Spesial Perayaan Hari Ibu 2022: Q&A dengan Puty Puar, Penulis Buku Empowered ME

Grameds, tahu nggak hari ini hari apa?👀 Yap, betul! Hari ini adalah Hari Ibu. Selamat Hari Ibu untuk semua perempuan dan ibu di Indonesia!💐💌

Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Tahun ini adalah tahun ke-94 kita merayakan Hari Ibu. Tema yang diusung di perayaan tahun ini adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Nah, ngomong-ngomong tentang perempuan berdaya, tentu saja Admin jadi teringat salah satu buku nonfiksi populer yang membahas tentang topik yang sama, yaitu Empowered ME (Mother Empowers): Ibu Berdaya Dimulai dari Diri Sendiri. Kamu sudah baca bukunya belum?

Baca Bukunya di Sini!

Kalau belum, Admin kasih bocoran singkat, ya. Empowered ME adalah buku self improvement khusus untuk perempuan, khususnya ibu. Dalam buku ini, kamu akan menemukan panduan untuk menjadi seorang ibu yang berdaya. Buku ini disusun untuk membantu para ibu menyusun dan mencapai tujuan mereka. Membaca buku ini akan memberikan kamu insight menarik tentang peran perempuan sebagai ibu, istri, dan anggota masyarakat.

Nah, dalam rangka merayakan Hari Ibu tahun ini, Admin mengundang Kak Puty Puar, penulis buku Empowered ME, untuk berbincang-bincang seputar topik perempuan dan ibu berdaya. Penasaran nggak, sih, kami ngobrolin apa? Tenang... tentu saja Admin sudah merangkum obrolan seru ini untuk Grameds baca.

Tanpa berlama-lama lagi, mari kita sambut... ✨🥁[drum roll]🥁✨... the one and only, Puty Puar!🌼💖

Sumber: Giphy

Q: Buku Empowered ME adalah buku pengembangan diri yang penting untuk para perempuan, khususnya ibu. Sebenarnya, apa sih yang membuat Kak Puty ingin menulis buku Empowered ME?

A: Jadi awalnya, buku ini ditulis berdasarkan pengalamanku sendiri. Ketika sedang transisi jadi perempuan yang bekerja di kantor, kemudian menjadi freelancer yang WFH (work from home) sekaligus ibu, banyak perubahan aku alami. Ketika bekerja di kantor dulu jadi orang yang penting ngurus banyak hal, setelah full di rumah, aku jadi merasa yang kuurusi ini hal-hal remeh. Tahun 2018, aku mencoba membuat buku, judulnya Happiness is Homemade, buku ilustrasi yang isinya tentang hal-hal kecil yang bisa bikin kita bahagia.

Baca Bukunya di Sini!

Terus bikin Komik Persatuan Ibu-ibu, yang bercerita tentang orang-orang yang mengglorifikasi peran ibu. Katanya, seorang ibu harus bisa mengurus semuanya, banyak ekspektasi yang dibebankan ke perempuan. Tapi, setelah dijalani ternyata hidup ibu-ibu tuh nggak senikmat ibu-ibu di Instagram! Banyak hal yang susah dan bikin lelah, as time goes by aku mulai berpikir bahwa ketidaksempurnaan bisa kita lihat sebagai ruang untuk menjadi lebih baik dan tetap berprogres. Lalu, aku mulai banyak ngobrol sm ibu-ibu di komunitas dan sadar kalau ekspektasi tuh makin berat karena banyak informasi yang berseliweran di sosial media.

Akhirnya, aku pengen bikin buku yang bisa jadi guideline produktivitas, tapi di satu sisi juga menenangkan ibu-ibu, bahwa nggak semua produktivitas dan value harus dinilai dari hal-hal yang tangible–menghasilkan uang, materi, gaji, jabatan, dan lain-lain. Semua hal yang kita lakukan, apa pun keputusan kita, selama itu diambil dengan rasa percaya bahwa kita bisa berkontribusi, itu adalah bentuk berdaya.

View this post on Instagram

A post shared by Puty Puar (@byputy)


Q: Sebagai guideline untuk para ibu, Empowered ME menyediakan banyak metode pengembangan diri ya, Kak. Bahkan, disediakan juga template yang bisa dicetak dan diisi sendiri. Nah, kalau boleh tahu, apakah metode-metode tersebut dilakukan juga oleh Kak Puty?

A: Tentu saja diterapkan. Sejak SMA, aku selalu bikin planning resolusi dan evaluasi di tahun itu. Tentu saja dulu nggak secanggih dan selengkap yang kutulis di buku Empowered ME, karena yang kutulis di dalam buku tentunya sudah melalui proses evolving setelah sekian lama. Aku juga sering ngobrol dengan ayahku tentang target dan achieving goals–yang memengaruhi pilihan buku-buku yang aku baca. Dalam buku Empowered ME, metode-metode itu adalah rangkuman hal-hal yang aku pelajari dan aku lakukan. Referensi tentang sumber bacaanku juga lengkap dalam buku ini.

Sumber: Giphy

Q: Salah satu yang dibahas dalam buku Empowered ME adalah peran perempuan sebagai seorang ibu, seorang istri, dan seorang anggota masyarakat. Lingkungan tentunya sangat berpengaruh terhadap pemberdayaan seorang perempuan ya, Kak. Menurut Kak Puty, kalau kasusnya kita berada di lingkungan yang kurang mendukung, apa yang harus dilakukan supaya seorang ibu supaya tetap bisa jadi ibu yang berdaya?

A: Menurutku, lingkungan itu zaman sekarang bukan hanya sekedar lingkungan geografis tapi juga lingkungan di dunia maya. Bisa banget kita cari komunitas atau lingkungan yang empowering, cari ibu-ibu yang sevisi dan sefrekuensi sama kita. Sebelum mencari, sadari dulu apa yang kita butuhkan sesuai dengan tujuan yang ingin kita raih. Kemudian, cari komunitas yang bisa jadi support system yang tepat untuk kebutuhan kita. Pahami dulu apa yang cocok dan tidak cocok. Kalau misalnya keluarga dan saudara-saudara terdekat juga ternyata jadi lingkungan yang nggak mendukung, coba untuk ngobrol sm orang-orang yang paling matters utk kita–misalnya pasangan, anak, orang tua atau mertua kita.


Q: Kak Puty, sebagai seorang ibu multiperan pernah nggak sih, merasa burnout? Bagaimana Kak Puty bisa bangkit dan mengatasi perasaan itu?

A: Burnout itu pasti ada! Juga, ada rasa kayak gagal menjaga life balance dan cukup sering. Yang selalu jadi dasar pemikiran aku adalah menerima bahwa kita tidak sempurna–manusia selalu ada rasa bosan, selalu ada salah. Jadi ibu itu nggak harus selalu ngerasa happy dan bersemangat, karena akan selalu ada masa-masa kita merasa nggak nyaman, merasa insecure. Kedua, gimana nih caranya supaya kita nggak lama-lama burnout?

Seperti yang kutulis di buku Empowered ME, aku biasanya akan berusaha look back, merunut kembali apa saja yang sudah aku kerjakan dan bagaimana prosesnya. Misalnya, anakku dulu nggak suka makan sayur, sekarang jadi suka. Meski itu hal kecil, sebenarnya hal tersebut kemajuan yang patut kita banggakan juga. Ketiga, kita harus melihat lagi tujuan kita. Dengan kembali melihat tujuan dan progres yang kita hasilkan, hal tersebut akan kembali membuat kita bersemangat.

Sumber: Giphy

Q: Berdasarkan apa yang kubaca dan obrolan kita hari ini, ibu yang berdaya ini sangat berpengaruh pada parenting, ya, Kak.

A: Betul! Ada ibu-ibu yang merasa tidak punya pilihan lain selain menjadi ibu rumah tangga, namun karena ada hal-hal yang tidak diraih sendiri, lantas menjadikan anaknya sebagai achievement bagi sang ibu dan membebani anak dengan segudang ekspektasi. Menurutku, ketika dilakukan dengan sadar dan mindset bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan kita sendiri, hal ini akan membuat kita tidak merasa diri kita adalah ‘korban’ dan melihat bahwa peran ibu rumah tangga tidak melulu tentang anak, tapi juga tentang kebahagiaan ibu itu sendiri.

Dalam buku Empowered ME, ada bagian tentang memecah goals. Seorang ibu tidak harus selalu memiliki tujuan untuk anak, tapi bisa juga bertujuan untuk pengembangan diri sendiri. Ketika seorang ibu tidak merasa sebagai ‘korban’ dari pilihannya sendiri dan dapat mengelola kebahagiaannya dengan baik, hal ini tentu akan berpengaruh pada hubungan dengan anak dan pasangan–suasana di rumah tentunya akan jadi menyenangkan.


Q: Wah, iya sih Kak, banyak ya sebenarnya kita dengar keluhan-keluhan dari anak yang merasa dibebani ekspektasi orang tuanya. Nah, selain berpengaruh pada parenting, ibu berdaya juga pastinya berpengaruh pada lingkungannya. Di perayaan Hari Ibu ke-94 tahun ini, tema yang diusung adalah ‘Perempuan Berdaya, Indonesia Maju’. Menurut Kak Puty sendiri, bagaimana sih pengaruh pemberdayaan perempuan dengan kemajuan Indonesia?

A: Menurut aku sangat berpengaruh, aku sangat setuju dengan statement ini. Ketika seorang perempuan berdaya tahu apa yang ia inginkan dan ia dapat memaksimalkan peran tersebut, ini akan jadi energi positif di rumah. Perempuan yang berdaya dapat membesarkan anak yang berdaya, tidak harus selalu attach dengan orang lain, dan dapat menginspirasi pasangan. Ketika kita merasa tidak berdaya, ada perasaan insecure yang menimbulkan perasaan-perasaan negatif dan tentunya tidak sehat bagi hubungan dengan anak dan pasangan di rumah.

Ini hanya dari satu keluarga. Kalau semua ibu-ibu dari semua keluarga memiliki mindset yang sama, hubungan antar para ibu juga tentu jadi lebih sehat. Perempuan yang sadar bahwa ia memiliki tujuan dan kebahagiaannya sendiri juga nggak akan jadi julid satu sama lain. Ketika hal ini terjadi dalam skala yang lebih besar, sudah pasti ini akan turut berpartisipasi dalam kemajuan bangsa.

Sumber: Giphy

Q: Karena Kak Puty menyinggung tentang ‘ibu-ibu julid’ ini, jadi keinget deh di halaman-halaman awal Empowered ME, ini juga dibahas ya, Kak. Pernah nggak sih Kak Puty mengalami pilihan Kak Puty dikomentari orang? Lantas, apa yang Kak Puty lakukan saat itu untuk mengatasinya?

A: Kalau aku sih cenderung membiarkan, karena nggak punya energi untuk mengurusi hal-hal seperti itu. Aku juga coba berempati, karena ketika seseorang mencari kejelekan orang lain, mungkin ada suatu hal yang ingin orang tersebut tutupi. Jadi, kalau ada orang yang mengomentari aku, tapi hal tersebut bukan suatu hal yang dapat menjadi evaluasi untuk diriku sendiri, aku biasanya akan membiarkan. Hal ini mungkin nggak bisa dilakukan semua orang, apalagi kalau yang ‘julid’ ini justru datang dari circle kita yang terdekat.

Nah, kalau kasusnya begini, saranku minta dukungan dari orang-orang yang tepat. Pahami siapa-siapa saja yang suaranya paling kita harapkan untuk kita dengar, siapa yang mau kita bikin bangga. Toh, kita tidak bisa menyenangkan semua orang, kan?


Q: Wah, setuju banget sama Kak Puty! Salah satu subtema Hari Ibu adalah ‘Kewirausahaan Perempuan’. Ternyata, hal ini jadi kendala banyak perempuan di seluruh penjuru Indonesia. Perempuan–terutama ibu–yang berwirausaha sering mendapat penilaian miring dari orang-orang di sekitarnya. Mereka kerap kali dianggap tidak bisa mengurus anak dan keluarga. Bagaimana sih tanggapan Kak Puty terkait hal ini?

A: Seperti yang juga dibahas di Empowered ME, perempuan zaman sekarang ini masih dibebani persepsi ibu-ibu generasi dulu, bahwa seorang ibu harus bisa segalanya dan tetap happy saat menjalaninya. Hal ini membuat perempuan sering merasa bersalah karena tidak bisa mengurus segala hal. Betul, seorang ibu harus bisa mengurus rumah tangga.

Tapi, mengurus rumah tangga ini bisa dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya, sebagai ibu yang bekerja, kita menitipkan anak ke daycare, atau ketika tidak sempat masak kita memesan makanan dari katering–meski didelegasikan kepada orang lain, seorang ibu tetap memastikan bahwa hal-hal ini diurusi dengan benar. Ini kan juga disebut mengurus rumah tangga. Banyak orang yang tidak sadar bahwa di era ini, kesempatan berbisnis sudah banyak dan terbuka lebar, begitu pula cara untuk mendelegasikan tugas kepada orang lain supaya kita tidak perlu mengurus setiap detail kecil yang berpotensi bikin kita burnout.

Sumber: Giphy

Q: Salah satu hal yang melatarbelakangi subtema ‘Kewirausahaan Perempuan’ dalam Hari Ibu tahun ini adalah bukti bahwa banyak perempuan yang muncul sebagai penyelamat keluarga ketika masa pandemi Covid 19. Nah, ada banyak anggapan orang bahwa perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga adalah seorang alpha female. Di buku Empowered ME, Kak Puty menyatakan bahwa hal ini sebenarnya miskonsepsi, alpha female tidak sama dengan perempuan yang berdaya. Apakah boleh dijelaskan lebih lanjut, pendapat Kak Puty mengenai hal ini?

A: Alpha female yang kusebut ini tidak lepas dari pandangan bahwa alpha female adalah seorang perempuan dominan yang bisa mengurus segala hal. Tapi untuk seorang perempuan disebut berdaya, nggak harus menjadi seseorang yang dominan. Seperti juga yang sudah coba kurumuskan dalam buku Empowered ME, perempuan berdaya adalah perempuan yang tahu apa yang mau ia lakukan, tahu tujuannya apa, dan tahu bahwa kita bisa memilih dan menjalani hal tersebut dengan baik. Dalam pelaksanaannya, kita tidak harus sendiri, tidak harus dibebani anggapan bahwa kita tidak boleh bergantung pada siapa-siapa. Misalnya, dalam keluarga, perempuan yang berdaya punya posisi yang setara dengan suaminya dalam pengambilan keputusan.


Q: Subtema lain dalam Hari Ibu tahun ini adalah ‘Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya’ yang mengangkat isu mengenai kekerasan terhadap perempuan, yang sudah masuk taraf genting di Indonesia. Sebagai perempuan berdaya, menurut Kak Puty, upaya apa yang harus kita lakukan untuk mendukung para perempuan yang menjadi korban dalam kekerasan?

A: Disclaimer, aku tidak pernah punya pengalaman langsung tentang kekerasan sehingga aku tidak mau mengambil suara dari mereka yang lebih berhak bersuara tentang isu ini. Tapi, menurutku, sebagai seseorang yang sangat ber-privileged–dalam artian aku tidak pernah terpapar dengan pengalaman ini–sebagai sesama perempuan, kita harus saling mendengarkan dan menyadari bahwa ketika kita tidak terpapar dengan pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan yang dialami beberapa perempuan, artinya kita memiliki privileged yang tidak dimiliki oleh semua orang.

Aku juga menyadari hal ini ketika mendengarkan lebih banyak. Perlu kerendahan hati untuk mau mendengarkan dan berpihak pada korban. Hanya karena kita tidak mengalami, bukan berarti hal ini tidak terjadi pada perempuan lain. Perlu sadar, bahwa situasi setiap orang berbeda-beda. Ini langkah yang sangat, sangat basic, untuk berpihak terlebih dahulu pada perempuan yang menjadi korban. Dengarkan, lalu berempati pada mereka.

Sumber: Giphy

Q: Kak Puty, ilmu tentang menjadi ibu yang berdaya ini kan sangat berguna bagi perempuan, ya. Bagaimana kalau kita baru terpapar ilmu ini ketika kita sudah menjadi seorang ibu?

A: Memang sebaiknya ilmu tentang parenting dan menjadi ibu yang berdaya ini dipelajari sebelum menikah, sebelum menjadi ibu. Tapi kalau memang baru tahu ketika sudah menjadi ibu, ada hal-hal yang terlanjur sudah dilakukan dan tidak bisa diperbaiki, tidak apa-apa! Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Kita tetap bisa mengaplikasikan ilmu yang kita pelajari, tentang parenting misalnya, pada anak kita. Misalnya kita terjebak dalam lingkungan yang toksik, dengan mengetahui hal-hal seperti ini, kita harus berusaha memutus rantai ketoksikan tersebut. Sulit, memang. Tapi tentu saja jika berhasil dampaknya sangat baik bagi keluarga.


Q: Terakhir nih, Kak. Apa harapan atau pesan Kak Puty untuk perempuan Indonesia, khususnya para ibu, di Hari Ibu tahun ini?

A: Wah… apa, ya? Kalau pesan, mungkin aku ingin menyampaikan, bahwa di zaman sekarang kita punya banyak distraksi, sehingga permasalahannya adalah bagaimana kita memilah dan memilih informasi yang relevan untuk dijadikan masukan untuk diri sendiri. Jadi, pesanku, kalau ada informasi-informasi yang membuat kita merasa bersalah, terima bahwa kita akan selalu punya kekurangan dan ketidaksempurnaan, tapi hal ini selalu dapat kita jadikan peluang untuk tumbuh menjadi lebih baik. Banyak-banyak ngobrol dengan orang yang kita prioritaskan dalam hidup–anak, pasangan, orang tua, keluarga inti–kalau netizen, jangan didengarkan, biarkan saja!



Nah... Itu dia Grameds pesan dari Kak Puty Puar untuk teman-teman perempuan dan para ibu di Indonesia di Hari Ibu tahun ini.

Jadi penasaran nggak sih pengen baca buku Empowered ME?🤓 Kalian bisa langsung checkout bukunya di Gramedia.com, ya!

Ngomong-ngomong tentang membaca, Kak Puty Puar juga mendirikan sebuah book club bernama BBB (Buibu Baca Bareng) Book Club. Tidak hanya membaca buku mengenai parenting, BBB Book Club juga aktif mengadakan giat baca buku bareng dari berbagai genre dan tema. Menurut Kak Puty, tujuan Kak Puty mendirikan book club ini adalah untuk mengajak para ibu mencontohkan kegiatan suka membaca kepada anak-anak di rumah. Selain itu, membaca dan sharing bersama orang lain juga akan memperluas wawasan kita tentang banyak hal. Menarik bukan?

View this post on Instagram

A post shared by Buibu Baca Buku Book Club (@bbbbookclub)

Jangan mau kalah dari Kak Puty dan BBB Book Club, segera perbanyak bacaan kamu dan beli buku-bukunya hanya di Gramedia.com sekarang juga! Spesial Hari Ibu 2022, Gramedia.com memberikan penawaran spesial diskon 25% buku-buku parenting, resep masakan, kesehatan, dan anak. Promo #SahabatBunda ini hanya berlangsung sampai tanggal 24 Desember 2022, jadi jangan sampai kehabisan, ya!✨

Yuk, langsung cek promonya dengan mengeklik benner di bawah ini.⤵️🛒

Belanja Sekarang!