Sepucuk Surat dari Hindia Belanda: Saat Imajinasi Membuka Gerbang ke Masa Lalu

Sepucuk Surat dari Hindia Belanda: Saat Imajinasi Membuka Gerbang ke Masa Lalu
“Sepucuk surat telah tiba
dan senja pun ikut berdebar,”

Di antara debur sejarah dan kabut masa lalu, selalu ada kisah yang menolak diam.

Sepucuk Surat dari Hindia Belanda datang menjelma kumpulan cerita, sekaligus pengantar bagi suara-suara lainnya, yang berusaha bicara pada kita hari ini. 📝🚶‍♂️

Fragmen ingatan soal rasial, kekuasaan, dan sisi paling manusiawi dari sebuah bangsa yang sedang mencari jati dirinya—jadi soalan yang akan dikuliti satu per satu oleh setiap cerita yang hadir di sini.

Kira-kira akan seperti apa jadinya? Simak selengkapnya dalam artikel ini ya! 🚢


Sekilas Tentang Bukunya

Di Hindia Belanda, seorang perempuan peranakan menulis surat kepada lelaki Indo. Surat itu berisi penentangannya soal diskriminasi ras dan peredaran opium di era 1930-an. Di sebuah kedai bandar, perkelahian antar pendatang tidak terbendung. Kedai itu pun menjadi saksi ketika para kasim Tiongkok datang menyebarkan agama Islam.

Di sebuah kampung, penduduknya doyan mengadu sapi. Lambat laun, untuk mencari sapi aduan terbaik, mereka mengawinkan para sapi, bahkan dengan penunggangnya, hingga tak tersisa seorang pun manusia di sana.

Sepucuk Surat dari Hindia Belanda adalah bunga rampai cerita pendek pemenang Piala H.B. Jassin 2024. Dua puluh cerita di dalam kumcer ini (enam karya pemenang dan empat belas karya pilihan) berupaya menantang imajinasi yang mempertanyakan realita.

Selain "Sepucuk Surat dari Hindia Belanda" karya Angelina Enny, buku ini juga memuat cerpen-cerpen pemenang Piala H. B. Jassin 2024, yaitu "Kedai Bersantap Lidah Menjura" karya Arif Fitra Kurniawan (Juara 2), "Kampung yang Dikuasai Sapi" karya Rozekki (Juara 3), dan tiga juara harapan: "Rokat Sangkal" karya Zainul Muttaqin, "Makelar Air Mata" karya Prasetyo Ari Wahyudi, dan "Orang-orang Hutan" karya Heri Heryana.


Baca juga: Hidup Terasa Berat? Karya Shunmyo Masuno Siap Memelukmu Erat


Di Balik Sepucuk Surat dari Hindia Belanda

Sosok di balik cerita utama, Angelina Enny, adalah penulis kelahiran Lampung yang kini bermukim di Jakarta. Ia dikenal lewat karya-karya yang memadukan kepekaan sosial dan kekuatan bahasa puitis. Kumpulan cerpennya, Nokturnal Melankolia (CPU, 2017), masuk Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2018.

Bersama seniman Belanda Robin Block, ia menerbitkan buku puisi dwibahasa In Between, Di Antara (KPG, 2019), yang kemudian diadaptasi menjadi pertunjukan A Passage, Sebuah Antara. Selain itu, ide naskahnya Malam Kelima Belas, yang menyinggung peristiwa Kerusuhan Mei 1998, juga masuk Daftar Panjang Jakarta Film Fund 2021.

Melalui karya-karyanya, Angelina terus menghidupkan ruang di mana sejarah dan pengalaman personal saling berkelindan. Ia tidak hanya menulis tentang masa lalu, tapi juga menyalakan kesadaran bahwa setiap luka, sekecil apa pun, selalu meninggalkan jejak dalam tubuh kebudayaan kita.

kumpulanBaca Artikel Lainnya di Sini!


Dapatkan Suratnya dengan Lebih Hemat!

Jikalau hatimu terpanggil untuk membaca Sepucuk Surat dari Hindia Belanda, kini saatnya kamu benar-benar menggenggam kisahnya. 📖

Gramedia sedang memberi potongan harga 10%, sehingga kamu bisa mulai meresapi setiap pesan yang terkumpul dalam surat-surat di buku ini dengan Rp85.000 saja.

promoDapatkan Promonya di Sini!

Perlu dicatat! Promo ini hanya berlaku sepanjang 20–31 Oktober 2025. Jadi jangan sampai kelewatan ya! ✉️


Surat Lainnya yang Juga Bisa Kamu Temui!

Kalau kamu tertarik dengan Sepucuk Surat dari Hindia Belanda, mungkin kamu juga cocok untuk membaca karya-karya ini!

.1. Mencari Sita di Hindia Belanda – Angelina Enny

sepucukDapatkan di Sini!

Saat mencari sosok perempuan yang selalu membayanginya, Ernest Agerbeek berjumpa dengan hantu juru cerita, gadis di Hindia Belanda, penyelundup opium, dan sekelompok laki-laki Tionghoa. Pertemuan-pertemuan itu membawanya ke pengalaman kesadaran diri baru, tentang hal-hal yang terjadi pada 1930 ke belakang terkait identitas kebangsaannya. Apakah Ernest akan berhasil menemukan sosok yang dicarinya?

Mencari Sita. Itulah misi yang mengantarkanku berlayar melintasi benua. Hindia Belanda. Itulah tujuanku sekarang. Meski tanah ini adalah tanah kelahiranku, ingatanku setipis kabut yang menyapa di Sunda Kelapa saat kapal Ultramarin yang kutumpangi mengikat jangkarnya. Aku menghirup dalam-dalam udara di sekelilingku, haru meronai wajahku. Kembali angin berdesir membawa lagi suara perempuan itu. Laten we gaan slapen, oh, lief jongen Als je niet gaat slapen, zul je door een mug gestoken worden.
Apakah kau mengingat alunannya, seperti juga ayun buaian dari batik kawung ibuku, kain yang dibuatnya sendiri, dengan malam yang harumnya masih lekat? Pada kain batik Ibu Aku mengayunkan rindu Dalam buai kain Ibu Aku melelapkan rasa Pada lipatan kainmu Aku mengenang tangis

2. Nokturnal Melankolia – Angelina Enny

sepucukDapatkan di Sini!

Cerita-cerita karya Angelina Enny adalah cerita-cerita yang dingin. Ia bercerita tanpa tendensi, apalagi menyodorkan kebaikan-kebaikan dari tokohnya. Ia membiarkan tokoh-tokohnya hadir di hati pembaca sebagaimana adanya.

Plotnya yang mengalir, membuat kisah-kisah yang ia ungkapkan sangat mudah dan menarik untuk terus diikuti. Walau misalnya, ia harus mengisahkan lompatan-lompatan waktu lewat mimpi, tetapi tidak terasa bahwa kisah itu janggal.

Sekali saja kamu membaca buku ini, sungguh sulit untuk melepaskan diri dari cengkramannya.


3. Nyanyian Bangsa Cacing dalam Orkestra Dusta – Yusron Ihza

sepucukDapatkan di Sini!

Di salah satu pelosok negeri, Tamsil terbangun karena panggilan yang memekakkan. Bukan teriakan, jeritan, apalagi tangisan, melainkan sebuah nada—frekuensi tak biasa dengan pola yang kasatmata tentang sebuah diorama titik balik bangsa ini menjadi sesuatu yang nyaris tak ia kenali lagi: penuh curiga tanpa tanya, anti-intelektual, hingga kecintaan terhadap belenggu tak berkesudahan.

Memutuskan menjawab panggilan itu dengan pencarian, Tamsil bertemu dengan orang-orang yang kemudian menjadi teman: guru Sejarah, jurnalis kawakan, profesor, hingga mantan dosen sekolah tinggi militer.

Mereka yang memegang not dan turut dalam petualangan mencekam tentang sebuah proyek besar di balik nada-nada yang diperdengarkan pada masyarakat, sebuah simpul ambisius di balik permukaan yang menguak intervensi lembaga raksasa di dunia terkait carut-marut di negeri ini. Menyibak suara besar yang membuat bangsa kita menjadi cacing tuju.

Ditulis dengan memikat, karya ini menelusuri skenario, manipulasi, dan trauma kolektif yang kerap dilingkupi kabut propaganda. Dari ruang interogasi hingga lorong laboratorium, meja para penguasa hingga napas rakyat kecil, semua berpadu dalam sebuah orkestra yang menyuarakan kebenaran dan tak bisa lagi dibungkam.

Tak ada yang tahu, ke mana panggilan itu akan membawa. Entah tetap dalam pagutan narasi besar yang terlalu kokoh atau bisa penawar racun yang pahit tetapi membawa kita pada kebenaran?


4. Kata-kata Membasuh Luka – Martin Aleida

sepucukDapatkan di Sini!

"Ciumlah.... Ini tanah Indonesia. Apa pun yang akan terjadi dia akan terjadi dia akan mempertautkan kita," katanya lamat-lamat seraya memegangi tanganku, merebahkan kepala di bahuku. Semacam permintaan maaf atas tuduhan yang baru saja dia timpakan padaku. Katanya, tanah itu di bawa ketika meninggalkan Jakarta menuju Kiro dan kandas di Peking"

Buku Kata-kata Membasuh Luka ini berisi 35 cerita pendek yang ditulis dalam periode 50 tahun. Buku ini merangkum berbagai cerita dari awal karir Martin Aleida sebagai penulis hingga ketika buku ini diterbitkan pada tahun 2019.


5. Sepotong Senja untuk Pacarku – Seno Gumira Ajidarma

sepucukDapatkan di Sini!

Sepotong Senja untuk Pacarku merupakan sebuah novel karya penulis Seno Gumira Ajidarma yang memuat cerita tentang senja. Dalam buku, terdiri 13 komposisi cerpen, menjadi pengikat kisah-kisah renungan tentang kehidupan. Kumpulan cerpen ini tampil baru dengan bonus tiga cerpen tambahan yang diambil dari buku Seno Gumira Ajidarma yang lain, Linguae. Seperti dalam karyanya yang lain, ia menuliskan cerita-ceritanya dengan gaya yang absurd tapi unik. Tak lupa, ada lembaran ‘surat cinta’ yang bisa langsung dikirim untuk kekasih hati. Berkolaborasi dengan Eddy Suhardy sebagai penulis Bahasa Tempo Dulu dan Mansyur Mas’ud sebagai Pegrafis Cukilan Kayu.

Dalam cerita utama buku ini dituliskan tentang Sukab yang mengirimkan sekerat senja dalam amplop, kepada orang yang dicintainya, yaitu Alina. Buku yang berisi kumpulan cerpen tentang senja ini sangat populer. Seno menuliskan cerita tentang senja, yang disukai para pembacanya dan digunakan sebagai isi surat cinta, untuk mengejar cinta dari pujaan hatinya.

Setelah satu dekade berlalu, keindahan senja yang diabadikan Seno ternyata banyak dijadikan bagian dari surat cinta untuk memenangkan hati para gadis di dunia nyata.


Akhir kata,

Sepucuk Surat dari Hindia Belanda mengajak pembaca menyelami ruang di mana sejarah dan imajinasi saling berdansa. 👫🎈

Setiap cerita di dalamnya memantulkan wajah-wajah manusia. Keberanian yang lahir dari luka, ketakutan yang menumbuhkan harapan, dan makna yang terus dicari di tengah perubahan zaman.

Buku ini adalah pengingat bahwa masa lalu tak pernah benar-benar pergi. Ia mengalir pelan dalam ingatan kita, seperti surat yang akhirnya tiba setelah perjalanan panjang.

Dan di tangan pembaca hari ini, surat-surat dari Hindia itu kembali bernafas—menunggu untuk dibaca dengan hati yang tenang. 🌻🤍


Baca juga: Ini 3 Mantra Pondasi Trilogi Negeri 5 Menara yang Bisa Kamu Terapkan untuk Menegakkan Cita-Cita!


✨ Jangan lupa untuk mendapatkan penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Enter your email below to join our newsletter