Pikiran, cerita, dan gagasan tentang buku dengan cara yang berbeda.

Mendengar Kisah Mereka yang tak Bisa Bersuara

Mendengar Kisah Mereka yang tak Bisa Bersuara

Bagaimana seandainya kita bisa melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasatmata? Apa yang akan kita lakukan seandainya bisa mengobrol secara langsung dengan mereka? Kira-kira, pertanyaan apa yang akan kita ajukan?

Rasa ingin tahu kita sedikitnya bisa terjawab melalui Wingit, sebuah buku kumpulan cerita karya Sara Wijayanto yang diterbitkan Elex Media Komputindo. Bagi sebagian orang, mungkin sudah tidak asing lagi dengan namanya.

Sara Wijayanto merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang memiliki kemampuan melihat makhluk dari dunia lain, seperti yang sering ditampilkan dalam saluran Youtube-nya. Melalui buku debut solonya tersebut, Sara Wijayanto membagi kisah mereka yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang manusia. Dia ibarat penyambung pesan dari mereka yang tidak bisa bersuara.

Adalah Ningsih yang memulai kisah dalam buku Wingit. Perempuan berasal dari sebuah desa di Bogor yang membagi kisahnya ketika bertemu dengan seorang lelaki. Dia menceritakan bagaimana kisah pilunya dimulai, kemudian diakhiri dengan sebuah kejadian tragis. Pada Ningsih, penulis mulai mengenali karakter sosok hantu yang ditemuinya, yang belakangan diketahui bahwa apa yang dituturkan oleh Ningsih tak bisa dipecaya sepenuhnya. Ternyata sosok hantu yang ditemuinya memberi kesaksian yang patut dipertanyakan kebenarannya.


Baca juga: Dibalik Seramnya Cerita Horor, Ada Manfaat bagi Kita yang Membacanya


Berikutnya, kita akan dikenalkan pada sosok Marni. Seorang penari ronggeng era 1900-an yang membuat penulis membutuhkan waktu selama tiga tahun hanya untuk memberanikan diri mencoba berkomunikasi dengannya. Marni pada akhirnya menceritakan perjalanan hidupnya ketika memulai kariernya sebagai seorang penari di masa penjajahan. Di balik kesuksesan yang diraih oleh Marni, terdapat kisah yang membuat kita bisa belajar untuk selalu berhati-hati, bahkan kepada orang terdekat sekalipun.

Kisah Rahma yang menjadi akhir dari buku ini terasa begitu menyakitkan. Kita bisa melihat perjuangan seorang ibu tunggal yang membanting tulang untuk menghidupi dirinya dan kedua putri kembarnya. Pengkhianatan dari sosok suami yang sudah sangat dipercayainya membuat Rahma depresi sehingga kemudian dia melibatkan putri kembar yang sangat disayanginya dalam keputusan akhir hidupnya. Kisahnya tidak berakhir bahagia, tetapi kita bisa melihat sesuatu yang coba Rahma bagikan dalam kisahnya kepada kita yang masih hidup.

Adapun Mary, Pocong Tanpa Nama, Gadis, dan Siti, juga menceritakan kisah mereka masing-masing. Bagaimana mereka bisa berakhir seperti itu, menjadi sosok yang menghampiri penulis seakan mereka tidak berada di tempat semestinya. Seakan sedang mencoba mencari pertolongan. Alih-alih membuat bulu kuduk merinding karena seram seperti tipikal cerita bergenre horor dan misteri, kisah mereka yang memilukan justru membuat tenggorokan tersekat dan mata berkaca-kaca.

Kendati sosok hantu tak terlihat yang terkesan menyeramkan yang diangkat Sara Wijayanto dalam bukunya ini, tetapi penulis seperti memiliki tujuan lain atas setiap kisah yang diangkat. Seandainya kita menarik benang merah dari cerita-cerita dalam Wingit, sepertinya Sara Wijayanto sedang ingin menyampaikan pesan khusus, terlebih kepada para perempuan.


Baca juga: Alasan Kenapa Orang Suka Cerita Horor


Penasaran dengan kisah-kisah mereka yang lebih dari sekadar cerita horor? Beli dan baca sekarang di bawah ini!

bukuBeli Sekarang!

Spesial buat kamu #SahabatTanpaBatas-nya Admin, ada bonus voucher diskon 20% untuk segera beli bukunya. Ambil vouchernya sekarang yuk, biar dompet tetap aman!

voucherKlik untuk Dapatkan Vouchernya!


Oleh: Dion Sagirang - Editor Novel Elex Media Komputindo

Sumber foto header: instagram.com/sarawijayanto


Enter your email below to join our newsletter