Saat Restu, Agama, dan Waktu Menguji: Ke Mana Cinta Akan Berlabuh? Temukan Jawabannya dalam Patah Hati yang Kupilih!
Mungkinkah Seseorang Memilih Patah Hatinya Sendiri?
Kalau bicara soal patah hati, rasa-rasanya itu adalah satu hal yang mustahil tak pernah dilalui oleh setiap insan yang hidup di dunia. Apa pun yang menjadi penyebab atau titik masalahnya, semua orang pasti pernah merasakan kecewa atau patah hati. 💔😃
Namun, kalau patah hati itu adalah sebuah hal yang bisa dihindari, mungkinkah masih ada seseorang yang lebih memilih untuk mengalami perasaan serupa itu?
Well, lewat film Patah Hati yang Kupilih, Danial Rifki bakalan mengajak kamu buat melalui perjalanan cinta dan memahami bagaimana rasanya jika patah hati menjadi sumber derita yang kita pilih sendiri.
Kira-kira patah hati seperti apa sih yang akan diceritakan dalam kisah ini? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini! 🚀
Tembok Tinggi Itu Bernama Perbedaan Agama!
“Tuhan memang satu, kita yang tak sama”
Patah Hati yang Kupilih adalah kisah tentang hubungan Alya dan Ben yang terhalang tembok tinggi, berupa perbedaan agama. Tembok itu muncul begitu menjulang hingga membuat mereka harus terjebak dalam dua pilihan. Antara bertahan dan berjuang, atau rela melepaskan.
Di dunia yang penuh tekanan, perbedaan, dan realita yang tidak selalu berpihak, menjalin hubungan terkadang menjadi sebuah tantangan yang tidak mudah dijalani.
Lalu, bagaimana Alya dan Ben menghadapi semua ini? Akankah mereka menemukan jalan kembali, atau justru memilih patah hati yang mereka yakini sebagai keputusan terbaik?
Perbedaan Agama Bukanlah Satu-Satunya
Masalah yang hadir dalam film ini tuh ternyata nggak berhenti pada soal beda agama aja, Grameds. Ternyata masih ada lapisan lain yang bikin konflik di film ini makin kompleks, kayak masalah restu orang tua, latar belakang yang berbeda, juga visi yang ternyata tak serupa.
Di balik semua itu, film ini juga memperlihatkan bagaimana hubungan yang tampak sederhana bisa berubah jadi pertarungan batin. Alya dan Ben bukan cuma berjuang melawan dunia luar, tetapi juga melawan rasa takut di dalam diri mereka sendiri—takut mengecewakan keluarga, takut kehilangan identitas, sampai takut kalau cinta mereka cuma akan menambah luka baru.
Dari sekian banyaknya permasalahan yang melanda, jalan ceritanya bakal menjelaskan cara mereka dalam membuat keputusan, apakah tetap berjuang atau justru mengikhlaskan.
“Yang terbaik untuk aku, untuk kamu… cinta kita pantas untuk diperjuangkan.” — Ben
“Emangnya kita bisa ya ngelanjutin hubungan ini? Orang tua kita gimana? Agama kita gimana?” — Alya
Baca juga: Eternity: Dilema Cinta di Persimpangan Hidup Menuju Keabadian
Inilah Deretan Cast-nya!
Berikut ini adalah nama-nama yang akan menghidupkan cerita di film Patah Hati yang Kupilih:
Prilly Latuconsina sebagai Alya
Bryan Domani sebagai Ben
Humaira Jahra sebagai Freya
Indian Akbar sebagai Fadil
Marissa Anita sebagai Rahma
Rowiena Umboh sebagai Martha
Willem Bevers sebagai Gideon
Mereka bakalan nemenin kamu buat melalui perjalanan patah hati, mencoba melepaskan seseorang, atau jatuh cinta pada yang tak bisa dimiliki.
Kalau Patah Hati yang Kupilih Hadir dalam Bentuk Buku
Nah, kalau kamu tertarik dengan kisah dengan nuansa mengharukan dan menyisakan rasa sesak di dada selepas membacanya, kamu bisa banget buat melumat kisah yang ada dalam buku ini!
1. Hari Ini Kenapa, Naira? – Santy Diliana & Prilly Latuconsina
Begini banget ya, hidup? Baru sembuh dari trauma karena mencintai orang yang enggak tepat. Eh, malah dipertemukan dengan orang yang bikin nyaman, tapi mustahil sejalan.
Kamu pernah punya masalah? Aku yakin semua orang pasti punya masalah. Dari masalah kecil, sampai besar. Selama bertahun-tahun hidup, rasa-rasanya semua hal telah aku lewati dan aku baik-baik saja. Aku punya segala yang kubutuhkan. Kehidupan yang serba cukup, bibi dengan berbagai masakan enaknya, kedua sahabat yang selalu menemaniku, hingga Reno yang mampu mengisi kekosongan di hatiku.
Hidup sebagai seorang Naira adalah hidup yang paling aku syukuri! Tapi aku lupa kalau ternyata masih ada yang lebih tinggi daripada puncak Everest, dan masih ada yang lebih dalam daripada Palung Mariana. Begitu pula hidupku. Tidak pernah sekalipun tebersit kalau suatu hari aku akan mengalami berbagai masalah yang sebegitu peliknya. Satu per satu yang kumiliki mulai pergi dan masalah demi masalah mulai berdatangan. Terasa begitu mencekik sehingga untuk bernapas sejenak saja, rasanya aku tidak mampu. Menurutmu, apakah aku bisa melewati semuanya?
2. Sayap-Sayap Patah – Kahlil Gibran
Lewat gaya bahasa yang puitis dan menyentuh, Kahlil Gibran menghadirkan kisah cinta yang halus tapi berdaya dalam Sayap-Sayap Patah. Novel ini bercerita tentang dua insan yang saling mencintai dengan tulus, namun terjebak dalam pusaran nasib yang tak berpihak. Cinta mereka tumbuh indah, tapi juga rapuh di hadapan kekuatan yang lebih besar dari diri mereka.
Di balik romansa yang menggugah, Gibran menyisipkan kritik terhadap tradisi, tabu, dan ketidakadilan sosial yang sering kali merenggut kebahagiaan manusia. Ia menyoroti bagaimana cinta sejati bisa diuji oleh norma dan kekuasaan yang kaku, menjadikan kisah ini tak sekadar tentang dua hati, tapi juga tentang perjuangan manusia mempertahankan kebebasan perasaannya.
3. Love in the Time of Cholera – Gabriel García Márquez
Penulis legendaris peraih Nobel, Gabriel García Márquez, menghadirkan kisah cinta yang lembut sekaligus memilukan lewat novel klasiknya, Love in the Time of Cholera. Cerita ini menelusuri perjalanan cinta yang tak terbalas, namun tak pernah benar-benar padam meski waktu terus berjalan.
Selama lebih dari lima puluh tahun, Florentino Ariza hidup dengan satu perasaan yang sama—rasa cinta yang ia simpan untuk Fermina Daza, perempuan yang dulu menolak dirinya dan menikah dengan Dr. Juvenal Urbino. Dalam penantian panjang itu, Florentino sempat menjalin banyak hubungan, tapi tak ada yang mampu menggantikan Fermina di hatinya.
Hingga suatu hari, ketika sang suami meninggal dalam kecelakaan yang tragis sekaligus ironis, Florentino melihat celah kecil untuk kembali. Ia datang membawa cinta yang sama, tapi waktu telah banyak berubah. Mampukah cinta lama itu hidup kembali di usia senja, setelah setengah abad menunggu dalam diam?
4. Mengikhlaskanmu adalah Caraku Mencintaimu – Pelukis Kata
Buku ini suara dari seseorang yang mencintai tanpa memiliki, tetapi tidak larut dalam lukanya. la memilih sebagai seseorang yang tetap merawat rasa dengan cara paling dewasa: lewat doa, lewat karya, dan lewat penerimaan.
Perasaan seorang cegil dalam buku ini adalah gambaran cinta yang dikejar dengan cara berbeda. Percayalah, cinta yang tulus itu tidak akan berisik di Bumi, tapi di langit.
Barangkali, setelah kamu mencoba memperjuangkan satu nama, nama itu akan diganti dengan nama lain yang mungkin tidak akan kamu ketahui. Cukup dia abadi di sini, biarkan semesta yang bekerja.
.5. Frankfurt is Typing – Parkisye
Kirana Arunika, mahasiswi kedokteran di Berlin, harus menjalani hubungan jarak jauh dengan tunangannya—Keenan Mahesa yang tengah magang kerja di kota Frankfurt.
Nyatanya, hubungan dengan jarak yang membentang mengundang banyak masalah di antara mereka. Kesibukan masing-masing, kesalahpahaman, hingga patahnya mimpi yang telah dibangun bersama.
Lalu, bagaimana keduanya menghadapi badai dalam hubungan mereka? Atau keduanya harus menyerah pada hubungan penuh liku tersebut?
In the end…
Ben dan Alya sadar bahwa cinta mereka tak pernah berjalan di jalan yang mulus. Ada tembok tinggi yang berdiri di antara keduanya—perbedaan yang tak bisa mereka abaikan, meski sekuat apa pun mereka saling mencintai. 🧱🏋️♀️
Namun, cinta kadang memilih caranya sendiri, baik untuk terus tumbuh atau perlahan melepaskan. Di titik inilah mereka akhirnya harus menjawab pertanyaan krusial: apakah perasaan yang begitu besar cukup kuat untuk bertahan, atau justru harus dibiarkan pergi sebelum timbul luka yang lebih dalam lagi?
Jawabannya? 💁♀️
Kamu akan menemukannya dalam Patah Hati yang Kupilih yang akan hadir mulai 24 Desember 2025 di seluruh bioskop Indonesia. Dan biarkan film ini sendiri yang memperlihatkan bagaimana dua hati memutuskan takdirnya. 🎬😉
Baca juga: Retak, Luruh, Kembali Utuh: Di Balik Puisi Prilly dan Proses Menata Hati yang Pernah Rapuh
✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️