Kumpulan Budak Setan: Tampilan Horor yang Bukan Cuma Hantu, Kini Cetak Ulang dengan Cover Baru!
 
          Grameds, nggak kerasa ya, kita sudah sampai di penghujung bulan Oktober. Bulan yang identik dengan suasana spooky, objek horor, cerita-cerita soal hantu; hingga perayaan yang erat dengan dekor labu. 🎃🎇
Hayo, udah pada siapin kostum halloweennya belum nih Grameds?
Tapi setuju nggak sih, akhir Oktober memang selalu membawa udara misterius yang bikin kita ingin membahas hal-hal berbau horor? 👻
Menariknya, kalau kita ngomongin horor, maknanya ternyata jauh lebih luas dari sekadar cerita tentang hantu atau makhluk halus; ada sisi lain dari horor yang justru lebih dekat dengan diri kita sendiri dan itu yang coba diungkap lewat buku Kumpulan Budak Setan.
Kira-kira horor tuh bisa diartikan sebagai apa lagi ya, Grameds? Yuk, kita bahas bareng-bareng! 🕯
Horror Bukan Cuma Soal Hantu
Yup, benar banget nih Grameds. Jadi para penulis Kumpulan Budak Setan—Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad—bilang, kalau horor itu nggak melulu soal hantu.
Lebih jauh dari itu, horor juga bisa diidentifikasikan sebagai ruang liyan, yang menciptakan kemungkinan runtuhnya realitas yang seharusnya atau tatanan yang kita percaya.
Term horor juga bisa berkisar di luar dari lingkaran cerita-cerita setan. Ia bisa merambah ke dalam ranah retorika politik yang menimbulkan teror. Misalnya tuh penggunaan nuansa horor dalam film sejarah Pengkhianatan G30S PKI. Hadir juga dalam narasi seputar kejadian 9/11, serta hubungan personal dan sosial yang sepintas lalu tak berbahaya.
Kumpulan Budak Setan
Nah, term itu dikemas dalam pengantar yang ada dalam kumcer Kumpulan Budak Setan, dengan judul “Para Budak yang Penasaran”.
Kumpulan Budak Setan, kompilasi cerita horor Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad, adalah proyek membaca ulang karya-karya Abdullah Harahap, penulis horor populer yang produktif di era 1970-1980-an.
Dua belas cerpen di dalamnya mengolah tema-tema khas seperti balas dendam, seks, pembunuhan, serta motif-motif berupa setan, arwah penasaran, obyek gaib (jimat, topeng, susuk), dan manusia jadi-jadian.
Kutipan Menarik dalam Bukunya!
“Ternyata darah tidak semerah yang kubayangkan.
Darah lebih gelap daripada merah. Merah itu
warna bendera dan darah tidak berwarna seperti bendera.”
(Jimat Sero, Eka Kurniawan)
“Adakah yang lebih mengerikan
dari setan yang berkata benar?”
(Si Manis dan Lelaki Ketujuh, Intan Paramaditha)
“Orang-orang lebih suka percaya
pada apa yang tidak bisa mereka buktikan.”
(Penjaga Bioskop, Ugoran Prasad)
Pre-Order Kumpulan Budak Setan Dimulai!
Kabar baik buat kamu pecinta kisah mistis dan misteri! Kumpulan Budak Setan karya Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad resmi hadir lagi dengan edisi baru dan sampul yang lebih menggoda kegelapan.
Dalam periode pre-order ini, kamu nggak cuma bisa menikmati kisah-kisah horor yang menegangkan, tapi juga bakal dapetin bonus eksklusif berupa tanda tangan digital dari ketiga penulis dan gantungan kunci spesial!
Oya, periode pre-order cuma berlangsung dari 31 Oktober sampai 2 November 2025 ya, Grameds! Jangan sampai ketinggalan kesempatan buat jadi bagian dari kembalinya para Budak Setan! 😈
Jelajahi Karya Mereka yang Lain!
Selain Kumpulan Budak Setan, trio penulis keren ini juga punya deretan karya menarik lainnya, lho. Yuk, intip daftar bacaan seru mereka di sini! 🎃
Cantik Itu Luka – Eka Kurniawan
Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan adalah sebuah kisah epik yang menelusuri luka panjang perempuan Indonesia di masa kolonial. Ceritanya berpusat pada sosok Dewi Ayu, seorang perempuan yang terpaksa menyerahkan hidupnya pada keadaan. Demi bertahan di tengah penjajahan Belanda dan Jepang, Dewi menerima nasib menjadi pelacur bagi para tentara. Dari situ, hidupnya berubah menjadi rangkaian tragedi yang mengaburkan batas antara cinta, kehormatan, dan kutukan.
Meski hidupnya kelam, kecantikan Dewi Ayu menjadi legenda di desanya. Namun, bagi dirinya sendiri, paras itu justru terasa seperti hukuman. Kecantikan yang diwariskan kepada tiga anak perempuannya membawa malapetaka, seolah nasib buruk selalu menempel pada darah keturunan mereka. Namun takdir berbeda menimpa anak bungsunya—seorang bayi bernama Cantik, yang justru lahir dengan wajah buruk rupa. Ironisnya, di balik keburukannya, tersimpan benih pembebasan yang tak dimiliki oleh para pendahulunya.
Dua puluh satu tahun setelah kematiannya, Dewi Ayu tiba-tiba bangkit dari kubur. Kebangkitannya mengguncang desanya dan membuka kembali luka-luka masa lalu yang belum sempat sembuh. Melalui percampuran realisme magis dan satire sosial, Eka Kurniawan menulis kisah tentang warisan trauma, ironi kecantikan, dan pergulatan perempuan melawan takdir.
Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong – Eka Kurniawan
Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong menghadirkan kisah yang unik, jenaka, sekaligus menggigit tentang pencarian makna iman dan dosa di tengah absurditas kehidupan. Tokohnya, Sato Reang, tumbuh dalam lingkungan yang menuntut kesalehan mutlak. Sejak kecil, ia diajarkan bahwa hidup harus diatur oleh doa, aturan, dan rasa takut pada dosa. Namun seiring waktu, Sato mulai mempertanyakan semuanya—tentang Tuhan, pahala, dan kejujuran dalam beriman. Dari pergulatan batin itu, lahir pandangan sarkastik tentang moralitas yang membatasi, seolah hidup hanya boleh berjalan di garis lurus tanpa warna.
Dalam kisah ini, Eka Kurniawan menulis dengan gaya khasnya yang liar, penuh humor gelap dan absurditas sehari-hari. Sato Reang bukanlah pahlawan suci, melainkan manusia biasa yang berani mencoba berbuat sedikit dosa untuk memahami arti kebebasan. Ia berhenti salat, berhenti mengucap salam, dan mulai melanggar hal-hal kecil yang dulu dianggap tabu.
Melalui Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong, Eka menghadirkan refleksi yang tajam tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan masyarakat. Cerita ini menggugah pembaca untuk menertawakan kesalehan yang kaku, sekaligus merenungkan kembali batas antara dosa dan kebaikan. Dengan bahasa yang segar, kadang nyeleneh, Eka menyingkap ironi hidup modern yang terus bergulat antara moralitas, rasa bersalah, dan kebebasan menjadi diri sendiri.
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas – Eka Kurniawan
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Ajo Kawir, sosok pemberani dan kerap membuat onar. Hidupnya berubah ketika di masa kecil ia bersama sahabatnya, Si Tokek, mengintip peristiwa pemerkosaan brutal yang dilakukan dua polisi terhadap seorang perempuan gila. Aksi mereka diketahui, dan Ajo Kawir tertangkap. Ia dipaksa menyaksikan kekerasan itu dari jarak dekat, sebuah pengalaman yang kemudian membuatnya mengalami impoten, luka batin yang diam-diam membentuk jalan hidupnya.
Setelah peristiwa itu, Ajo Kawir tumbuh menjadi pria yang gemar berkelahi dan hidup tanpa rasa takut. Ia menyalurkan amarah dan rasa malu yang terpendam melalui perkelahian, menjadikan kekerasan sebagai pelarian dari kenyataan yang tak mampu ia ubah. Dunia yang ia tinggali pun tak jauh dari kekerasan dan kekacauan, sebuah lingkungan yang menuntut keberanian, sekaligus memperkuat tembok antara dirinya dan orang lain.
Namun hidup Ajo Kawir mulai berubah ketika ia bertemu dengan Iteung, seorang perempuan kuat yang bekerja sebagai petarung dan penjaga keamanan. Pertemuan itu memunculkan ikatan di antara keduanya, meski sama-sama membawa luka masa lalu. Melalui perjalanan mereka, kisah ini menelusuri kehidupan yang keras, pergulatan dengan masa lalu, serta upaya menemukan arti keberanian di tengah dunia yang dikuasai kekerasan.
Sihir Perempuan – Intan Paramaditha
Sihir Perempuan adalah kumpulan dongeng tentang perempuan-perempuan yang tak patuh. Perempuan bisa menjadi apa saja: ibu, anak, pekerja teladan, hingga boneka porselen. Namun dalam buku yang menghadirkan 11 cerita pendek ini, peran-peran yang seharusnya nyaman diteror oleh lanskap kelam penuh hantu gentayangan, vampir, dan pembunuh. Di sinilah perempuan dan pengalamannya yang beriak dan berdarah terpintal dalam kegelapan.
Dalam Sihir Perempuan, Intan Paramaditha mengolah genre horor, mitos, dan cerita-cerita lama dengan perspektif feminis. Buku ini meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award (Kusala Sastra Khatulistiwa) di tahun 2005. Sebagian cerpen dalam Sihir Perempuan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Stephen J. Epstein dan pada tahun 2018 terbit dalam buku Apple and Knife di Australia (Brow Books) dan Inggris (Harvill Secker/ Penguin Random House).
Malam Seribu Jahanam – Intan Paramaditha
Malam Seribu Jahanam bercerita tentang tiga dara dari keluarga Hajjah Victoria binti Haji Tjek Sun. Di tahun 1991, sang nenek meramal nasib ketiga cucunya; satu akan berkelana, satu akan menjaga, dan satu lagi akan menjadi pengantin. Ramalan itu menjadi benang merah yang menuntun kisah penuh rahasia dan kutukan keluarga. Ketika salah satu dari mereka berkhianat, dara yang tersisa terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu dan dipaksa menelusuri rumah tua yang menyimpan banyak misteri—Rumah Victoria, tempat kuali-kuali raksasa, sumur terlarang, dan lorong yang seolah tak berujung.
Dalam perjalanan menembus rumah dan kenangan, para dara menghadapi hal-hal yang tak terlihat dan tak terdengar. Mulai dari jejak mimpi yang macet di tengah jalan, doa-doa yang menggantung, dan kehadiran sosok tak diundang yang datang menuntut penjelasan. Rumah Victoria menjadi panggung bagi benturan antara dunia spiritual, kepercayaan lama, dan rahasia keluarga yang lama terkubur. Di sana, batas antara kenyataan dan hal gaib memudar, menuntun para tokohnya pada perjalanan batin yang dipenuhi rasa bersalah, sesal, dan kehilangan.
Sebagai novel kedua Intan Paramaditha, Malam Seribu Jahanam memadukan kisah religius, mitos Nusantara, dan nuansa gotik dalam satu jalinan narasi. Melalui dongeng yang gelap dan mistis ini, cerita mengangkat tema tentang retaknya ikatan keluarga, rapuhnya keyakinan, dan bayangan masa lalu yang terus menghantui. Novel ini menghadirkan potret kelam tentang rumah, agama, dan warisan perempuan yang tak pernah benar-benar selesai.
Gentayangan – Intan Paramaditha
Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu karya Intan Paramaditha mengisahkan seorang perempuan yang mendapat hadiah sekaligus kutukan dari iblis, berupa sepasang sepatu merah. Sepatu itu memaksanya berkelana tanpa henti, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa pernah memiliki rumah.
Novel ini bersifat interaktif. Pembaca diajak menentukan jalannya sendiri. Ke Berlin atau Amsterdam, Lima atau Tijuana, bertemu iblis di kuburan, atau naik kereta yang tak berhenti. Setiap pilihan membawa tokoh utama menjelajahi dunia yang penuh keterasingan, perbatasan, dan pencarian akan makna rumah.
Terbit tahun 2017, Gentayangan meraih Sastra Prosa Terbaik Pilihan Tempo. Versi Inggrisnya, The Wandering, diterjemahkan oleh Stephen J. Epstein dan diterbitkan oleh Harvill Secker (Penguin Random House UK) tahun 2020. Novel ini juga memenangkan PEN Translates Award, masuk nominasi The Stella Prize, serta diterjemahkan ke dalam bahasa Polandia dan Turki.
Barangkali…
…yang paling menyeramkan dari horor bukanlah makhluk-makhluk yang bersembunyi di kegelapan, melainkan cermin yang ia sodorkan pada kita. Di sana, kita melihat ketakutan, hasrat, dan dosa yang tak pernah benar-benar lenyap. 👁️🍊
Lewat Kumpulan Budak Setan, Eka Kurniawan, Intan Paramaditha, dan Ugoran Prasad menghadirkan cerita-cerita yang bukan hanya membuat bulu kuduk berdiri, tapi juga mengingatkan bahwa kengerian sejati sering kali lahir dari dalam diri manusia itu sendiri.
Mungkin pula, di setiap kisah tentang darah, arwah, atau kutukan, selalu ada sekelumit kerinduan untuk memahami apa artinya menjadi manusia, dengan segala bayangannya yang tak pernah bisa kita tinggalkan.
Kalau kamu ingin menyelami kembali sisi gelap yang sarat makna itu, Kumpulan Budak Setan kini hadir dengan sampul baru dan bonus spesial: tanda tangan digital dari para penulisnya serta gantungan kunci eksklusif yang hanya tersedia selama periode pre-order 31 Oktober–2 November 2025.
Jangan tunggu sampai cahaya padam, Grameds. Segera pesan bukunya dan biarkan kisah-kisah di dalamnya membisikkan sesuatu ke telingamu malam ini. 📖✨
✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial lainnya dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️
 
                 Baca Artikel Lainnya di Sini!
Baca Artikel Lainnya di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan di Sini!
Temukan di Sini! Temukan Semua Promo Spesial di Sini!
Temukan Semua Promo Spesial di Sini!