Madilog dan Ajakan Tan Malaka untuk Membaca Dunia dengan Nalar

Madilog dan Ajakan Tan Malaka untuk Membaca Dunia dengan Nalar

Pada tahun 1943, di tengah situasi perang dan penjajahan, Tan Malaka menuliskan sebuah buku yang kelak menempati posisi penting dalam sejarah pemikiran Indonesia. Buku itu berjudul Madilog: Materialisme, Dialektika, dan Logika.

Sejak pertama kali terbit, Madilog terus berpindah tangan, dibaca, dan diperdebatkan lintas generasi, menjadikannya salah satu karya filsafat yang paling berpengaruh dalam perjalanan intelektual Indonesia modern.

Proses kelahirannya jauh dari kata ideal. Saat itu, Tan Malaka hidup dalam persembunyian di Batavia, menggunakan nama samaran Iljas Hussein demi menghindari pengawasan penguasa pendudukan Jepang.

Di kawasan Rajawati, Kalibata—tempat ia menetap sepanjang pertengahan 1942 hingga 1943—ia menulis sambil mengamati kehidupan masyarakat kota dan kampung yang telah lama ia tinggalkan.

Dari ruang yang terbatas dan situasi yang serba waspada pada saat itu, lahirlah gagasan-gagasan yang kelak membuka jalan bagi cara berpikir yang lebih rasional dan merdeka. Yuk, kita ulas lebih dalam lewat artikel ini! 🏹


Tan Malaka, Sang Pemikir Radikal dalam Sejarah Indonesia

Tan Malaka lahir pada tahun 1894 dan wafat pada 21 Februari 1949. Ia dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional, pemikir kiri, sekaligus intelektual revolusioner yang kerap berada di luar arus utama kekuasaan politik. Pandangannya yang kritis membuatnya sering berseberangan, baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda maupun dengan pemerintahan Republik Indonesia pasca-kemerdekaan.

Sepanjang hidupnya, Tan Malaka lebih banyak menjalani pengasingan dan hidup di bawah ancaman penangkapan. Meski demikian, perannya sebagai pemikir yang menjembatani gagasan-gagasan Marxis internasional dengan perjuangan anti-kolonial di Asia Tenggara menjadikannya sosok penting dalam sejarah intelektual Indonesia.

Atas kontribusinya terhadap perjuangan dan pemikiran kebangsaan, Tan Malaka secara resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1963. Hingga kini, pemikirannya terus dibaca, diperdebatkan, dan ditafsirkan ulang oleh berbagai kalangan.


Sekilas tentang Buku Madilog

“Apabila kaum muda yang telah menempuh pendidikan merasa dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk berbaur dengan masyarakat yang bekerja menggunakan cangkul dan memiliki cita-cita sederhana, maka sebaiknya pendidikan itu tidak perlu diberikan.”

reviewDapatkan Di Sini!

Melalui Madilog, Tan Malaka mengajak bangsa Indonesia untuk mempelajari filsafat sebagai alat pembebasan berpikir. Namun, filsafat yang ia tawarkan bukanlah filsafat spekulatif yang terpisah dari kenyataan, melainkan cara berpikir yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan, logika, dan pengalaman empiris.

Ia berpendapat, bahwa salah satu penyebab keterbelakangan bangsa adalah cara berpikir irasional yang bercampur dengan mistisisme. Sebagai alternatif, Tan Malaka menawarkan pendekatan ilmiah sebagai sarana membangun kesadaran kritis dan menghadapi berbagai bentuk penindasan, baik kolonialisme, feodalisme, maupun dominasi ekonomi.  


Baca juga: Jakarta Selintas Aram, Sekuel Jakarta Sebelum Pagi yang Segera Rilis!


Memahami Materialisme, Dialektika, dan Logika dalam Madilog

Dalam Madilog, materialisme mengajak kita memulai cara berpikir dari hal-hal yang nyata dan bisa diamati. Tan Malaka menekankan bahwa cara hidup, kondisi ekonomi, pola kerja, dan hubungan sosial punya pengaruh besar terhadap cara manusia memandang dunia. Artinya, sebelum menilai suatu persoalan, kita perlu melihat situasi konkret yang melatarbelakanginya, bukan langsung menyimpulkan berdasarkan keyakinan, tradisi, atau anggapan yang tak pernah diuji.

Sementara itu, dialektika membantu memahami bahwa kehidupan tidak pernah diam. Dunia terus bergerak melalui proses tarik-menarik antara berbagai kepentingan, gagasan, dan kekuatan sosial. Dalam kerangka ini, perubahan tidak dipandang sebagai sesuatu yang tiba-tiba atau kebetulan, melainkan hasil dari rangkaian proses dan pertentangan yang berlangsung dari waktu ke waktu. Dengan berpikir dialektis, kita diajak melihat masalah secara utuh, memahami asal-usulnya, serta membuka kemungkinan bahwa keadaan selalu bisa berubah.

Adapun logika berperan sebagai penuntun agar proses berpikir tetap tertib dan bertanggung jawab. Logika membantu kita menyusun argumen secara runtut, membedakan sebab dan akibat, serta menghindari kesimpulan yang lahir dari prasangka atau emosi semata. Ketika materialisme memberi pijakan pada kenyataan dan dialektika membantu membaca gerak perubahan, logika memastikan semuanya diproses dengan nalar yang jernih.

Melalui perpaduan ketiganya, Tan Malaka merumuskan sebuah tradisi berpikir yang rasional, kritis, dan terbuka terhadap pembaruan.


Kenapa Madilog Masih Layak Dibaca Sampai Sekarang?

Meski ditulis puluhan tahun lalu, Madilog masih punya tempat penting di tengah kehidupan hari ini. Berikut beberapa alasan kenapa Madilog patut masuk daftar bacaanmu:

1. Melatih cara berpikir yang lebih jernih

Tan Malaka mengajak pembacanya berani mempertanyakan kebiasaan berpikir yang selama ini diterima begitu saja. Alih-alih bersandar pada anggapan atau keyakinan tanpa dasar, buku ini mendorong penggunaan logika dan penalaran yang bertumpu pada fakta dan pengalaman nyata.

2. Isinya tidak terbatas pada filsafat

Pembahasan tentang logika, matematika, dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan membuat Madilog terasa dekat dengan pembaca dari berbagai latar belakang, termasuk ilmu alam, teknik, maupun sosial.

Cara berpikir yang ditawarkan bisa diterapkan di banyak konteks, bukan hanya di ruang diskusi filsafat.

3. Pengaruh besar dalam sejarah pemikiran Indonesia

Gagasan-gagasan Tan Malaka telah lama dibaca dan diperdebatkan oleh berbagai tokoh pergerakan dan intelektual.

Dalam banyak pembahasan sejarah, ia kerap dipandang sebagai salah satu pemikir yang ikut membentuk dasar cara berpikir kebangsaan Indonesia.

4. Buku ini mendorong kebebasan berpikir

Madilog mengingatkan bahwa tidak ada sistem pemikiran yang kebal kritik. Semua gagasan perlu diuji, dipertanyakan, dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Sikap inilah yang membuat pembacanya lebih mandiri dalam menilai berbagai persoalan.

5. Bantu membaca realitas sosial dengan lebih tajam

Melalui kerangka materialisme, dialektika, dan logika, buku ini mengajak pembaca melihat hubungan antara kondisi ekonomi, struktur kekuasaan, dan perubahan masyarakat.

Dengan begitu, persoalan sehari-hari bisa dipahami secara lebih utuh dan berimbang, bukan sekadar dari permukaannya saja.


Lengkapi Pondasi Berpikirmu dengan Bacaan Berikut Ini!

Berikut ini bacaan yang bisa menjadi teman membaca buat kamu yang ingin memperluas wawasan, menimbang persoalan hidup dengan lebih tenang, serta merawat kebiasaan berpikir yang kritis dan berimbang!

1. Makanya, Mikir! – Abigail Limuria & Cania Citta

reviewDapatkan Di Sini!

Buku ini berangkat dari pengalaman sehari-hari tentang kerumitan hidup yang sering muncul akibat cara berpikir yang kusut. Abigail Limuria dan Cania Citta mengajak pembaca menyadari bahwa banyak persoalan dapat didekati dengan lebih ringan ketika pola pikir ditata dengan jelas dan terstruktur.

Melalui kumpulan kerangka berpikir dan studi kasus yang dekat dengan kehidupan, buku ini membahas cara menentukan tujuan, menyusun argumen, mengatur prioritas, hingga mengambil keputusan dalam karier dan relasi. Cocok dibaca saat berada di persimpangan, menghadapi fase hidup yang bergejolak, atau ketika ingin menambah referensi berpikir yang aplikatif.


2. Pemikiran Karl Marx – Franz Magnis-Suseno

reviewDapatkan Di Sini!

Dalam buku ini, Franz Magnis-Suseno menguraikan pemikiran Karl Marx secara objektif dan kritis. Pembahasan dimulai dari gagasan sosialisme sebelum Marx, lalu berlanjut pada perkembangan pemikiran Marx muda hingga lahirnya teori tentang perubahan masyarakat dan kritik terhadap kapitalisme.

Buku ini juga menelusuri bagaimana ajaran Marx berkembang menjadi Marxisme sebagai ideologi perjuangan kaum buruh, lengkap dengan berbagai aliran penting di dalamnya. Disajikan dengan bahasa yang jernih dan argumentatif, buku ini membantu pembaca memahami Marx secara utuh serta membentuk penilaian kritis tanpa terjebak dalam penghakiman atau pemujaan berlebihan.


3. Dunia Sophie – Jostein Gaarder

reviewDapatkan Di Sini!

Dunia Sophie menghadirkan pengantar sejarah filsafat dalam bentuk novel yang mengalir dan imajinatif. Jostein Gaarder meramu pemikiran-pemikiran filsuf besar ke dalam kisah seorang gadis remaja bernama Sophie, yang perlahan diajak menelusuri pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan dan pengetahuan.

Melalui 36 bab, pembaca diajak menyusuri sejarah filsafat dari masa Yunani Kuno hingga abad ke-20. Meski tebal, novel ini terasa hidup karena menggabungkan cerita dan gagasan secara seimbang. Tak heran jika Dunia Sophie menjadi salah satu novel filsafat terlaris di dunia dan diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa.


4. What It Takes: Asia Tenggara, Dari Tepi Menuju Inti Kesadaran Global – Gita Wirjawan

reviewDapatkan Di Sini!

Buku ini menelaah posisi Asia Tenggara dalam lanskap global yang terus berubah. Gita Wirjawan membahas proses modernisasi kawasan dengan menyoroti tantangan seperti kesenjangan pendidikan, isu keberlanjutan, serta rendahnya pendapatan per kapita di sejumlah negara.

Melalui dialog dengan para pemikir, praktisi, dan tokoh dunia, buku ini menggabungkan realisme dan optimisme. Pembaca diajak membayangkan ulang peran Asia Tenggara di dunia multipolar, sekaligus membuka diskusi tentang potensi strategis kawasan ini di masa depan.


5. Kecerdasan Emosional – Daniel Goleman

reviewDapatkan Di Sini!

Daniel Goleman menyoroti peran kecerdasan emosional dalam menentukan kualitas hidup seseorang. Ia menjelaskan bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan intelektual, tetapi juga oleh kesadaran diri, pengendalian emosi, empati, motivasi, serta kecakapan sosial.

Buku ini mengulas dampak rendahnya kecerdasan emosional terhadap hubungan, kesehatan, dan karier, sekaligus menawarkan harapan. Goleman menunjukkan bahwa kemampuan emosional dapat dipelajari dan dikembangkan sejak dini, dengan peran penting orang tua dan lingkungan pendidikan dalam membentuknya.


Pada akhirnya…

Madilog menempati posisi penting dalam sejarah pemikiran Indonesia karena menawarkan cara memandang dunia secara rasional dan berpijak pada realitas. Melalui materialisme, dialektika, dan logika, Tan Malaka mengajak pembaca berpikir runtut, kritis, serta peka terhadap perubahan dan persoalan sosial di sekitarnya.

Di tengah derasnya arus informasi hari ini, Madilog tetap relevan sebagai bekal untuk merawat kebebasan berpikir, mengajak kita terus bertanya, menguji gagasan, dan memahami dunia dengan kesadaran penuh.

Untuk melihat bagaimana pemikiran Tan Malaka dan Madilog dibahas lebih lanjut, kamu juga bisa menyimak penjelasannya melalui video berikut ini


Baca juga: Akhir Tahun dan Berbagai Versi Diri yang Muncul, Kamu Termasuk yang Mana?


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Enter your email below to join our newsletter