Bulan Oktober: Bulannya Bahasa dan Sastra. Mengapa?

Bulan Oktober: Bulannya Bahasa dan Sastra. Mengapa?

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki keragaman suku, ras, dan budaya. Salah satu yang tak bisa terlewati begitu saja adalah kekayaan ragam bahasa dan sastra yang tersebar di seantero nusantara. Mengutip Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, saat ini terdapat total 718 bahasa daerah yang sudah teridentifikasi di Indonesia per tahun 2020.

Dalam hal ini, bahasa memiliki nilai penting sebagai pemersatu. Dengan adanya bahasa, manusia sebagai makhluk sosial dapat membangun interaksi dengan sesama. Meski setiap wilayah punya bahasa daerah masing-masing, masyarakat Indonesia tetap dapat saling berkomunikasi melalui bahasa resmi, bahasa Indonesia.

Secercah tentang Bahasa dan Sastra

Bahasa Indonesia memang menjadi bahasa resmi dan bahasa nasional yang digunakan di Indonesia. Walaupun begitu, kalau memerhatikan realitas yang ada di sekitar, rasanya sebagian besar masyarakat Indonesia lebih condong mementingkan bahasa asing. Terutama bahasa Inggris karena merupakan bahasa internasional. Bahkan sedari kecil, beberapa orang tua sudah menanamkan sang buah hati untuk berbahasa Inggris. Si anak pun tak fasih dengan bahasa ibunya.

Memang tak ada yang salah jika kita belajar ataupun berkomunikasi dengan bahasa asing. Justru kemampuan berbahasa asing memang dibutuhkan dan menjadi bekal yang pasti berguna dalam hidup.

Namun, alangkah lebih baik jika bisa menyeimbangkan kemampuan antara bahasa ibu kita dan bahasa-bahasa lainnya. Jangan sampai sebagai warga negara Indonesia, kita lancar berbahasa asing, tetapi malah macet berbahasa Indonesia.

Bicara mengenai bahasa, sepertinya tak lengkap jika tidak bercakap tentang sastra. Bahasa dan sastra menjadi dua hal yang sejatinya saling berkaitan. Dengan bahasa, kesastraan jadi lebih mekar sehingga muncul beragam karya sastra indah.

Mulai dari puisi, sajak, prosa, dongeng, hingga syair. Salah satu pujangga senior di kalangan sastrawan Tanah Air ialah Sapardi Djoko Damono. Tak hanya di Indonesia, karyanya bahkan telah ditafsirkan ke dalam berbagai bahasa dunia.


Baca juga: Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra, Ini Buku Sastra Best Seller yang Wajib Dibaca


Bulan Bahasa dan Sastra

Bulan Oktober diperingati Indonesia sebagai Bulan Bahasa dan Sastra. Tidak banyak yang melupakan, tapi tidak seberapa juga yang mengingat hal ini. Sebenarnya, mengapa diperingati pada bulan Oktober?

Sumber Foto: informazone.com

Bahasa bisa dibilang termasuk senjata pemersatu bangsa. Hal tersebut bahkan telah bergaung sejak Indonesia belum merdeka, yakni saat mengikrarkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.

KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENGDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA

Sepenggal ikrar pada poin ketiga naskah Sumpah Pemuda itulah yang menjadi bibit jadinya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Oleh karena benang merahnya dengan Sumpah Pemuda yang dahulu diikrarkan, Indonesia memeringati bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa dan Sastra.

Peringatan Bulan Bahasa dan Sastra setiap bulan Oktober sendiri, kiranya ditujukan untuk mengingat bahwa kukuhnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bukan tanpa ancang-ancang dan sonder perjuangan.

Agaknya inilah salah satu alasan kita perlu memeringati Bulan Bahasa dan Sastra. Agar sebagai putra dan putri Indonesia, kita lebih menghargai Bahasa Indonesia. Agar sebagai putra dan putri Indonesia, kita lebih berbangga terhadap Bahasa Indonesia.


Mari rayakan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia secara antusias, karena kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi?

Kita sebagai masyarakat Indonesia bisa memperingati Bulan Bahasa dan Sastra melalui berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan membaca buku-buku sastra, seperti berikut ini.

Rekomendasi Buku-Buku Sastra

Dua Muka Daun Pintu - Triskaidekaman

duaRayakan Bulan Bahasa dengan Baca Buku Sastra Ini!

Cerita yang mengambil point of view dari selembar daun pintu baja, yang menjaga Garda dalam sebuah sel isolasi rahasia. Setiap hari pintu baja ini mendengar kisah hidup Garda. Pintu ini macam jadi saksi dari berbagai peristiwa, dan kisah ini mampu membuatmu melihat cara pandang baru, dari sebuah pintu.

Cantik itu Luka - Eka Kurniawan

cantikBaca E-Booknya di Sini!

Berlatarbelakang pada masa penjajahan hingga masa G30S di Indonesia. Buku ini mengisahkan tentang wanita yang tak ingin anak-anaknya berparas cantik, bahkan anak terakhirnya ia doakan buruk rupa kala mengandung. Hal ini dilakukan karena masa kelam yang pernah ia lewati, hingga merasa bahwa kecantikan malah akan berakibat buruk bagi anak-anaknya.

Sunyi adalah Minuman Keras - Sapardi Djoko Damono

sunyiBaca Karya Sastra Terakhir Eyang di Sini!

Almarhum Eyang Sapardi menulis buku ini hingga akhir hayatnya. Tentang seorang penulis terkenal bernama Rara, dan media sosial yang jadi tempat ia berinteraksi dengan orang-orang, hingga pamor namanya semakin meningkat. Namun semakin sibuk bekerja di dunia maya, ia malah merasa sepi. Tak ada teman berbagi yang hadir langsung di dekatnya. Novel terakhir dari Eyang ini menceritakan tentang dunia maya dan nyata, ketenaran, serta rasa kesepian maupun kehilangan.

Perjalanan Menuju Pulang - Lala Bohang & Lara Nuberg

perjalananBaca Sastra dengan Kilas Balik Sejarah di Sini!

Lala dan Lara mengeksplorasi banyak hal untuk menemukan jawaban apakah kehidupan pendahulu mereka berdua saling berkaitan. Mereka ingin melihat apakah ada sejarah yang meninggalkan jejak pada garis keturunannya. Lala ingin membicarakan sejarah bukan hanya seperti yang diajarkan di sekolah, tapi juga dari peristiwa serta perubahan yang terjadi di keluarga sendiri, sehingga mampu mempengaruhi semua yang dijalani saat ini.

Perjamuan Khong Guan - Joko Pinurbo

sunyiBaca Puisinya di Sini!

Karya puisi dari Joko Pinurbo tak perlu diragukan kembali. Termasuk menariknya buku kumpulan puisi ini yang membicarakan tentang agama, budaya, tradisi, kehidupan sosial, dan juga hal-hal lain di sekitar kita yang kala itu sempat ramai diperbincangkan. Tiap katanya mampu membuatmu memperhatikan kembali hal-hal remeh namun penting. Kritik sosial yang dibawakan begitu menggelitik dengan cara satire dan komedi.

"Mari kita buka apa isi kaleng Khong Guan ini: biskuit, peyek, keripik, ampiang, atau rengginang?  Simsalabim. Buka!  Isinya ternyata ponsel, kartu ATM, tiket, voucer obat jimat,  dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membatu."

Baca juga: Ini Dia Rekomendasi Buku Sastra Terpopuler Terbitan GPU


Untuk meramaikan semarak Bulan Bahasa dan Sastra, Gramedia.com ikut memberikan kebahagiaan dengan promo-promo yang tak kalah menarik. Ada banyak diskon melimpah sekaligus penawaran spesial yang buat jajan buku jadi lebih maksimal! Yuk, cek semua promonya di bawah ini!

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Junika Kasih

Junika Kasih

Content Writer for Gramedia.com

Enter your email below to join our newsletter