Pikiran, cerita, dan gagasan tentang buku dengan cara yang berbeda.

Mereka Buktikan Tak Pernah Ada Kata Terlambat Menjadi Penulis

Mereka Buktikan Tak Pernah Ada Kata Terlambat Menjadi Penulis

Ingin memiliki karya hebat seperti penulis-penulis yang sudah memiliki nama besar? Yuk mulai berlatih menulis dari sekarang. Karena tak ada kata terlambat untuk menyiapkan diri menjadi seorang penulis.

Nggak percaya? Gramedia.com punya lima bukti penulis yang baru berhasil merilis karya mereka di usia yang sudah tak lagi muda. Meski begitu, mereka bisa buktikan bahwa umur bukan halangan menjadi seorang penulis yang memiliki karya yang bagus.

Mau tahu siapa saja penulis tersebut? Berikut daftar lengkapnya, seperti yang dilansir dari telegraph.co.uk.

1. Antonia Honeywell

Antonia Honeywell mulai menulis sejak berusia delapan tahun. Namun tak pernah ada kesempatan untuk merilis tulisan-tulisannya. Di kemudian hari, kehidupannya pun semakin jauh menjadi penulis.

Selama 10 tahun pertamanya sebagai pekerja, Antonia memilih menjadi tenaga pengajar. Ia kemudian menikah dan memiliki empat anak. Namun di usia 40-an, dia mulai bertanya-tanya, apakah ini saat yang tepat untuk melahirkan karya sastra yang selama ini hanya tersimpan dalam angannya.

Pada 2015 lalu, di usianya yang sudah kepala empat, untuk pertama kalinya, Antonia merilis sebuah novel berjudul The Ship. Kisah seorang anak yang berada di tengah 500 orang lainnya yang bertahan hidup di sebuah kapal.

Sumber: antoniahoneywell.com

2. Zia Haider Rahman

Zia Haider Rahman debut sebagai penulis saat usianya sudah menginjak 43 tahun. Saat itu, pada 2014 lalu, pria yang lahir di Bangladesh ini merilis buku berjudul In the Light of What We Know.

Berisikan banyak hal, mulai dari krisis keuangan, migrasi, hingga peperangan, novel ini pun sukses mendulang pujian.

Di kalangan pecinta sastra, novel debut ini disebut-sebut sebagai salah satu yang bersinar, berhasil mendapat pujian dari kritikus terkemuka seperti Louise Adler dan Amitava Kumar.

Sumber: ziahaiderrahman.com

3. Lydia Netzer

Lydia Netzer merilis novel perdananya pada 2012 lalu, yang berjudul Shine Shine Shine.

Saat itu, dirinya sudah berkeluarga, dan memiliki dua anak. Kehidupannya sebagai ibu di dunia nyata justru membawa hal baik, karena mengisi nyawa pada kisah dalam novelnya.

Shine Shine Shine merupakan novel yang bercerita tentang sebuah rumah tangga yang tak biasa. Sunny, sang istri harus merawat anak pertamanya, yang berkebutuhan khusus, sembari menyiapkan diri untuk kelahiran anak keduanya.

Sementara itu, Maxon, suami Sunny, terpaksa hidup terpisah karena profesinya sebagai seorang astronot. Kisah luar biasa ini membuat Shine Shine Shine masuk dalam daftar 100 Notable Books of 2012 The New York Times.

Sumber: Amazon

4. Aminatta Forna

Aminatta Forna sudah berusia 40-an saat merilis buku perdananya pada 2006 lalu. Buku tersebut berjudul Ancestor Stones.

Meski dirilis saat usia Aminatta tak lagi muda, buku tersebut mendapat sambutan positif dari pembacanya. Bahkan buku ini mengantarkan Aminatta Forna memenangkan Hurston-Wright Legacy Award untuk kategori buku debut fiksi terbaik.

Sumber: Bloomsbury

5. Chang Rae Lee

Menjadi anak sastra saat kuliah, tak membuat Chang Rae Lee lantas sukses menjadi penulis sejak usia muda. Pria yang lahir pada 1965 ini baru merilis buku perdananya di usia 30 tahun.

Novel debutnya berjudul Native Speaker, yang bercerita tentang seorang mata-mata bernama Henry Park yang diminta menyusup dalam sistem kampanye salah satu calon wali kota.

Novel tersebut menerima komentar-komentar positif di dunia sastra. Namun karirnya saat itu pun terbilang harus merayap, hingga akhirnya karyanya diakui lewat novel On Such A Full Sea, yang dirilis pada 2014 lalu.

Sumber: Goodreads


Sumber header foto: Bookboodle


Enter your email below to join our newsletter