Pikiran, cerita, dan gagasan tentang buku dengan cara yang berbeda.

(REVIEW BUKU) Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini: Petuah Ibu untuk Anaknya

(REVIEW BUKU) Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini: Petuah Ibu untuk Anaknya

Marchella FP is back.

Ia telah menelurkan dua buku, Generasi 90an (2013) dan Generasi 90an: Anak Kemaren Sore (2015). Dua buku itu ibarat mesin waktu yang mengajak pembacanya pada serba-serbi dekade 1990-an.

Di buku ketiga, Nanti Kita Cerita Tentang Hari ini (NKCTHI) Marchella membuat sebuah lompatan. Bukan masa lalu yang dikuliknya, tapi masa depan.

Sebentar, yang dimaksud masa depan di sini bukanlah isi bukunya berisi apa-apa yang bakal jadi tren di generasi 2020-an atau 2030-an. Bukan.

Di buku ini kita bertemu dengan seorang perempuan berusia 27 tahun dan juga seorang ibu. Perempuan di buku itu bernama Awan. Nama itu dipilih karena “awan selalu punya cara untuk menjaga dan menghibur bumi serta isinya,” ujar sang ibu.

Namun tak mudah menjadi awan seperti harapan ibunya. Baginya, jadi bohlam saja lebih dari cukup, untuk menerangi dan memberi kehangatan sebuah ruang yang kecil.

NKCTHI

Awan lalu menulis surat untuk masa depan. Surat yang ditujukan untuk anaknya. Surat yang berisi “Tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah, dan semua ketakutan manusia pada umumnya.”

Begitulah NKCTHI dimulai. Di halaman-halaman berikutnya kita bertemu tulisan-tulisan nasihat motivasi disertai ilustrasi indah yang digambar Marchella. Surat-surat itu ditulisnya karena “Ibu takut lupa rasanya muda. Ibu tulis pesan ini untuk kita…”

Nasihat sebagai pengingat menjalani hidup

Lewat Awan, Marchella mengandaikan diri memberi petuah untuk menjalani hidup buat anaknya kelak. Ia antara lain berpesan,

“Jalan yang jauh, jangan lupa pulang.”

Dan juga nasihat ini yang gamblang,

“Jadi manfaat untuk sekitar. Kalau belum mampu, jangan jadi beban.”

Tentu saja, nasihat-nasihat di buku ini tak harus dibaca sebagai petuah ibu pada anaknya. Kita bisa membuka halaman mana saja secara acak (O iya, buku setebal 200 halaman ini tak dinomori) lalu mengambil nasihat di sana sebagai pelajaran maupun pengingat.

Misalnya ini, di sebuah halaman yang terdapat ilustrasi tutup kaca di dalamnya terdapat sofa dan meja. Di bawah gambar ada tulisan,

“Nyaman itu jebakan.”

Nasihat itu berguna banget buat kamu yang saat ini merasa terjebak di zona nyaman, entah itu di bidang pekerjaan maupun hubungan dengan pacar. Eh, tunggu, kalau punya pacar kan memang harus cari yang bikin nyaman, ya.

Di sebuah gambar seseorang tengah berjalan diikuti bayangannya, Marchella menulis,

“Lari sekencang-kencangnya kemanapun kamu mau… Tapi, masalahmu tidak akan pergi. Dia ada di sana, di belakangmu. Sampai kamu berani, berbalik arah dan hadapi.”

Ini pesan untuk siapa saja agar berani menghadapi masalah, alih-alih lari.

Dibangun dari komunitas

Konon, buku ini begitu laris manis. Tidak sampai 1 minggu dirilis, buku ini sudah dicetak hingga 11 kali. Dicari di toko buku susah. Yang ingin beli harus pre-order dahulu. Pertanyaannya, bagaimana bisa buku NKCTHI ini begitu diburu orang?

Kuncinya satu, komunitas.

Pembaca NKCTHI adalah mereka yang sejak awal telah termotivasi oleh kalimat-kalimat inspirasional dan gambar indah di akun Instagram NKCTHI yang ia kelola. Sejak Februari, Marchella membuat akun yang quotable dan jleb banget buat generasi milenial dan gen Z.

NKCTHI
Tampilan akun Instagram Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Artinya, calon pembacanya tak dibangun dalam sehari. Ini mungkin yang alpa dilakukan banyak penulis kita, yang lebih tekun meriset dan menulis tapi abai memikirkan, kira-kira bukunya bakal dibaca orang nggak, ya?

Marchella juga paham betul kaum milenial dan gen Z paling suka kalimat-kalimat quotable. Generasi ini akrab dengan gadget sejak kecil. Mereka terbiasa membaca dan menulis serba singkat.

Setelah bisa membaca, mereka langsung berkenalan dengan Facebook dan Twitter. Maka, mereka umumnya tak suka baca buku tebal-tebal. Mereka juga lebih menyukai aspek visual ketimbang yang isinya melulu tulisan. Di sini, market untuk bukunya sudah ada.

Akan tetapi market yang ada takkan memberi efek apapun bila tak digaet. Mereka harus dikumpulkan dalam sebuah wadah bernama komunitas.

MARCHELLA FP
Marchella FP, penulis buku Nanti Kita Cerita Tetang Hari Ini (Source: Instagram Marchella)

Membangun komunitas adalah hal yang disadari betul Marchella. Sejak buku pertama Generasi 90an sukses berat, Marchella menampung mereka yang mengalami masa kecil tahun 1990-an dalam komunitas yang dibangunnya di media sosial. Ia menggiring mereka mengikuti akun Instagram Generasi 90an untuk terus bernostalgia dengan era itu.

Postingan baru dibuat reguler. Yang tak tertampung di buku dimuat di Instagram. Yang ada di Instagram lalu lahir di buku kedua, Generasi 90an: Anak Kemaren Sore. Buku keduanya juga sukses karena komunitas calon pembelinya sudah ada.

Namun, bermain-main dengan nostalgia saja rasanya tak cukup. Seiring waktu, lulusan Desain Komunikasi dan Visual di Universitas Bina Nusantara ini punya keresahan batinnya yang lain.

MARCHELLA FP

Mungkin ia merasa generasinya maupun generasi di bawahnya kini menjalani hidup seolah tanpa arah dan tujuan. Ia memandang mereka terlalu bergegas (maka ia menasihati: "Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?"), sibuk jadi komentator ("Bangun! Buat karyamu, dan biarkan mereka menjalankan tugasnya.") dan lain sebagainya.

Keresahan itu ia tuangkan lewat buku. NKCTHI hasilnya. Buku NKCTHI bisa jadi sahabat yang baik untuk itu.

Alhasil, setelah Generasi 90an dan NKCTHI, kita pun terus menanti, apa lagi ya yang akan dilahirkan Marchella di kemudian hari.


Header image source: Instagram NKCTHI


Ade Irwansyah

Ade Irwansyah

Contributing Writer for Gramedia.com

Enter your email below to join our newsletter