Mengenal Inner Child: Luka Lama, Suara Pelan yang Masih Kita Bawa Hingga Hari Ini

Mengenal Inner Child: Luka Lama, Suara Pelan yang Masih Kita Bawa Hingga Hari Ini

Setiap orang punya bagian dalam diri yang kadang muncul tiba-tiba—rasa takut yang tak jelas asalnya, kecenderungan menyenangkan orang lain demi menghindari konflik, atau perasaan sedih yang sulit dijelaskan.

Kamu pernah nggak sih, tiba-tiba overthinking cuma gara-gara hal kecil? Atau merasa sedih tanpa tahu detail alasannya tuh sebenarnya kenapa? Tenang, Grameds, kamu nggak sendirian kok. 🤗

Karena ternyata, banyak dari emosi yang kita rasakan di hari ini itu berkaitan dengan satu sosok penting yang ikut tumbuh bersama kita. Sosok itu ialah inner child. 🐥

Jadi, inner child ini tuh kayak teman lama yang jarang kita ajak ngobrol gitu, Grameds. Akan tetapi, dia sering kali muncul dalam momen tertentu, secara seketika. Kadang dia bikin kita kreatif; kadang dia bikin kita cemas.

Makanya, mengenal dan memahami inner child bisa jadi langkah seru buat mengenal diri lebih dalam. Yuk, kita bahas bareng-bareng di sini!


Inner Child, Itu Apa?

Inner child itu digambarkan sebagai sisi diri yang menyimpan semua pengalaman masa kecil. Mulai dari yang lucu, yang bikin bangga, sampai yang menyesakkan. Bagian ini menyimpan cara kita dulu memandang dunia, cara kita belajar menghadapi masalah, dan cara kita merespon rasa sayang atau penolakan yang kita terima.

Kalau masa kecilmu penuh dengan kehangatan, inner child bisa muncul sebagai energi positif. Bentuknya melalui spontanitas, penuh imajinasi, gampang bahagia. Akan Tetapi, kalau dulu kamu sering merasa takut, diabaikan, atau seperti dipaksa dewasa terlalu cepat, inner child justru bisa membawa luka yang terbawa sampai sekarang.

Nah, itulah kenapa, kadang kita memunculkan reaksi berlebihan terhadap sesuatu yang sebetulnya kecil. Itu bisa muncul bukan karena semata kita lemah atau temperamental, tapi karena ada versi kecil diri kita yang dulu belum sempat didengar.


Baca juga: Mengelola Ekspektasi untuk Hidup Lebih Seimbang melalui The Let Them Theory


Kenapa Inner Child Bisa Terluka?

Seperti yang sempat disinggung sedikit sebelumnya, inner child bisa terluka karena pengalaman masa kecil yang terasa berat untuk dipahami oleh seorang anak. Luka ini bisa muncul dari hal besar atau juga dari pengalaman kecil yang terjadi berulang. Yup, adanya repetisi bikin kita jadi semakin mahir dalam menghafal.

Beberapa hal yang sering jadi sumber lukanya antara lain:

  • Tumbuh di lingkungan penuh tekanan atau konflik.
  • Jarang diberi ruang untuk berpendapat atau mengekspresikan perasaan.
  • Sering dibandingkan, dimarahi, atau dianggap “nggak boleh salah”.
  • Mengalami kehilangan, perasaan diabaikan, atau mendapat perlakuan kasar.
  • Menerima komentar negatif yang terus teringat sampai dewasa.

Soalnya kan, anak kecil itu belum punya kemampuan untuk mengolah emosinya sendiri, jadi pengalaman seperti itu tersimpan dalam bentuk keyakinan buat selalu perfect buat bisa disayang, khawatir akan menimbulkan masalah, atau malah merasa nggak cukup baik untuk melakukan sesuatu.

Tentu, perasaan serupa itu kalau terus terpendam, bisa saja menimbulkan hal yang membuat kamu stuck dan cenderung negatif. Maka dari itu, mesti banget buat diurai biar semuanya terasa netral lagi.


Terus, Gimana Caranya Berdamai dengan Luka Inner Child?

Menyembuhkan inner child berarti mengizinkan diri dewasa kita untuk hadir, mendengarkan, dan merangkul bagian diri yang dulu pernah kesepian atau ketakutan.

Memang, prosesnya tuh nggak bisa didapat secara instan. Akan tetapi bisa lebih mudah diraih bila secepatnya kamu benahi. Nah, langkahnya itu bisa dimulai dari hal-hal kecil berikut:

1. Kenali dan Ajak Ngobrol Diri Kecilmu

Penyembuhan dimulai dari keberanian untuk melihat ke dalam diri. Coba deh kamu ingat-ingat perasaan yang sering bikin kamu jadi sensitif. Mungkin itu terkait dengan ketakutan akan ditinggalkan, mudah cemas, atau cenderung nggak enakan dan gampang merasa bersalah sama orang.

Dengan menuliskan cerita masa kecil, merenungkan momen yang membekas, atau menyadari pola reaksi dapat membantu mengurai akar luka tersebut.

2. Memberi Ruang dan Validasi

Kalau dulu kamu nggak punya ruang buat marah atau sedih; sekarang kamu berhak kok buat begitu. Coba deh bilang ke diri kecilmu: “Gapapa, wajar kok kamu ngerasa gitu.”

Terkadang, kalimat sesederhana itu aja bisa terasa seperti sebuah pelukan hangat. Dan… itu yang sering kali dibutuhkan oleh sisi inner child kamu.

3. Self-Care dengan Cara yang Kamu Suka

Self-care bisa sesederhana melakukan hobi atau aktivitas yang dulu kamu suka. Misalnya kayak menggambar, makan es krim, baca komik; atau main musik. Intinya, ya, kasih ruang buat diri kamu merasa aman dan senang.

4. Mencari Pendampingan Profesional

Kalau luka yang kamu bawa cukup berat, psikolog bisa membantu mengurai dan memandu proses penyembuhannya. Sebagai manusia, tentu kita butuh orang lain untuk memberi perspektif baru dan teknik pengelolaan emosi yang lebih sehat.

Di sini, profesional bisa membantu menavigasi trauma, memetakan pola emosional, dan memberikan strategi yang aman untuk memproses pengalaman masa kecil.

5. Bersabar dengan Prosesnya

Proses penyembuhan itu nggak selalu terlihat besar. Bisa dimulai dari berani buat bilang “nggak”, berani istirahat pas lagi capek banget, atau berani ngomong perasaan yang riil kamu rasakan.

Seperti yang sudah disebut. Perjalanannya memang nggak instan, jadi semua itu layak dirayakan. Karena setiap langkah kecil adalah bentuk keberanian.


kumpulanBaca Artikel Lainnya di Sini!


Psychologist for Inner-Child

“Luka masa kecil itu tidak seharusnya diabaikan, justru ia harus diterima dan diajak bicara.”
“Penyembuhannya bisa lama, dan itu tidak apa-apa. Karena memang tidak ada yang namanya batas waktu dalam penyembuhan luka dan trauma.”

psychologistTemukan Di Sini!

Buku Psychologist for Inner-Child hadir sebagai pendamping lembut bagi siapa pun yang ingin memahami suara kecil dalam diri, memahami bahwa proses penyembuhan tidak memiliki tenggat waktu, dan bahwa menerima rasa sakit adalah langkah pertama menuju pemulihan.

Melalui rangkaian pertanyaan reflektif, lembar kerja journaling, dan penjelasan psikologis yang mudah dipahami, Anette Isabella Ginting mengajak pembacanya menelusuri akar luka inner child dan merawatnya dengan cara yang sehat.

Setiap halaman dirancang untuk membantu kita melihat diri dengan lebih jujur, mengurai trauma lama, dan membangun kembali hubungan dengan bagian diri yang sering terabaikan.

Psychologist for Inner-Child ini nggak cuma hadir sebagai bacaan semata. Lebih jauh, buku ini juga bisa jadi ruang aman untuk mulai berdamai dengan masa lalu dan menumbuhkan diri yang lebih utuh di masa depan.


Gali Bukunya Lebih Dalam Selama Masa Pre-Order!

Buat kamu yang tertarik untuk merawat sisi kecil yang ada dari dalam dirimu itu, kamu bisa banget buat dapetin buku Psychologist for Inner-Child di Gramedia sekarang juga!

Dengan harga Rp88.000, kamu berkesempatan menyerap pelajaran berharga dari bukunya dan mendapatkan bonus berupa bookmark spesial, pin, dan sticker khusus! Menarik banget kan?

Oya, promo ini hanya berlangsung selama tanggal 29 November - 5 Desember 2025 aja, Grameds. So, tunggu apa lagi? Jangan sampai kelewatan ya!

lookDapatkan Promonya Di Sini!


Rekomendasi Buku!

Merawat inner child itu layaknya sebuah perjalanan panjang yang mesti dilalui secara perlahan. Nah, untuk menemani proses itu kamu juga bisa memadukannya dengan kumpulan buku di bawah ini!

1. Pulih dari Trauma – dr. Jiemi Ardian

psychologistTemukan Di Sini!

Trauma sering dipahami sebagai pengalaman kelam yang tidak mungkin diubah, tetapi dr. Jiemi Ardian mengajak pembacanya melihat trauma dari sudut yang lebih manusiawi dan ilmiah.

Dalam buku ini, trauma digambarkan sebagai memori yang membentuk cara kita memandang dunia dan merespons kehidupan sehari-hari. Selama memori itu masih membelenggu, bagian diri kita akan tetap terjebak dalam momen menyakitkan di masa lalu, meski waktu telah berjalan jauh ke depan.

Melalui pendekatan Trauma Processing Therapy (TPT), buku ini menunjukkan bahwa ada cara sistematis dan terukur untuk membantu diri keluar dari belenggu tersebut. Sebagai pembaca, kamu akan diajak memproses ulang memori lama, memberi ruang bagi emosi yang terpendam, serta memahami langkah-langkah pemulihan yang dapat dilakukan secara mandiri. Dilengkapi latihan-latihan singkat, buku ini menjadi pendamping lembut untuk siapa pun yang ingin memulai perjalanan pulih dan merebut kembali kendali atas hidupnya.


2. Missing Out on Life: Seni Menemukan Kembali Diri – Dr. Muhammad Ibrahim

"Aku tidak lagi seperti dulu.”
“Hal-hal kulewati begitu saja tanpa peduli. Aku kehilangan kenyamanan dan kehangatan yang memadamkan api kesunyian dalam diriku.”

psychologistTemukan Di Sini!

Banyak orang tiba-tiba merasa kehilangan rasa hidup. Hal itu ditandai dengan gairah yang meredup, semangat yang memudar, atau perasaan kosong yang sulit dijelaskan. Dalam bukunya, Dr. Muhammad Ibrahim menyebut kondisi ini sebagai missing out on life, sebuah fenomena ketika seseorang merasa tidak lagi terhubung dengan dirinya sendiri.

Melalui kisah-kisah reflektif dari pengalamannya menangani pasien, penulis menggambarkan bagaimana tekanan hidup, ekspektasi orang sekitar, atau bahkan perlakuan kita terhadap diri sendiri dapat menjauhkan kita dari rasa hangat yang dulu pernah kita miliki.

Buku ini mencoba menjelaskan perubahan yang kamu rasakan. Mulai dari kemungkinan depresi klinis atau perubahan di tengah berbagai masalah yang datang silih berganti, tanggung jawab yang bertambah, atau ekspektasi dari lingkungan sekitar yang membebani, hingga sebab paling umum zaman sekarang: kamu salah memperlakukan diri sendiri yang bikin kamu membenci diri sendiri.


3. Psychologist for Everyone – Anette Isabella Ginting

psychologistTemukan Di Sini!

Setiap manusia memiliki perasaan-perasaan kompleks yang terkadang sulit untuk diungkapkan. Kamu pun pasti begitu. Padahal, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan perasaan-perasaan itu, seperti melakukan art therapy dan journaling. Buku ini menggabungkan kedua cara tersebut agar bisa menjadi wadah bagi segala emosimu yang terpendam.

Bersama buku ini, kamu bisa melakukan self therapy yang mudah dan sederhana untuk menjaga kesehatan mentalmu. Karena ada satu hal yang harus kamu pahami:

“Kamu berhak sembuh.”

4. Trauma – Josephine Widya Wijaya

psychologistTemukan Di Sini!

Josephine Widya Wijaya membuka pembahasan tentang trauma dengan pemahaman yang jelas dan menyeluruh. Trauma dijelaskan sebagai pengalaman intens yang meninggalkan jejak mendalam pada tubuh, pikiran, dan perilaku seseorang. Baik berasal dari kekerasan, kecelakaan, kehilangan, maupun pengalaman menyakitkan lain, trauma dapat mengubah cara seseorang menjalani hidup; terkadang dengan cara yang tidak mereka sadari. Penjelasan ini membantu pembaca memahami mengapa sebagian reaksi emosional muncul tanpa bisa dikendalikan.

Buku ini kemudian mengajak pembaca untuk melihat ruang pemulihan yang mungkin dilakukan. Meski masa lalu tidak bisa diulang, kita yang hidup hari ini memiliki kesempatan untuk menata kembali diri dan mencari bantuan profesional bila diperlukan.


5. How To Heal Your Inner Child – Simon Chapple

psychologistTemukan Di Sini!

How to Heal Your Inner Child merupakan pendekatan bertahap dan aman untuk menghadapi masa lalu, dengan ruang untuk strategi reflektif dan suportif yang akan membantu kita menumbuhkan rasa belas kasih dan melepaskan diri dari perilaku destruktif yang telah merusak hidup kita.

Didukung secara klinis dan diverifikasi oleh seorang psikoterapis, eksplorasi yang sangat pribadi dan jujur ini dirancang untuk mengungkap pencerahan kita, dan mendukung kita dalam perjalanan menuju diri yang lebih bahagia, tidak terbeban masalah, dan lebih autentik.


Pada akhirnya,

Inner child selalu tinggal di dalam diri kita. Ia menjadi bagian kecil yang kadang membawa tawa, kadang juga membawa pulang rasa yang belum sempat kita benahi. Ia muncul tanpa diminta, mengajak kita mengingat sesuatu yang pernah menghangatkan, atau justru menyentil luka yang selama ini kita simpan rapi. 🎒🐾

Kabar baiknya, kita selalu punya ruang untuk tumbuh bersama sisi kecil itu. Kita bisa belajar mengenal ulang apa yang ia butuhkan, membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri, dan memberikan kasih sayang yang dulu mungkin tidak sempat kita terima.

Pelan-pelan saja. Setiap kali kamu berhenti sejenak untuk mendengarkan suara halus di dalam diri, kamu sedang menciptakan tempat yang aman—buat dirimu yang hari ini dan buat masa depan yang sedang kamu rajut perlahan. Kamu tidak perlu terburu-buru; cukup hadir, dan biarkan prosesnya menuntunmu. 💞🚶‍♀️


Baca juga: Retak, Luruh, Kembali Utuh: Di Balik Puisi Prilly dan Proses Menata Hati yang Pernah Rapuh


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Enter your email below to join our newsletter