Lupa Daratan Segera Mengudara! Siapkah Kamu Menyaksikan Kesombongan yang Benar-Benar Nyata?
Grameds, selama ini kita tahu, kalau kesombongan itu lebih mungkin untuk mendatangkan binasa; daripada membawa hagia. 🌵😤
Yup, kamu mungkin pernah dengar juga beberapa kisah klasik tentang kesombongan yang berujung petaka. Salah satunya adalah cerita tentang perancang kapal Titanic, Thomas Andrews. Konon, ia begitu percaya pada kecanggihan kapalnya hingga merasa hampir mustahil kapal itu bisa tenggelam.
Namun, beberapa jam setelah pelayaran perdananya, takdir berkata lain. Titanic karam di Atlantik dan menewaskan lebih dari 1.500 orang, sebuah tragedi besar yang selalu dikenang sejarah.
Nah, kalau dulu kisah tentang kepercayaan diri yang berlebihan berakhir di lautan, sekarang, di era modern, kita kedatangan sebuah film dengan tokoh utama yang… ya, tingkat sombongnya juga luar biasa.
Saking sombongnya, sampai-sampai judulnya diberi nama: Lupa Daratan!
Hmm, kira-kira akan sesombong apa sih filmnya? Yuk, kita bahas bareng-bareng lewat artikel ini! 🎬🏄♂️
Jadi Sinopsisnya Begini, Grameds!
Lupa Daratan akan mengajak kamu mengikuti kisah seorang Aktor yang bernama Vino Agustian. Dalam kisah itu, ia merupakan pesohor dalam jagat sinema Indonesia. Berkali-kali menang ajang prestasi, rajin membawa filmnya masuk box office, dan jadi mesin uang bagi rumah produksi yang membawanya ke jajaran cast.
Namun, tanggal sial emang nggak ada yang tau. Tepat saat Vino mendapatkan peran biografi yang bergengsi, kemampuan aktingnya hilang secara misterius.
Kejadian itu bikin Vino harus menghadapi tekanan publik sekaligus mencari kembali jati dirinya yang tercecer entah di mana.
Pasca musibah itu, langkah apa yang akan dilakukan Vino untuk menyelamatkan nama besarnya?
Beneran Sombong Banget!
Sejauh ini, memang baru teaser-nya doang yang udah diunggah di YouTube Netflix Indonesia. Tapi, beneran deh, dari klip itu aja nuansa kesombongannya udah berasa banget. Bahkan, dari awal perkenalannya.
“Hai, Kenalin saya Vino Agustian, aktor terbaik Akademi Film Indonesia 2025, dan pastinya banyak penghargaan lainnya.”
Wow! Sebuah intro yang sangat MEMBUMI, bukan!?
Tapi, santai, Grameds. Kesombongannya belum berhenti sampai di situ aja. Karena dalam teaser itu juga kamu akan diajak mendengarkan lanjutan monolog jumawa dari Si Aktor Paling Berprestasi itu, yang bikin kamu senyum tipis, sambil geleng-geleng kepala.

“Tanpa gue, film-film gak akan tembus Box Office.”
“Penonton berbondong-bondong dateng ke bioskop. Semua berkat gue!”
“Semua orang bertanya, Apakah gue aktor terhebat di muka bumi ini? Ya iyalah.”
Gimana? Bukankah itu gila? Bahkan, Pak De Indro aja kayaknya nggak segitunya kan, ya. Dan ternyata, kesombongannya belum selesai sampai di situ. Ada juga momen di mana Vino mengucapkan “terima kasih” kepada teman-temannya dengan style yang… ya, tetap sombong.
“Gue cuma mau ngucapin terima kasih banyak, teman-teman. Karena tanpa dukungan kalian, gue gak mungkin bisa kayak gini…”
“Tanpa kalian semua, gue bisa lebih hebat dari ini!”
Hadeh, kok, sombongnya kebangetan!? 🤦♀️
Baca juga: Dopamin: Seberapa Jauh Kamu Akan Pergi Demi Cinta (dan Uang)?
Mereka Yang Akan Membuat Lupa Daratan Makin Berkesan!
Sejauh ini, sudah mencuat tiga nama yang akan membuat film ini jadi berkesan. Nama-nama itu adalah:
Vino G. Bastian sebagai Vino Agustian
Dhea Panendra
Agus Kuncoro
Biar Nggak Lupa Daratan? Makanya Baca Buku Dong!
Grameds, kadang hidup bikin kita tanpa sadar melayang terlalu tinggi. Nah, baca buku itu bisa jadi cara sederhana buat tetap membumi dan ingat sama realita. Bikin hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan jauh dari rasa jumawa yang nggak perlu.
Di bawah ini, Gramin udah siapin list bacaan yang bisa nemenin kamu biar tetap grounded. Yuk dipilih! 📚✨
1. Malin Kundang: Legenda Dongeng Nusantara
Buku Malin Kundang: Legenda Dongeng Nusantara berisi dongeng nusantara berjudul Malin Kundang yang bisa Anda ceritakan pada anak-anak Anda dalam kegiatan mendongeng. Buku ini mengisahkan dongeng nusantara Malin Kundang yang tak kalah menarik dari dongeng-dongeng lainnya.
Alkisah, ada seorang anak yang berkeinginan keras untuk menjadi saudagar kaya raya. Namun, ketika semuanya telah didapat, ia melupakan ibu yang membesarkannya sedari kecil. Dongeng ini mengajarkan kita untuk menghormati orang tua kita bagaimanapun kondisinya dan durhaka kepada mereka itu amat buruk balasannya kelak.
2. Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer
Bumi Manusia menggambarkan pergulatan hidup Minke, seorang pemuda pribumi cerdas dan kritis yang belajar di sekolah Belanda di era kolonialisme. Ayah Minke adalah seorang Bupati. Minke memiliki pemikiran modern dan percaya akan kesetaraan manusia.
Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Annelies, gadis Indo-Belanda anak seorang Nyai, wanita terhormat, tapi bukan kalangan bangsawan. Nama ibunya adalah Nyai Ontosoroh. Minke jatuh hati dengan Annelies.
Namun, kehidupan Annelies dan keluarganya di bawah kendali hukum kolonial menghadapi tantangan berat karena diskriminasi rasial yang merenggut kebebasan mereka.
Melalui karakter Minke, Pramoedya mengungkap sisi gelap kolonialisme dan perjuangan identitas pribumi di tengah dominasi Barat. Minke yang idealis terjebak di antara dunia tradisional dan modern, memperjuangkan cinta, kebebasan, dan kemanusiaan.
3. Pride and Prejudice – Jane Austen
Elizabeth Bennet, putri kedua dari lima bersaudara, dikenal cerdas, independen, dan berpendirian kuat. Dalam masyarakat yang menilai status sosial dan pernikahan sebagai hal terpenting, Elizabeth harus menavigasi kehidupannya di antara tekanan keluarga dan masyarakat.
Kehadiran Tuan Bingley yang kaya raya membawa kegembiraan, terutama bagi Nyonya Bennet, yang berambisi menikahkan salah satu putrinya dengan Tuan Bingley. Sementara itu, Elizabeth memiliki hubungan yang rumit dengan Tuan Darcy. Pada awalnya, dia merasa tidak menyukai Darcy karena sikap sombongnya. Namun, seiring berjalannya waktu, Elizabeth mulai memahami bahwa Darcy bukanlah pria seperti yang dia bayangkan.
Pride and Prejudice adalah salah satu karya klasik fenomenal karya Jane Austen yang masih relevan dengan dinamika sosial kehidupan saat ini.
4. Ikhtiar yang Tak Benar-Benar – Nukila Amal
Novel ini mengisahkan Juna, Raja Diraja dari segala Raja Tunda. Ia merupakan sosok perfeksionis dan pesimis dengan penuh ide dalam kepalanya. Gagasan yang berlimpah ruah seperti kembang api. Ia mengalami perjalanan ikhtiar yang tak usai-usai untuk melahirkan karya.
Karya itu adalah sebuah novel. Ia mengikhtiarkannya menjadi sebuah mahakarya. Dalam benaknya, semuanya terasa matang–di dalamnya lagi bahkan penuh dengan kata-kata yang siap meluap, pula pohon yang rimbun dengan buah bergelantungan siap untuk dipetik.
Namun, bagaimana jika dalam benaknya juga terselip pertanyaan-pertanyaan yang tak kalah rimbunnya.
“Mungkin tidak ada salahnya aku tidak kunjung menulis; jika dipikirkan benar-benar, bukankah angkuh sekali untuk mendesakkan tulisanku, bukuku, kepada dunia? Siapalah aku, penting amat? Apalah tulisanku, genting amat?”
5. The Count of Monte Cristo – Alexandre Dumas
Sejak pertama kali terbit tahun 1844, The Count of Monte Cristo udah jadi salah satu karya klasik paling melegenda. Nggak heran kalau novel ini diadaptasi ke ratusan film, drama, sampai opera. Lewat tokoh Edmond Dantès, Alexandre Dumas ngasih kita cerita tentang harapan, pengkhianatan, dan hidup yang bisa jungkir balik dalam sekejap.
Dantès, seorang kapten muda yang berbakat, dijebloskan ke penjara karena fitnah kejam. Hidupnya hancur: ayahnya meninggal dalam kemiskinan, cintanya dirampas, dan masa depannya lenyap begitu saja. Tapi, justru di penjara itulah nasib ngasih kejutan. Dari seorang tahanan tua yang sekarat, Dantès tahu rahasia besar yang bikin dia bisa kabur sekaligus bangkit.
Dengan identitas barunya sebagai Count of Monte Cristo, dia mulai merancang balas dendam pada orang-orang yang udah menghancurkan hidupnya. Kisah ini penuh intrik, drama, dan plot twist yang bikin kita mikir soal keadilan, harga pengkhianatan, serta pertanyaan: apakah dendam bener-bener bisa bikin hati lega?
Pada akhirnya,
Lupa Daratan menghadirkan kisah tentang kesombongan yang meledak-ledak, tapi juga menampilkan perjalanan seorang aktor besar yang tiba-tiba jatuh di titik terendah dan harus menata ulang dirinya. 🕺🤠
Semua dibalut dengan gaya yang jenaka, satir, dan sesekali membuat kita mengernyit sambil tersenyum. Pertanyaannya, siapkah kamu melihat bagaimana ego bisa berubah jadi tontonan yang begitu megah sekaligus menggelitik?
Tayang di Netflix mulai 11 Desember 2025! Siapkan dirimu, Grameds, karena film ini bisa saja bikin kamu sadar bahwa kadang yang paling bikin kita tenggelam… ya diri kita sendiri. 👋🏄♂️
Baca juga: The Four Horsemen Comeback! Now You See Me: Now You Don’t Siap Mengelabui Mata Kamu!
✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️
Baca Artikel Lainnya di Sini!
Temukan Di Sini!
Temukan Di Sini!
Temukan Di Sini!
Temukan Di Sini!
Temukan Di Sini!
Temukan Semua Promo Spesial di Sini!