentu disebut kelompok L. Kedua, bukan penduduk resmi tapi mempunyai izin tinggal sementara disebut L2. Terakhir, ada kelompok Saha yang tidak diakui dan menempati Saha Mansion. Mereka adalah para imigran gelap, difabel, korban kekerasan, dan orang-orang dengan tingkat ekonomi rendah.

Pemukiman kumuh di Hong Kong yang dirobohkan pada tahun 1983, Kowloon Walled City, menjadi inspirasi dalam pembentukan latar lokasi kumuh Saha Mansion. Cho Nam-Joo merancang novel Saha Mansion dari foto dan video yang menampilkan rumah dan apartemen biasa, kawasan pembangunan, dan konstruksi.

"Tempat itu mirip dengan Saha Mansion karena tempat itu adalah permukiman kumuh terakhir di mana pengaruh pemerintah tidak terasa dan orang-orang terbuang hidup bersama," kata Cho Nam-Joo pada detikcom (16/03/21)

Selain itu, riset juga dilakukan untuk menggambarkan banyak keluarga dengan berbagai karakter kompleks. Penggambaran Town juga dari hasil pengamatannya pada kota-kota bisnis yang berkembang, seperti di daerah Ulsan, Changwon, dan Geoje yang ada di Korea Selatan. Dalam cerita, Town adalah kota yang terbentuk akibat akuisisi perusahaan besar.

Situasi keadaan Town digambarkan lewat rujukan kejadian Emergency Measure No. 9 pada dekade 1970-an. Salah satu karakter dalam novel juga terinspirasi dari pandemi MERS dan H1N1. Walaupun semuanya berdasarkan hasil pengamatan yang terjadi di dunia nyata, Saha Mansion tetap cerita fiksi dan sebagian besar latar spesifik adalah hasil dari khayalan Cho Nam-Joo saja.

"Kisah ini berlatar di waktu dan tempat yang tidak nyata tapi menurutku kisah yang kutulis ini adalah kisah realistis," Ujar Cho Nam-Joo pada detikcom (09/03/21)

Saat Cho Nam-Joo menulis naskah novel ini, banyak sekali tokoh yang terus muncul dan bertambah, karena ia pun merasa ada banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Ketika menulis novel ini, juga banyak insiden, kekacauan, dan perubahan yang terjadi di Korea Selatan.

“Orang-orang meninggal karena wabah penyakit atau tewas akibat kecelakaan. Rezim berganti setelah diprotes masyarakat. Di satu sisi, aku mencoba mengingat semuanya tapi di sisi lain, aku juga mencoba menghapusnya dari ingatan. Orang-orang dari berbagai bangsa dan budaya datang untuk bekerja, menikah, atau mengungsi. Setiap kalinya, perasaan, pikiran, dan kecemasanku berubah. Bahkan ketika menulis novel ini, banyak insiden, kekacauan, dan perubahan yang terjadi, jadi sama sekali tidak mudah mengikuti alurnya.” Kata Cho Nam-Joo pada detikcom (09/03/21).

Saha Mansion menjadi tempat para warga kelas Saha yang merupakan orang-orang tak terdaftar dalam kota Town. Orang-orang yang pernah berbuat jahat mengumpat di mansion ini, dan juga orang-orang yang menolak sistem pemerintahan, hingga warga miskin lainnya.

Sinopsis Saha Mansion

Beli Sekarang!

Ada dua kelas masyarakat yang diakui di kota-negara aneh yang disebut Town, yaitu L dan L2. L—yang lebih sering disebut Warga—adalah penduduk resmi yang memiliki status finansial tingkat tertentu, pengetahuan, dan keahlian yang dibutuhkan Town. Sedangkan L2 adalah orang-orang yang tidak bisa digolongkan sebagai penduduk resmi, tetapi memiliki izin tinggal sementara. Lalu, ada Saha, golongan masyarakat yang tidak diakui, yang terdiri atas para imigran gelap, difabel, korban kekerasan, dan kemiskinan yang menghuni Saha Mansion.

Apa yang terjadi ketika seorang dokter wanita muda yang terhormat ditemukan tewas dengan tanda-tanda kelebihan dosis, pelecehan seksual, dan satu-satunya tersangka adalah kekasihnya yang berasal dari golongan Saha? Polisi segera menahan si kekasih, tetapi apakah pria itu memang pelakunya?

Apa hubungannya dengan orang-orang yang menghilang dari Saha Mansion secara misterius? Apa yang sebenarnya terjadi di dalam tembok Town yang tidak bisa ditembus? Dan siapa sebenarnya ketujuh menteri tanpa wajah yang memimpin kota-negara itu?

Sudah terbit sejak tahun 2019 lalu di Korea, novel terjemahannya sudah hadir melalui terbitan dari Gramedia Pustaka Utama. Yuk, beli Saha Mansion sekarang juga!


Sumber foto header: news.khan.co.kr