Menyusuri Cerita-Cerita Hangat dari Asia, Siap Menjelajahinya Lebih Jauh dari yang Kamu Kira?

🙋‍♀️💭 Grameds, pernah nggak sih kamu merasa ada cerita yang nggak heboh, tapi diam-diam nempel di kepala?

Literatur Asia sering datang dengan cara yang tenang, tapi rasanya nempel. Cerita yang ditampilkan nggak melulu penuh dengan drama besar, tapi justru hidup dari hal-hal kecil. Berkisar dari obrolan singkat, kesan yang seketika muncul tentang lingkungan atau makhluk hidup, serta tampilan umum kegiatan sehari-hari. 🍃🦋

Banyak cerita dari Asia menaruh fokus pada perasaan yang dibiarkan mengendap. Mengenai kehilangan yang tak selalu ditangisi, cinta yang tidak pernah benar-benar selesai, serta hidup yang dijalani apa adanya. Tokoh-tokohnya pun jarang hadir sebagai pemenang; mereka lebih sering tampil sebagai manusia yang belajar berdamai dengan keadaan. Terasa riil dan dekat.

Barangkali itulah mengapa literatur Asia terasa akrab bagi pembacanya. Ia lahir dari latar budaya dan sejarah yang penuh keterikatan, memori, dan relasi antar manusia. Tanpa perlu penjelasan panjang, ceritanya kerap langsung menyentuh, karena irisan pengalamannya terasa nyata.

Jika kamu ingin mulai menyusuri kekayaan cerita dari kawasan ini, ada banyak karya yang bisa dijadikan awal. Beberapa di antaranya hadir sebagai pintu masuk yang mengenalkan nuansa, suara, dan wajah literatur Asia dengan cara yang sederhana namun membekas. Yuk, simak lebih lanjut dalam artikel ini! 🚀💚


Baca juga: Yolk: Kisah Dua Saudari, Rahasia, dan Hidup yang Tak Selalu Berjalan Mulus


Mau Mengenal Literatur Asia? Bisa Mulai dengan Karya-Karya Ini!

Beberapa karya Asian Literature yang bisa menjadi gerbang untuk kamu menyelami yang lebih jauh lagi. Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Kitchen – Yoshimoto Banana

“Tempat yang paling kusukai di dunia ini adalah dapur.”

Temukan Di Sini!

Semua tokoh dalam kumpulan novel ini mengalami pergulatan batin setelah ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai; orang tua, kakek dan nenek, maupun kekasih. Mereka menghadapi keseharian, kemudian menyadari dalam kesepian mereka bahwa dunia ini penuh dengan keseimbangan unik di tengah kematian dan kehidupan.

Kitchen adalah karya debut Yoshimoto Banana yang telah memenangkan berbagai penghargaan literatur bergengsi. Melalui kalimat-kalimat yang disajikan dengan indah, Yoshimoto Banana akan mengajakmu menghadapi pergulatan emosional ketika berhadapan dengan kehilangan, kepedihan, dan perasaan sepi karena khawatir dianggap rapuh.


2. Di Semesta ini Kita Pernah Gemilang (On Earth We're Briefly Gorgeous) – Ocean Vuong

Temukan Di Sini!

Sekuntum bunga baru terlihat menjelang akhir hidupnya, mekar sekejap dan bergegas menuju kematian. Didasarkan pada pengalaman Ocean Vuong sebagai putra seorang ibu tunggal dan pengungsi Perang Vietnam, Di Semesta ini Kita Pernah Gemilang (On Earth We're Briefly Gorgeous) adalah surat panjang seorang anak kepada ibunya yang tak bisa membaca dan sudah meninggal dunia.

Karya sastra ini merupakan kilas balik masa kecil kehidupannya sebagai imigran Vietnam bersama ibu dan neneknya. Buku ini memuat cerita dan kenangannya tentang kabur dari perang yang mencabik-cabik kehidupan suatu bangsa, dan pergulatannya untuk menemukan jati diri di negeri yang telah menampung mereka.


3. Violets – Shin Kyung-sook

Terlahir sebagai anak yang tak diinginkan, Oh San-yi sudah merasakan penolakan dan kehilangan sejak kecil, yang walaupun tak kasatmata tetap meninggalkan jejak yang mengikutinya sampai ia tumbuh dewasa.

Kini Oh San-yi yang berusia 23 tahun bekerja di toko bunga dan menjalani kehidupan sepi di tengah hiruk-pikuk pusat kota Seoul.

Temukan Di Sini!

Ini adalah sebuah kisah melankolis yang perlahan membakar seorang wanita yang sangat kecewa pada usia dini sehingga bahkan beberapa dekade kemudian dia merasa sulit untuk membuka diri dan hidup bahagia.

Dalam Violets, penulis buku laris Shin Kyung-sook  mengeksplorasi kebencian terhadap wanita, penghapusan, dan keinginan yang ditekan, ketika San mati-matian mencari otonomi dan keterikatan dalam realitas masyarakat Korea kontemporer yang tak kenal ampun.


4. Dengarlah Nyanyian Angin – Haruki Murakami

Temukan Di Sini!

Dengarlah Nyanyian Angin bercerita tentang anak-anak muda dalam arus perbenturan nilai-nilai tradisional dan modern di Jepang tahun 1960-1970-an. Dengan ringan, Haruki Murakami berhasil menggambarkan sosok kaum muda Jepang yang anti kemapanan dan tak memiliki bayangan ideal tentang masa depan. Novel pertama Murakami ini memenangi Gunzo Literary Award tahun 1979.

Novel ini memang mengisahkan tokoh “aku” yang berusia kurang lebih 21 tahun. Novel tersebut menceritakan tokoh aku yang pada saat itu sedang menjalani liburan musim panjang di Jepang. Intinya, tokoh aku yang ada di dalam novel ini menceritakan kisahnya sendiri dan pastinya dengan gaya bercerita yang cenderung ke arah autobiografi.

Cerita yang tokoh aku ceritakan tidak terlalu dangkal ataupun suram dan tidak juga menarik. Adapun hal yang sangat menonjol dari ceritanya yaitu tentang mantan-mantan kekasihnya. Namun, kisah yang paling terakhir begitu menarik dan membuat para pembacanya tidak habis pikir.


5. We Do Not Part – Han Kang

Temukan Di Sini!

Suatu pagi di musim dingin, Kyeongha menerima pesan mendesak dari sahabatnya, Inseon, yang terbaring di rumah sakit. Ia diminta kembali ke Pulau Jeju untuk menyelamatkan seekor burung peliharaan, perjalanan yang segera berubah menjadi ujian fisik dan batin di tengah badai salju.

Mengaburkan batas antara mimpi dan kenyataan, We Do Not Part menyingkap lapisan sejarah Korea yang lama terpendam. Novel ini menghadirkan suara-suara yang hilang, sekaligus menjadi kisah tentang cinta, ingatan, dan kehidupan yang tetap layak dirayakan, betapapun rapuhnya.


6. Layla Majnun – Nizami Ganjavi

Temukan Di Sini!

Bila Layla adalah taman melati di musim semi, maka Majnun adalah padang rumput di musim gugur. Bila dari balik rambutnya Layla dapat memikat seluruh dunia hanya dengan sekali kerlingan saja, maka Majnun akan menjadi pengembara yang menari di dalam kegilaan. Layla memegang secawan anggur, dan Majnun akan mabuk oleh aromanya, bahkan sebelum ia mencecap isinya.

Layla dan Majnun adalah kisah cinta abadi yang melampaui batas duniawi. Dengan bahasa puitis yang kaya metafora, Nizami Ganjavi mengisahkan dua insan yang ditakdirkan saling mencinta, namun terus dipisahkan oleh norma, takdir, dan kehidupan.

Ketika Majnun kehilangan kemanusiaannya demi cinta, dan Layla harus tunduk pada pernikahan yang tak ia kehendaki, kisah ini menjelma menjadi refleksi tentang pengabdian dan kesetiaan. Hingga akhirnya, cinta mereka diabadikan dalam keabadian.


7. Cries in the Drizzle (Tangis di Rinai Gerimis) – Yu Hua

Temukan Di Sini!

Dikisahkan dari sudut pandang Sun Guanglin, novel ini menelusuri perjalanan hidup seorang anak yang tumbuh sebagai kambing hitam dalam keluarga miskin di sebuah desa bernama Gerbang Selatan. Ia mengisahkan masa kecil hingga remaja yang diwarnai kesepian dan keterasingan.

Dengan pengamatan yang tajam, Yu Hua merangkum dinamika keluarga dan masyarakat Tiongkok dalam lanskap sosial pada masa kepemimpinan Mao Zedong. Cries in The Drizzle (Tangis di Rinai Gerimis) hadir sebagai potret getir tentang tumbuh dewasa di tengah perubahan dan tekanan zaman.


Pada akhirnya…

Karya-karya sastra dari Asia mungkin tidak selalu datang dengan sorotan besar. Namun, seiring waktu, cerita-cerita ini menemukan jalannya sendiri—dibaca lintas bahasa, lintas budaya, dan lintas generasi. Dari Jepang, Korea, Tiongkok, hingga Timur Tengah, suara-suara yang lahir dari kawasan ini terus bergema dan mendapat tempat di hati pembaca dunia. 💘🌏

Ada sesuatu yang terasa dekat ketika membacanya. Barangkali karena kisah-kisah ini tumbuh dari pengalaman yang akrab: relasi keluarga, luka yang diwariskan, cinta yang tertahan, serta upaya bertahan di tengah perubahan zaman. Membacanya seperti menyusuri album kenangan, yang terasa jujur dan sering kali menghangatkan.

Dan di sanalah literatur Asia bekerja dengan caranya sendiri. Tidak dengan penawaran akan jawaban yang cepat, melainkan sebuah ajakan yang kental akan sisi ketimurannya. Dengan berhenti sejenak, mendengarkan, dan memahami. 😊🍃


Baca juga: Madonna in a Fur Coat: Ketika Cinta Mengajarkan Sunyi yang Membekas… dan Tak Pernah Benar-Benar Pergi


Asian Lit Special Offer!

Nah, kalau belakangan ini kamu lagi kepikiran buat memberi ruang lebih bagi cerita-cerita dari Asia, mungkin ini saat yang tepat untuk melangkah lebih dekat!

Karena sepanjang tanggal 1–31 Desember 2025 ini, Gramedia menghadirkan penawaran khusus untuk buku-buku Asian Literature terbitan Gramedia Pustaka Utama!

Yuk, segera cek koleksinya. Siapa tau judul buku yang udah lama mengendap di wishlist kamu juga tersedia di dalamnya!

Dapatkan Promonya Di Sini!


Baca juga: Menyelami Cerita yang Tak Terucap: Ada Apa di Musim yang Tak Sempat Kita Miliki?


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

Temukan Semua Promo Spesial di Sini!